AB-ES|| Chapter 42

141 12 0
                                    

Tolong tandai typo teman!
____________________________

Oiy, kalian mau buat saya bahagia nggak? Gampang kok, cukup kalian komen banyak-banyak setiap kali baca, dan tulis apa aja pelajaran yang kalian ambil setiap selesai baca, aku udah senang pakai banget malah. Suer. Gak bo'ong.

"Masyaa Allah enaknya bisa ketemu kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masyaa Allah enaknya bisa ketemu kasur." Seharian ini Riko sungguh disibukkan oleh beragam aktivitas penyambutan bulan suci Ramadhan. Mulai dari organisasi yang ia ikuti secara mandiri ataupun yang dia join bersama Arkan.

Jika sebelumnya hubungan Riko dan Arkan sudah dekat, maka sekarang lebih dekat lagi. Semenjak terjadi pertikaian di rumahnya tempo lalu, mereka menjadi tidak serapat dulu. Terutama Andy yang terang-terangan menarik diri dari pertemanan mereka. Rangga, Deden, Yoga, dan yang lainnya lebih memilih bersikap netral. Tidak berat ke sebelah pihak. Begitupun dengan Karin dan Malika, mereka tidak terlalu ingin ikut campur oleh kerenggangan yang tercipta.

Awalnya semua baik, tapi semakin lama, Andy semakin menghindar. Ketika berkumpul bersama, selalu ada saja alasan yang ia lontarkan untuk tidak menghadiri. Baik ketika ada Arkan ataupun tidak. Ia menarik diri dari semua orang yang ada di circle mereka, dulu.

Baru saja Riko memejamkan mata, tiba-tiba saja ia melompat saat ingat dirinya belum sholat isyaa.

"Sepertiga malam ajalah, sekalian tahajud." Riko kembali menghempaskan dirinya ke kasur empuk king size di kamarnya.

Namun, lagi-lagi, baru saja tubuhnya mendarat, Riko kembali melompat. "Tapi takut kebablasan."

Riko kembali menghempaskan dirinya ke kasur setelah otaknya mengeluarkan ide yang sangat brilian, solusinya ia tinggal pasang alarm pasti tidak akan kebablasan, selesai.

Riko menyamankan posisi tidurnya dengan mata terpejam dan bibir melengkung sempurna di wajahnya. Namun, baru tiga detik ia terpejam, senyum itu luntur dan matanya kembali terbuka dengan lebar. Buru-buru ia bangkit dari ranjang. "Astaghfirullah! Kalau tiba-tiba mati gimana?!"

Keseringan bergaul dengan Arkan selalu membuat Riko ingat akan kematian. Jika sebelumnya meninggalkan sholat isyaa dan memilih untuk tidur karena merasa lelah beraktivitas di luar seharian adalah hal yang biasa baginya, kini sudah tidak lagi sama. Arkan selalu memberikannya ulti, bahwa belum tentu di detik selanjutnya ia masih bisa bernapas.

Ketika nanti dihisab dan ternyata jumlah sholatnya kurang dari yang seharusnya, apa alasan yang ia akan berikan? Niatnya mau sholat sekalian tahajud, eh tapi keburu udah dicabut deluan nyawanya sama malaikat Izrail, jadi gak bisa, deh. Coba aja cabutnya bentaran lagi, pasti saya sudah sholat isyaa. Gitu? Tidak aesthetic sekali!!

Memilih melakukan sholatnya dengan segera, Riko tidak ingin semakin memberatkan hisabnya kelak. Yang awalnya hanya akan melaksanakan sholat Isyaa, kini ditambah sholat sunnah juga. Mumpung masih di atas sajadah dan ada wudhu, maka sekalian saja.

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang