G-9122039149124

648 81 20
                                    

Siaran kedua puluh dua tayang pada : 10 Juli 2021

Song recommended :
Kick it - NCT 127

Song recommended : Kick it - NCT 127

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-elnoveint-

"Elvano nggak mau lakuin perintah Ayah lagi."

Kedua mata Erlangga terbuka perlahan. Bibirnya yang menjepit ujung rokok memperlihatkan senyum miring. Ibu jari dan telunjuk lelaki paruh baya itu mengambil batang rokok, menurunkannya bersamaan asap keluar dari mulut secara perlahan.

"Bilang sekali lagi apa yang kamu bilang barusan," ucap Erlangga, tanpa membalikkan kursi kebanggannya hanya untuk menatap Elvano yang berdiri di samping meja kerja.

"Elvano nggak mau--"

Elvano tidak tau kalau Ayahnya yang licik itu sudah menelpon seseorang dan berbicara, "Ya, bunuh Safitri."

"Ayah!"

"Jadi, pilihan kamu?" Detik itu, Erlangga memutar kursi, menghadap Elvano masih dengan senyum licik di wajah. "Masih mau turutin perintah Ayah atau...Bunda kamu saya bunuh?"

Kedua tangan Elvano mengepal di samping tubuh. Mata Elvano terasa perih, dia lagi-lagi tidak bisa melawan Ayahnya. Mengetahui itu, Erlangga tersenyum penuh kemenangan.

"Ambil pesanan Ayah di tempat saudara sepupu kamu itu. Ingat, kalo kamu ketahuan lagi seperti dulu, jangan bilang yang sebenarnya atau nyawa wanita penyakitan itu dalam bahaya."

-elnoveint-

Kali ini Elvano datang langsung ke tempat dimana para pengedar tinggal untuk mengambil pesanan Erlangga. Elvano terdiam sesaat, menatap salah satu rumah di permukiman sederhana bawah jembatan jalan tol.

Dari beberapa orang yang duduk di teras sambil main kartu, Elvano melihat seorang yang sangat dia kenal sedang menjemur pakaian. Kaos tanpa lengan yang orang itu kenakan membuat Elvano bisa melihat sebuah tato bergambar anak panah di bahu kirinya.

"Bang Arfa," panggil Elvano.

Arfa sontak menoleh, raut wajah terkejutnya tidak bisa ditutupi. Cowok berumur dua puluh delapan tahun itu berjalan menghampiri Elvano dengan senyum lebar di wajah. Kemudian dia berkata, "Gue seneng banget, akhirnya lo mau manggil nama gue lagi."

Elvano tersenyum sekilas. Sebenarnya, ada sebuah kode tersembunyi dari kembalinya panggilan itu. "Gue mau ambil barangnya."

Arfa mengangguk. "Bentar, gue ambilin." Dia berbalik badan, masuk ke dalam rumah kontrakan dan kembali dengan tangan kanan membawa sebuah amplop coklat seperti dua hari yang lalu.

"Ini barang--"

Dor!

"Angkat tangan!"

Elnoveint✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang