AB-ES|| Chapter 44

81 11 5
                                    

Tolong tandai typo, teman!
________________________

"Sudah sembilan tahun berlalu, saya rasa ini cukup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah sembilan tahun berlalu, saya rasa ini cukup. Mereka pasti sudah berhenti mencari tahu tentang 'dia'."

"Yakin sekali kau! Bagaimana jika ternyata perdiksimu salah?"

"Sopan sedikit dirimu! Saya lebih tua darimu."

"Ya, ya, ya. Aku tahu. Kau memang tua."

Tak ingin memperpanjang urusan yang sangat tidak penting itu, pria yang diketahui lebih tua tersebut lebih tertarik memperhatikan layar lebar dihadapannya, yang menampilkan jejeran huruf dan angka yang hampir tidak memiliki spasi.

"Tuan, 2 jam 40 menit 17 detik yang lalu terdeteksi user yang sama sejak tiga tahun lalu kembali ingin meretas pengamanan kita," lapor salah satu pria yang sedari tadi berkutik dengan layar di depannya tanpa menoleh pada orang yang ia panggil 'Tuan'.

"Lihat! Apa kataku, belum sampai dua menit aku mengatakannya dan ya, kau dengar sendiri. Mereka tidak akan berhenti semudah itu, Pak Tua."

"Diam kau bocah! Jangan semakin menambah beban kami dengan ocehanmu itu! Sana, kau tidak diperlukan di sini. Hush!"

Pemuda yang menjadi lawan bicara pria yang disebut dengan sebutan 'Pak Tua' itu mendengus sebal dan berlalu tanpa bantahan.

Setelah melihat orang yang ia usir pergi, pria itupun ikut mendengus sebal. Sepertinya terlalu lama tinggal di negeri orang membuat anak itu kehilangan attitude-nya ketika berbicara. Sayang, dirinya tak dapat menghempaskan keberadaan anak tak beretika itu dari sekitarnya, karena mau bagaimanapun, keberadaannya cukup berguna, seperti saat ini contohnya. Satu-satunya solusi adalah ia harus ekstra dalam 'mengajar' anak itu mulai sekarang. Dasar, menambah beban saja!

"Perketat pengamanan! Terutama tentang 'dia', jangan sampai mereka berhasil mendapatkan informasi meski sedikit pun, tanpa izin dariku. Paham!"

"Baik, Tuan!"

Kemudian orang-orang dengan baju serba hitam itu kembali fokus pada apa yang mereka kerjakan.

🔹🔹🔹

"Gimana tadi?"

"Astaghfirullah, Bunda! Ih, suka banget ngagetin, Adek," rajuk Ana. Bagaimana tidak kaget, sebelumnya Ana sangat yakin bahwa tidak ada orang saat ia memasuki kamarnya. Namun, saat hendak menutup pintu, dari arah belakang tiba-tiba sudah muncul wujud Bunda Kessya beserta pertanyaannya.

"Ya, maaf. Tapi gimana? Abangmu itu? Misi berhasil?" Melihat semangat Bunda saat ini, jujur Ana sedikit tak enak hati. Mengingat pertemuannya dengan Arkan beberapa waktu lalu, cukup membuat Ana meringis.

"Sorry Bunda, but we're failed."

"Yaah, gagal lagi." Tubuh Bunda Kessya mendadak lesu. Lagi-lagi jawaban yang ia terima tidak sesuai harapan. "Itu Abangmu kenapa, sih? Heran. Udah mampu juga kenapa gak mau nikah? Suka banget nunda-nunda urusan begini," jengkel Bunda Kessya sadar sudah entah berapa kali pembahasan ini diangkat.

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang