7 Rings : Firasat

296 40 143
                                    

"Hmmn," desah Riri disela cumbuan Jaemin di bibirnya. Tangannya mengalung erat di leher pemuda itu. Berpegangan disana agar tidak terlepas. You know, he's such a good kisser. Well, mungkin karena Jaemin punya banyak pengalaman sama cewe. Beda sama Riri yang tidak pernah pacaran. Tapi Riri bukan amatir. Ia sedikit tau tekniknya dan. . . Ikuti naluri.

Kala ini, setelah tadi pergi makan sama bunda. Jaemin mengantar Riri pulang ke rumah. Mereka sudah sampai di depan pagar kediaman Riri. Tapi entah siapa yang memulai. Keduanya sudah kembali berciuman mesra. Di iringin audio dari speaker bluetooth Jaemin. Judulnya, Kekasih Gelap. Sound-nya sangat mendukung sekali ya, bun?

Tidak ada satu pun di antara mereka yang mau melepaskan tautan itu. Tangan nakal Jaemin juga sudah kemana mana. Riri tidak menolak. Malah semakin menempel pada tubuh atletis Jaemin yang di balut kaos hitam. Leather jacketnya sudah tertanggal sejak tadi. Panas. Padahal pendingin menyala dengan baik.

Dering ponsel mengejutkan keduanya. Riri melepas kontak terlebih dulu. Memundurkan kepala lalu melirik ponselnya yang tergeletak di atas dashboard mobil. Nama Haechan tertera disana. Riri meraih benda itu dengan satu tangan yang masih merangkul leher Jaemin. Sesekali Jaemin mencuri kecupan di pipi, rahang, dan leher jenjang Riri.

"Katanya lo balik hari ini?" Tanya Haechan di seberang sana.

Riri menggigit bibir bawahnya dan melayangkan protes kala Jaemin menyesap perpotongan lehernya. "Eung, iya ini udah sampe," katanya. Beruntung bisa mengucapkan frasa dengan lancar walau Jaemin terus saja menginterupsinya.

"Dimana? Di rumah?" Haechan yang lagi duduk di balkon lantai dua kamarnya melihat ke depan rumah megah sepupunya itu.

"Iya," sahut Riri singkat. Ia terkikik saat Jaemin menyurukan kepala di bahu dan leher. Rambut lebat itu menggelitik sekitaran kulit lehernya yang sensitif.

Dahi Haechan mengerut. "Lu kenapa dah?"

Riri tertawa lantas mendorong kepala Jaemin. Pemuda itu menekuk bibirnya ke bawah lalu tanpa aba-aba menyerang bibir Riri kembali. Ponsel gadis itu jatuh ke sela kursi mobil.

"Woy, lu ngapain??!" Geram Haechan. Saat ia menajamkan telinga. Yang ia dengar adalah suara desahan juga geraman laki-laki yang seketika memnbuat telinga Haechan panas. "Anjing!! Mesum lo ya???! Yak!! Riri Choi!!!"

Dua sejoli itu tidak peduli. Asyik dengan dunia mereka sendiri.

*

"Udah sanaaa, gue mau masuk," Riri mendorong Jaemin yang tengah menggenggam erat tangannya.

Jaemin menggesekan punggung tangan Riri di pipinya. "Nantii~~"

"Anjiir, gak cocok lu kayak gitu. Mau muntah gue sumpah," Riri mengernyit jijik akan tingkah Jaemin. Pemuda Na itu malah cengengesan. Raut tanpa dosanya membuat Riri gemas. Ia cubit pipi itu yang ternyata sangat lembut. Mirip slime.

"Sakiiit," Jaemin memegangi lengan Riri yang masih gemas mencubitinya.

"Ya makanya pulang sana!" Riri melepaskan tangannya dan mendorong Jaemin agar masuk ke dalam mobil.

Jaemin tersenyum seraya melambaikan tangan. "Bye~~"

"Bye, Jaeman!"

Riri menunggu sampai Jaemin benar-benar pergi barulah dirinya masuk ke dalam rumah. Saat masuk, Riri di sambut sama papi yang tengah berdiri sambil berkacak pinggang. Papi melirik koper Riri dan puterinya itu bergantian.

"Kamu bilang pergi ke Ausie buat study tour? Kenapa pulangnya sama Jaemin?"

Riri gelagapan. "Eung, itu iya—Riri kebetulan ketemu sama—"

Jaemin | 7 Rings [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang