AB-ES|| Chapter 4

370 61 73
                                    


Happy Reading💙
_________


'Lemah amat jadi cowok, gak jantan!'

Aireen Alaskar Atmadja.
___________


Hari Senin adalah jadwal setiap sekolah melaksanakan upacara bendera, sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan-pahlawan yang telah berjuang bertaruh nyawa untuk merebut kemerdekaan bangsa. Namun, mirisnya ketika upacara berlangsung, masi banyak siswa yang mengeluh panas, capek, dan alasan lainnya. Padahal, banyak literatur yang mengatakan matahari pagi baik untuk kesehatan.

Arkan dan Aireen tadi hampir saja terlambat. Jika saja Ana tidak memanggil untuk sarapan, mereka tidak akan sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit.

Aireen langsung menggandeng dan menarik lengan Arkan menuju meja makan. Sebab mereka tidak akan diizinkan untuk pergi sebelum sarapan. Mau terlambat bagaimanpun, sarapan tetap tidak boleh tertinggal, begitulah sekiranya ucapan Bunda Kessya jikalau mereka mencoba membantah.

Upacara selesai, siswa-siswi dipersilakan untuk kembali ke kelas masing-masing, tapi yang namanya pelajar, pasti ada saja yang membandal. Disuruh kembali ke kelas nyasarnya ke kantin. Salah satu manusia yang tidak bisa dibilangi itu, ya, Aireen. Tadi, begitu protokol upacara membubarkan barisan, Aireen langsung menggeret Arkan ke kantin.

"Olahraga jantung juga butuh tenaga. Haus nih, harus lari-lari dari parkiran ke kelas. Habis itu harus lari kelapangan lagi. Dari pada nanti gue pingsan di kelas, lebih bagus sekarang kita ke kantin, ngisi ulang cairan." Begitulah kata-kata yang digunakan Aireen untuk membujuk Arkan agar mau menemaninya ke kantin.

Hingga, di sinilah mereka berakhir, di bawah sinar mentari pagi yang mulai meninggi, dengan posisi hormat kepada sang Saka Merah Putih. Bukan untuk melaksanakan upacara bendera, tetapi menjalankan hukuman dari Pak Susanto, salah satu guru Bimbingan Konseling di SMA Nasional Plus Darmawangsa atau biasa disebut NPD oleh siswa di sana. Apalagi alasan mereka dihukum kalau bukan karena keciduk?

"Lo sih, Rin, kan udah gue larang tadi, dihukum kan jadinya," bisik Arkan.

"Ya maaf, mana gue tau, tuh, Pak Susan bakalan keliling. Biasanya juga kagak pernah. Lah, ini tumben-tumbenan," balas Aireen tidak mau disalahkan.

Gerutuan tak terima dan kesal dari Arkan dan balasan tak mau kalah dari Aireen menjadi pelengkap suasana hukuman pagi itu. Rasa panas dan teriknya matahari kini juga dilengkapi dengan obrolan kecil seputar 'siapa yang salah'. Hingga ada satu kalimat dari bibir Aireen yang menyentil ego laki-laki seorang Arkan.

Cowok dan ego itu tidak jauh berbeda. Tidak dapat dipisahkan. Seakan dua hal tersebut tidak akan lengkap jika tidak bersama. Begitu pun dengan Arkan. Sebagai lelaki, ia tidak akan rela dikatai lemah oleh perempuan. Walau pun itu sahabatnya sendiri. Jelas sisi rasionalnya tidak dapat menerima situasi ini.

"Enak aja! Gue gak lemah!"

"Ya gak usah ngegas juga."

Hening.

Aireen sudah tidak ingin membahas lebih jauh lagi. Sebab Aireen yakin, sugesti yang diberikannya, sedikit banyak pasti dapat memengaruhi Arkan. Aireen percaya itu.

Setelah cukup lama berdiri dengan keheningan, akhirnya selesai juga masa hukuman mereka. Bel tanda jam pertama usai telah berbunyi.

"Kuy, ke kelas," ajak Aireen.

Namun, Arkan masi tetap bergeming. Melihat hal tersebut, Aireen menghela napas. Dia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sahabat dari masa kecilnya ini. Mendekat, Aireen menyentuh pundak Arkan dan berhasil menarik kesadaran pemuda blasteran tersebut.

Senyum yang tidak terlalu lebar, tidak pula terlalu tipis, tetapi mampu menyihir orang yang melihatnya ikut tersenyum. Jenis senyuman yang menenangkan Aireen berikan untuk Arkan.

"Udah, tenang. Jangan terlalu dipikirkan. Tapi jangan juga dilupakan. Tetap harus dilakukan, pelan-pelan aja. Gue yakin lo pasti bisa. Gue percaya itu. Tenang, ya." Ucapan Aireen terdengar lembut dan dituturkan dengan perlahan. Tidak sedetik pun senyum itu luntur dari bibirnya.

Arkan lebih tenang. Awalnya dia berpikir, apakah benar dirinya selemah itu, sampai sahabat yang sudah kenal lama dengannya mampu berkata demikian. Namun, sekarang Arkan yakin Aireen berkata demikian karena gadis manis itu tidak ingin orang lain melihat kelemahan dan kekurangannya.

Arkan beruntung memiliki Aireen sebagai sahabatnya.

Gadis manis pemilik bola mata berwarna coklat terang.

Gadis cantik yang selalu bisa mengerti dirinya, walau hanya dengan melihat ekspresi di wajahnya.

Gadis kecil dengan segala tingkah dan pikiran uniknya.

Sahabat langkanya!

Hanya miliknya dan tidak boleh dibagi-bagi!

🔹🔹🔹

"Woy! Dari mana aja lo berdua? Jam segini baru masuk kelas. Mojok mulu."

"Gak ada!" jawab Aireen dan Arkan serentak.

"Buset, baru masuk dah ngegas aja," lirih Riko.

"By the way, gaes. Lu pada kenapa keringatan, gitu? Berantakan banget. Mana masuknya barengan lagi. Habis ngapain kalian, hayo?" curiga Karin dengan nada menuduh sembari memicingkan mata dan menunjuk-nunjuk ke arah Aireen dan Arkan. Seakan mereka adalah tersangka utama sebuah kejahatan yang berat.

"Gak usah mikir aneh-aneh," desis Arkan dengan penekanan di setiap katanya.

"Mereka kenapa, sih? Kok aneh banget? Aura Arkan jadi kayak tambah dingin gitu gak sih ke kita? Terus tuh si Aireen, kok jadi lebih banyak diamnya gitu? Biasanya, suaranya juga menggelar di kelas," ujar Karin setelah Arkan berlalu melewatinya.

Siapa yang tidak heran, jika teman yang biasanya ceriwis, bicara tanpa henti, tak pernah kehabisan topik pembicaraan, pecicilan dan sedikit bar-bar, ditambah dengan segala tingkah aneh bin ajaibnya, tiba-tiba diam? Itulah yang dirasakan oleh penghuni kelas 11 IPA 2.

Aireen yang semulanya bar-bar, tiba-tiba menjelma menjadi sosok pendiam dengan wajah muram. Sudah persis seperti cinta tanpa kejelasan dan status. Suram.

Arkan, mereka tidak terlalu heran. Sudah dingin dari setelan pabrik. Auranya persis kulkas berjalan. Manusia dengan satu ekspresi andalan, datar. Definisi human minim ekspresi. Kerjaannya baca buku terus. Sekalinya lepas dari buku nyantolnya ke Aireen.




TBC

Mendekati akhir Ramadhan, apa yang kamu rasakan? Senang? Sedih? Biasa aja? Atau ada yang lain?

Apa emot untuk part ini?

_______________________________

Tolong bantu share cerita ini biar ramai ya.

Jangan pura-pura lupa bayar parkir, bestie!

Thank you & See you ♡

23 April 2022

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang