AB-ES||Chapter 35

149 19 8
                                    

Tolong tandai typo, teman!
_____________________________

Sama halnya seperti koin yang memiliki dua sisi, manusia juga memerlukan komunikasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama halnya seperti koin yang memiliki dua sisi, manusia juga memerlukan komunikasi. Karena apa yang kamu lihat, belum tentu sama dengan yang orang lain lihat.

_____________________

AB-ES

"Rin, kamu mau kemana?"

"Aireen mau keluar sebentar, Mami. Ketemu Yusuf."

"Sendiri?"

"Enggak, sama Bang Alvin. Dia udah nunggu di depan."

"Yaudah, yuk. Mami antar ke depan." Aireen hanya mengangguk sebagai jawaban.

Aireen masih berada di kota yang sama saat ini. Mungkin sampai beberapa waktu ke depan. Sebelum waktunya ia untuk pergi tiba. Untuk sekarang, masih ada sesuatu yang harus ia selesaikan sebelum benar-benar pergi nantinya.

Aireen sengaja memutuskan untuk tidak kembali ke kediaman Atmadja. Ia ingin benar-benar lepas dari bayang-bayang Arkan. Meski terkadang masih sering memikirkan pemuda itu, setidaknya ia tidak perlu melihatnya lagi. Terlebih untuk apa yang sudah menjadi keputusannya, Aireen sudah bertekad, dan Papi serta Maminya sudah memberikan izin. Lalu apa lagi yang ia tunggu? Tidak ada.

"Assalamu'allaikum, Tante, hehehe," sapa Alvin saat melihat Ibu dan anak itu mendekat. Mengulurkan tangannya, dan meraih punggung tangan Mami Riana untuk ia salim.

"Wa'allaikumussalam," jawab mereka bersamaan.

"Sudah tau harus ngapain?" tanya Riana tegas.

"Suda, Tan!"

"Sebutkan!"

"Harus memastikan keselamatan Neng Aireen! Dilarang keras untuk ugal-ugalan! Dilarang keras membuat Neng Aireen menangis! Dilarang keras pulang di atas jam delapan malam! Dilarang keras membuat mood Neng Aireen anjlok! Dilarang keras ... satu lagi apa, ya?" seru Alvin lantang dengan gumaman kecil di akhir kalimatnya.

Mata Alvin lari ke sana ke sini, menatap apa saja yang ada di sekitar mereka dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"EKHEM!"

"Aduh sabar, Tante. Saya lupa ini satu lagi apa."

Mami Riana menghela napas. Inilah salah satu kelemahan pemuda di hadapannya. Selalu ada saja yang terlupakan. Entah sengaja terlupakan atau emang dasar orangnya pikunan, Riana tidak tahu. Baiklah, izinkan ia sedikit membantu mengingatkan apa yang terlupakan, dan tolong ingatkan Riana untuk sabar menghadapi bujang entah siapa punya ini! "Dilarang keras untuk ter ... ?"

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang