AB-ES||Chapter 9

266 53 79
                                    

¤¤
||
¤¤
¤¤
||
¤¤
¤¤
Happy Reading💙
_____________

"Bukan hanya bermain yang menyenangkan, yang serius juga lebih membahagiakan."
________________________

AB-ES

"Ar, udah lumayan lama ya kita gak kaya gini."

"Duduk bareng di atap. Liat bulan bintang yang ada di langit. Menikmati udara malam yang sejuk. Menikmati ketenangan malam. Kesunyian yang membawa kedamaian, ditemani oleh alam."

"Aku suka suasana sekarang."

Saat ini, Aireen dan Arkan sedang berada di atap rumah Aireen, rooftop lebih tepatnya.

Duduk lesehan beralaskan tikar anyaman. Duduk bersebelahan dengan kepala Aireen bersandar di pundak Arkan.

"Iya, kamu benar. Ini sangat menyenangkan. Suasananya pas banget untuk orang yang lagi butuh ketenangan."

Tidak perlu heran, memang di beberapa situasi, mereka akan menggunakan aku-kamu. Seperti saat ini contohnya, dan sebenarnya itu juga spontanitas. Mereka juga tidak sadar. Mereka hanya berbicara sesuai suasana.

"Arkan oh Arkan. Gue mau nanya, deh. Apa pendapat lo soal alien?" Dengan berat hati, Aireen menarik kepalanya dari tempat sandaran yang sesungguhnya paling dia sukai. Namun, tak apa, ia ingin melihat bagaimana ekspresi Arkan, dan itu lebih menyenangkan.

Arkan terdiam sebentar, lalu terkekeh mencerna pertanyaan Aireen yang menurutnya sangat konyol. Iya, konyol. Mereka sudah SMA, sudah remaja, pertanyaan seperti itu seharusnya sudah tidak menjadi topik pembicaraan yang pantas untuk mereka, tapi sudahlah, sekali lagi, Aireen dan segala ke unikanya tidak dapat dipisahkan.

"Gak ada pertanyaan lain apa? Ada- ada aja lo, Rin," balas Arkan sambil melihat Aireen dengan tatapan geli seraya kembali terkekeh.

"Ishh, gue serius! Jawab aja napa, sih. Gak perlu ngejek juga," kesal Aireen. Siapa yang tidak kesal, disaat lagi serius bertanya, malah disangka lagi ngelawak? Ngeselin banget tahu gak!

"Iya-iya, gue jawab." Arkan diam beberapa saat. Berpikir apa sekiranya yang akan ia suarakan, seraya merangkai kata yang akan dikeluarkan, agar tidak kacau balau, tak berbentuk.

"Menurut gue, yang namanya alien itu gak ada. Gak pernah ada malah. Itu cuma sebatas makhluk fantasi yang diciptain sama orang tua dari zaman ke zaman, hanya untuk menakut-nakuti anak mereka. Biar gak ada yang keluar malam-malam lagi. Biar mereka gak jauh-jauh dari pantauan orang tuanya," jelas Arkan panjang lebar.

Respon Aireen hanya menganggukkan kepala beberapa kali, tapi kemudian dia lanjut bertanya.

"Ar, lo tau gak?" tanya Aireen memasang ekspresi wajah seserius mungkin.

"Kagak," jawab Arkan santai.

"Gue belum selesai ngomong, Bambang!" kesal Aireen seraya menokok kepala Arkan sebagai ungkapan kekesalannya.

"Aduh! Sakit tau," sungut Arkan.

"Ya lo, sih! Bikin orang kesel aja."

"Yaudah, apa tadi?" tanya Arkan mengalah. Bahaya nanti kalau tidak diladeni, wajah tampannya ini bisa tak berbentuk lagi. Kan, jadi dia yang rugi. Aset berharga, nih! Aset penentu masa depan!!

"Ok, back to topic. Tau gak, kalau para ilmuwan ada juga yang berpendapat soal alien ini?" tanya Aireen kembali serius.

"Serius? Masa sih?" Sekarang Arkan mulai tertarik dengan topik yang diangkat Aireen. Dia benar-benar baru tahu, kalau ilmuwan juga ada yang berpendapat tentang alien.

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang