7 Rings : Shopaholic

168 34 20
                                    

Kalo udah urusan belanja. Riri bakal lupa sama urusan dunia. Termasuk pertengkarannya dengan Jaemin dan janji Riri buat nyelesaiin tugas praktikumnya minggu ini.

Tas, sepatu, baju, seakan membutakan matanya. Bersama lima CeCan lainnya, Riri keluar masuk beberapa butik di dalam mall. Membeli barang-barang yang sekiranya menarik.

Duit?

Bukan masalah.

Riri tinggal make black cardnya aja. Pilih ini pilih itu, masukin ke dalam paper bag. Bayar. Selesai. Gak mikir itu duit papinya nyari kerja lembur bagai kuda. Kaki di atas kepala di bawah. Semua untuk memenuhi kebutuhan puteri semata wayangnya yang boros minta ampun.

Kata Riri mah buat apa nyari duit kalo gak buat di belanjain. Ya masa di simpen sih. Kan sayang! Duit juga gak di bawa mati. Jadi gak masalah kan kalo sesekali doi belanja sedikit dari duit hasil keringat papinya. Kata papi juga duitnya masih banyak.

Tapi yakin sesekali?

Iya, ke mall-nya sesekali. Tapi check out shopi-nya berkali-kali. Kan sama aja boong.

"Eh, gaiss!! Kembaran dress hayo. Warna putih bagus nih, Cyin," kata Riri dengan gaya-gaya alay.

"Bagus nih," sahut Ocha.

"Iya, style gue banget mah," Yeni nimpalin sambil sibuk bulak balik dress pilihan Riri.

"Mba!" Lila manggil penjaga butiknya. Datanglah mba-mba cantik nan anggun.

"Ya mba ada yang bisa saya bantu?" Tanya mba-nya.

"Mba, kita mau nyoba yang ini. Ada enam gak? Modelnya yang sama," kata Yeni.

Mba-nya senyum tipis. "Maaf mba. Kalau dress atau kemeja warna putih gak bisa di coba. Mencoba berarti membeli. Mba gak baca tulisannya?" Mba itu nunjuk tempelan di rak etalase. Tertulis disana untuk baju kemeja atau dress putih, mencoba berarti membeli.

Riri rolling eyes. "Ya di coba emang mau di beli-lah. Lo pikir gue dateng kesini cuma mau liat-liat doang," katanya malah nyolot.

Mba-nya langsung ngeliat Riri dengan raut gak suka. "Iya, saya tau, mba. Saya cuma menjelaskan kalau mba belum baca."

"Gue bukan anak sd make acara di jelasin segala. Lagian gue bisa baca kali!"

Jihan nahan lengan Riri. "Udah, udah. Gak usa emosi," nasihat Jihan.

"Gak bisa! Gue males ya dari tadi orang ngomong ngeremehin gue mulu. Gak si brengsek Jaemin, mba-mba ini. Terus nanti siapa lagi??!"

Nini, Yeni, Lila, Ocha senggol-senggolan.

"Mba yang sopan ya kalau bicara," mba-nya malah bales ngomong gitu.

"Gue uda sopan ya dari tadi. Makanya lo gak usah bacot. Gue mau beli. Ini dressnya mau di beli kagak? Gue laporin sama manager lo tau rasa!! Mana manager lo?? Spv? Mana??!"

Gak lama seorang pria datang dan langsung membungkuk sopan.

"Oh jadi elo managernya?" Tanya Riri ngeliat pria itu yang penampilannya rapi dengan dasi di leher.

"Iya, maaf, bu atas ketidak nyamanannya. Kalau pelayanan kami tidak memuaskan, saya minta maaf."

"Bu, bu, bu. Gue bukan babu lo!" Bales Riri masih nyolot. Jihan udah gak enak hati. Yang lain cuek-cuek aja.

"Maksud saya ibu."

"Diih, ibu. Kapan gue nikah sama bapak lo?" Riri malah sewot.

Manager butik itu cuma bisa ngeluh dalem hati. Kenapa juga dapet pelanggan modelan gini? Jadi dia kudu mangggil apa coba.

"Ya, maaf, mba. Saya gak bermaksud."

"Bilangin ya sama pegawai lo ini," Riri nunjuk mba-nya tadi yang sekarang cuma bisa nunduk dalam diam.

"Gue kesini mau beli. Di kata gue cuma mau nyoba doang!! Eh, gue punya duit. Jadi jangan mudah ngeremehin orang! Sumpah! Emang lo kira semua gak mampu apa belanja di butik lo ini?!"

"Maaf, mba. Sekali lagi kita minta maaf."

"Iya, maaf mba," si mba-nya tadi minta maaf juga.

Riri mendecak. "Lo tau Grup Choi?"

"Iya, tau, mba. Yang punya mall ini," kata si manager.

Riri nyibak rambut pajangnya ke belakang. "Girls, kasih tau."

Ocha ngelipat tangannya di depan dada. "Dengan hormat saya kenalin yah, ini anaknya pemilik Grup Choi."

Manager dan mba-nya ngelongo. "Hah??!"

"Ma-maksudnya, mba ini anaknya Pak Sehun?"

"Ck, iya, gue anaknya. Napa lo? Kaget?"

"Ma-maaf, mba. Eh maksud saya, Nona Choi. Maaf. Kita gak tau."

"Ya udah, gue maafin. Tapi lain kali gue gak akan biarin hal ini terjadi lagi. Lo gak boleh ngeremehin orang. Emang lo bisa ngukur dompet orang itu seberapa? Enggak kan?!"

CeCan Squad mengangguk setuju.

"Maaf, mba. Jadi, mba mau baju yang mana?"

Riri tersenyum miring. "Semua yang warna putih, gue beli."

"Ba-baik, mba."

Habis ngomelin yang punya butik, Riri langsung mendial nomor papinya.

"Pih, butik lantai satu yang deket pintu masuk mall punya papi itu tolong di tutup dong," pinta Riri santuy.

"Lah, kenapa gitu, dear?" Sahut papi di seberang sana.

"Pelayanannya gak bagus."

"Okay, okay. Siap laksanakan!"

"Woaah!!! Temen gue ini!!" Nini tersenyum bangga.

"Siapa suruh gak sopan sama gue!"

"Lo gak gituin Jaemin juga, Ri? Kan dia juga ngeremehin lo tadi," kata Lila manasin.

"Iya juga sih. Tapi," Riri mikir lagi. "Gue masih pertimbangin karna Jaemin anak Bu Yoona. Lo tau kan Bu Yoona dosen favorite gue."

"Lo jahat banget sih, Ri!" Jihan cemberut. Tapi senyuman gak lama terbit di bibirnya.

"Tapi gue sukaaaa!!" Sambungnya dengan senyum lebar.

Keenam cewe itu langsung terbahak. Kompak banget elaah!!!

* * *

Next??

Next??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jaemin | 7 Rings [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang