"Eh, eh," tangan mungil Riri nepuk nepuk bahu Jaemin. Cowo Na itu langsung ngurangi speed motornya.
"Apaan?!" Teriak Jaemin dari balik helm fullfacenya. Biar suaranya kedengeran.
"Gue turun di sini aja!!"
Motor Jaemin menepi di bahu jalan. Ini padahal SNU udah di depan mata. Jaemin ngelepas helmnya saat Riri turun dari boncengan.
"Lo nyusahin ya, kampus deket lagi juga pake acara mau turun disini. Napa sih?" Dahi Jaemin ngerut dalam.
Riri ngelepas helmnya sendiri dan langsung di kasihin ke Jaemin. "Gue gak mau semua pada heboh lantaran gue nebeng lo."
"Ya gapapa kali. Tar juga semua juga tau kita tunangan," tutur Jaemin santai.
Mata Riri melotot. "Ih gak mau!"
"Ya gak bisa dong. Kita tunangan itu atas persetujuan orang tua kita. Bunda sama papi lo pasti ngundang beberapa orang di kampus. Gak ada ceritanya backstreet."
"Lambe lo enak banget ya nyerocos. Gue kuncir sini biar diem!"
"Cium aja sini," Jaemin malah nyodorin bibirnya sambil majuin kepala. Alhasil dahinya di toyor sama Riri.
"Gak usah kebanyakan modus lo ya."
Bukannya kesel, Jaemin malah ketawa tawa gak jelas. Bibir Riri maju, kesel.
"Tuh kan, lo sendiri mancing-mancing. Minta banget ya bibirnya di slepet bibir gue."
"Dasar mesum lo!" Tangan Riri keangkat buat nampol kepala Jaemin atau apalah bagian tubuh cowo itu yang bisa di tampol. Tapi Jaemin cepat cepat nahan lengan Riri. Setelahnya, dengan mudah Jaemin narik Riri ke depan.
"Lo ap-"
"Punya lo gede juga ya," sepasang mata Jaemin melirik ke bawah, tepatnya ke piiiiiiip-piiiiiiiip-nya Riri. Tau arah pandang Jaemin. Di sentaknya kuat tangan Jaemin sama Riri. "Napa lo?! Pengen?"
Jaemin mengulum senyum. Masih kerasa sintalnya benda itu yang tadi nempel di punggung Jaemin. Juga beberapa kali nubruk karna Jaemin ngerem mendadak. Dahi Riri mengernyit ngeliat raut Jaemin yang eerrrr. . . Pasti lagi bayangin yang iya-iya. Di raupnya wajah mesum itu sama Riri.
"Mata lo mesti di sekolahin dulu keknya."
"Ck, Riri Choi!" Teriak Jaemin begitu si cewe Choi langsung ninggalin dia gitu aja.
"Iya pengeeeen!!!"
"Gilak!!" Riri nolehin kepala dan ngacungin jari tengahnya ke Jaemin.
"Bye, cantiiiik!!" Jaemin melambaikan tangannya penuh semangat sebelum kembali memakai helm dan menghidupkan motornya.
---
Kelar kelas, Riri langsung chat Kak Hyunjin buat ketemuan. Tapi chatnya malah gak di bales. Riri udah nungguin di kantin FISIB hampir setengah jam. Ia mengetuk jari di atas meja dengan cemas. Bimbang antara mau nemuin langsung Kak Hyunjin di gedung teknik apa nunggu doi respon.
"Susulin aja kali ya," gumam Riri, ngomong sendiri. Kelima temannya—read—Yeni, Ocha, Nini, Jihan, Lila—sibuk ngegibah, gak menyadari gelagat aneh Riri. Sampai cewe itu beranjak dari kursinya dan ijin mau ke toilet. Belum sempat nyautin, Riri keburu pergi.
"Biasanya minta di temenin," kata Lila yang di balas anggukan Ocha.
"Eh, tumben seblaknya gak di abisin," — Jihan.
Yeni ngeliat mangkuk seblak Riri yang emang masih banyak. Keknya cuma di makan beberapa sendok doang.
"Sakit perut kali," Nini menimpali. Yang lain pada mengangguk sementara Yeni lumayan keganggu sama sikap Riri. Pasalnya Riri gak bisanya nyisain seblaknya macem gini. Nambah lagi ada tuh cewe. Gak mau ambil pusing dan malah berakhir nethink, Yeni lanjut makan mie ayamnya. Berharap temennya satu itu baik-baik aja. Nanti Yeni tanyain deh.
———
"Hallo, kak. Lo dimana?" Tanya Riri, sumringah begitu panggilannya di sambut Hyunjin.
"Gue baru kelar kelas. Kenapa?"
"Gak bisa ketemu bentar gak?" Riri agak mojok di koridor deket kantin sembari menggigiti jari kukunya. Gelisah. Was was Hyunjin bakalan mau ketemu apa enggak mengingat gimana respon cowo itu semalem.
"Temuin gue di halaman belakang gedung teknik. Samping lapangan basket," ujar Hyunjin dan tanpa menunggu langsung memutuskan sambungan telpon Riri.
"Kak—"
Seenggaknya, Riri bisa bernapas lega karna Hyunjin mau di ajak ketemuan. Positif aja brader, kali aja Hyunjin berubah pikiran dan mau pacaran sama Riri walau bohongan. Tapi kalo misal gak mau gimana? Haruskah Riri mohon-mohon sambil nangis gitu?
———
"Sorry, gue gak bisa."
Satu kalimat itu mampu memudarkan senyum dimple Riri yang udah diset semanis mungkin saat menyambut Hyunjin.
Tertolaq qaqa.
Riri berusaha mengatur napasnya yang tiba-tiba terasa terenggut. "Kak, gue bahkan belum bilang apapun dan—"
"Sekalipun lo bilang cuma pura-pura, gue gak mau."
"Lo gak mau denger alasan gue ngelakuin hal ini," nada Riri melas banget. Tapi Hyunjin gak ada belas kasih sama sekali. Malah menatap sosok mungil itu dengan raut datar andalannya.
"Gue rasa gak perlu dan stop chat gue," kata Hyunjin sebelum ninggalin Riri gitu aja.
Riri mengepalkan dua tangannya erat. Menundukan kepala seraya menghirup oksigen sebanyak mungkin dan secepatnya berbalik buat pergi dari sana.
"Haechan," mata Riri membola melihat sosok Haechan yang berdiri gak jauh dari posisinya sekarang.
Sepupunya itu menatap sinis Riri. "Sejak kapan lo jadi cewe murahan, ngemis-ngemis gitu sama cowo?"
Kepala Riri menggeleng pelan. "Gak gitu."
"Jadi?"
Mata Riri berkaca-kaca.
"Kenapa lo jadi bikin semuanya ribet sih? Lo tinggal nerima perjodohan itu aja. Fasilitas lo gak bakal di cabut, lo gak perlu ngemis-ngemis sama cowo sampe di tolak kayak gitu. Lo gak malu apa?" Cecar Haechan.
"Echan, lo kok gitu sama gue?" Yang tadinya gak mau nangis, Riri jadi nangis karna cecaran Haechan barusan.
"Lo tuh ngeselin."
——
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaemin | 7 Rings [COMPLETED]
Fanfiction[PG+16] | Completed "Gimana jadinya kalo dua makhluk yang selalu terlibat percekcokan sengit tiba-tiba di jodohin?" Present : Jaemin x Riri (OC) With Hyunjin and others :: Bahasa semi baku :: Chapter sudah lengkap :: Don't be silent readers