AB-ES|| Chapter 27

180 28 66
                                    

¤¤
||

¤¤
¤¤
||
¤¤
¤¤

Happy Reading💙
___________

Jika ada kata-kata yang menyakiti pada hatimu maka menunduklah jangan masukkan ke dalam hati agar hatimu tidak lelah.
___________________
Ali bin Abi Thalib


Tolong tandai typo!!
_______________________

Mata bengkak, rambut acak-acakan, hidung, pipi, dan pelipis memerah. Itu adalah penampakan Aireen selama tiga hari ini.

Kacau.

Selama ini kehidupan Aireen hanya berporos pada Arkan, dan ketika Arkan sudah tidak menjadi porosnya lagi, Aireen kacau.

Aireen masih harus kembali meraba bagaimana cara menghabiskan waktunya. Ia seakan buta dengan dunia yang di hadapi saat ini.

Aireen bisa melihat semua yang sedang terjadi di hadapannya, tapi dia seakan tak bisa lagi merasakan ketenangan, kedamaian, kebahagian, dan rasa aman itu sendiri.

Aireen merasa terancam, sedang tidak ada apapun yang berarti di sekitarnya, selain rasa sakit.

Padahal baru kemarin ia bermain dengan Arkan sepanjang hari, tapi sekarang itu semua hanya cerita.

Padahal baru kemarin ia bertukar pendapat, canda dan tawa dengan Arkan, tapi sekarang itu hanya kenangan.

Padahal baru kemarin ia merasa terlindungi oleh Arkan, tapi sekarang justru Arkan sendiri yang membuatnya merasakan sakit.

Sakit yang teramat sakit. Padahal baru juga beberapa hari, tapi seakan ia sudah lupa bagaimana caranya untuk tersenyum.

Tok tok tok!

"Sayang. Buka pintunya, dong. Mami khawatir loh sama kamu. Jangan gini, sayang. Mami sedih liatnya."

Perlahan Aireen berjalan ke arah pintu. Membukanya dengan perlahan hingga menampilkan sosok Riana di hadapannya. Walaupun rasanya sakit melihat anaknya seperti ini, tapi Riana berusaha untuk tetap tersenyum.

"Mami boleh masuk?"

Aireen bergeming, tapi dia menggeser sedikit tubuhnya menjauh dari pintu, pertanda mempersilahkan sang Mami untuk masuk.

Riana senang, setidaknya kali ini Aireen masih mau meladeninya walau bukan dengan kata-kata.

Riana masuk dan duduk di ranjang queen size anak gadisnya. Ia hanya mampu menghela napas begitu melihat kondisi kamar Aireen yang lebih mirip seperti tempat sampah, bukan kamar.

Bantal, guling, selimut bahkan sprei sudah tidak di tempatnya lagi. Tisu berserakan dimana-mana. Makanan yang tadi pagi dan siang ini bahkan tidak terusik sedikit pun.

"Duduk sini sayang, di samping Mami," panggil Riana sambil menepuk space kosong di sisinya.

Aireen masih belum bersuara, tetapi dia tetap menuruti keinginan Maminya.

"Sayang, kamu kenapa? Cerita sama Mami sini, siapa tau Mami bisa bantu," tutur Riana lembut. Anaknya terlihat sangat kacau, dan ia tidak akan menambah kekacauan Aireen dengan marah kepadanya. Saat ini, Aireen membutuhkannya sebagai sandaran, sahabat dan ibu, maka ia akan berusaha sebaik mungkin untuk memberikannya.

"Arin gak apa, Mam," jawab Aireen dengan suara seraknya, akibat terlalu banyak menangis.

Riana mengelus lembut surai coklat Aireen. Menatap wajah anak gadis satu-satunya yang jauh dari kata baik.

Assalamu'allaikum Bestie! -Eh SUAMI!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang