NN-912203914324320

590 76 56
                                    

Siaran kedua puluh sembilan tayang pada : 12 Agustus 2021

Song Recommended :
Kick It - NCT 127

Song Recommended : Kick It - NCT 127

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-elnoveint-

Hatim berhenti melangkah. Lampu di ruangan tempat dia berada padam. Pasti Farhan sudah melakukan tugasnya. Senyum miring Hatim terbit. Giliran dia menjalankan tugas bagiannya. Hatim menyalakan alat--yang kata Budi berguna untuk memutus sinyal ponsel.

Mendengar langkah kaki mendekat, Hatim waspada. Salah seorang pengawal bertanya pada Hatim, "Kenapa tiba-tiba mati, sih, ini?"

"Saklarnya putus, mungkin?" Iya, emang disengaja.

"Ah iya pasti itu. Orang listrik rumah tetangga nyala semua. Emang sering banget listrik di sini padam. Padahal punya orang kaya." Untung, dia percaya. "Gue hubungin tukang listrik dulu, deh!"

Dia mengeluarkan ponsel dari dalam saku. Tak lama, Hatim mendengar suara decakannya. "Ck, kenapa nggak ada sinyal dah?!"

"Oh, lo gunain kartu yang kalo listrik padam sama pas hujan sinyal ilang-ilangan?" Hatim hanya asal menebak.

Pengawal itu malah terkekeh, "Iya, Bro."

Dari suara dan bagaimana dia memanggil Hatim, Hatim bisa menebak pengawal satu ini masih seumuran dengannya. "Kalo gitu, gue aja yang hubungin. Gue punya kenalan tukang listrik jago."

Sebenarnya, sinyal di ponsel Hatim juga hilang. "Halo, ini saya, Mas. Tolong datang ke komplek perumahan Asri rumah nomor 21, ya, Mas." Hatim sejenak terdiam, seolah orang yang ditelpon membalas ucapannya. "Oh oke, saya tunggu. Terima kasih, ya, Mas."

Kemudian Hatim memberitahu pada orang di depannya. "Lima belas menit lagi--" sesuai rencana, di saat jarum jam menunjuk angka delapan, "--mereka akan dateng ke sini."

-elnoveint-

Detak jantung Diandra berdegup kencang. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima puluh lima. Lima menit lagi. Diandra menatap bergantian tiga cowok di depannya. "Siap, gais?"

Mereka mengangguk yakin menjawab pertanyaan sederhana dari Diandra. "Apapun yang terjadi, selametin diri kalian dulu, oke? Gue nggak mau liat kalian ada yang terluka."

Biru senang sekali mendengarnya. "And nggak usah khawatir sama Biru, Biru bisa jaga diri kok." Pede bener buaya satu ini!

Saka mencibir, "Diandra khawatir sama semuanya, bukan sama lo doang, Urib!"

Biru membalas, "Jangan panggil gue Urib, Akas!"

"Lo juga jangan panggil gue Akas, Bego!"

"Apa perlu gue jahit mulut kalian berdua biar nggak ribut mulu, hm?" Saat mengatakannya Diandra memang tersenyum, tapi lebih ke senyum mengerikan daripada senyum manis. Saka dan Biru kompak menggeleng kuat.

Elnoveint✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang