BB-21410791492372020

567 77 107
                                    

Siaran keempat puluh tiga tayang pada : 30 Oktober 2021

Song Recommended : Sudah – Ardhito Pramono

Song Recommended : Sudah – Ardhito Pramono

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-elnoveint-

Diandra menjawab pertanyaan yang Dewandaru tanyakan tadi. "Kita terlambat karena Budi diare, dia sampe bolak-balik ke toilet. Jadi, saya harus nunggu dia. Nggak mungkin juga kalo saya tinggal."

Budi melotot. "Anjir! Nggak usah diomongin kali, And!"

Brawijaya, Farel, dan Pratama tidak tau dimana letak lucunya perkataan dua orang itu sampai Dewandaru tertawa lepas. "Tadi kamu tinggal aja nggak papa, Diandra. Kan yang pemimpin Elnoveint Group kamu, bukan Budi."

"Anj--" Budi langsung menutup mulutnya rapat-rapat, padahal dia gatal sekali untuk mengumpat. "Gue juga penting kali."

Dewandaru berdehem, seperti sedang memperingati. Bola mata lelaki itu melirik sekilas ke arah Brawijaya dan yang lain duduk. Budi membelalak, menyadari kesalahannya. "Saya adalah orang kepercayaan Nona Diandra, jadi saya juga orang penting di sini, Pak Dewa."

Bertepatan dengan Budi yang selesai bicara, para pegawai restoran datang membawakan makanan. Dewandaru mempersilahkan Diandra dan Budi duduk bersama. Setelahnya, mereka menunggu makanan selesai tersaji di meja.

Dewandaru terus mengajak Diandra berbicara, entah membicarakan apa karena Farel tidak bisa mendengarnya. Tapi, sesekali tangan Diandra terangkat, menutup bibir mungilnya yang mengeluarkan tawa.

Diandra memang jahat. Hanya karena Farel mendengar suara tawa merdu Diandra, kilasan memori tentang kebersamaan mereka berputar di kepala Farel, memutar cepat tanpa jeda hingga membuat Farel merasa dia telah berbuat salah.

Berbuat salah pada Mera.

Farel menunduk, menatap kosong layar ponsel yang menampilkan foto pertunangannya dan Mera. Tidak, Farel sudah tidak mencintai Diandra. Farel sekarang mencintai Mera. Nama Mera yang kini memenuhi hati Farel.

Dan Farel tau kalimat itu tidak benar karena pada saat dia mendongak, tatapannya bertemu tepat dengan mata Diandra kemudian hatinya menghangat seketika. Jantung Farel juga berpacu lebih cepat tanpa alasan.

Padahal selama empat tahun ini, alasan jantung Farel berdetak melebihi ritme karena sikap Mera. Sikap Mera yang dingin, persis Diandra dulu.

Jadi, Mera hanya...pelampiasan?

"Nona Diandra."

Farel menoleh ke kiri, menatap bingung Brawijaya yang baru saja memanggil Diandra. Senyum miring Brawijaya terlihat dari samping. "Bagaimana kabar Pak Alfian? Apa dia--eh, ups maaf, astaga saya benar-benar lupa kalau Kakek kamu masih di penjara."

Di bawah meja, tangan Budi terkepal erat. Brawijaya memang Ayah kandungnya, tapi kejahatan yang sudah lelaki tua itu lakukan pada orang-orang terdekatnya membuat Budi membenci Ayahnya sendiri.

Elnoveint✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang