7 Rings : Di cepuin

161 39 23
                                    

Senyum Riri terbit begitu motor Hyunjin berhenti di sebuah pinggir jalan. Di sisi kiri terdapat pantai luas membentang dengan panorama sedap di pandang.

Turun dari motor, Riri langsung berlarian kecil menuju bibir pantai. Ia tertawa lepas saat ombak kecil menyapu heelsnya. Sosok Hyunjin menyusulnya dari belakang dan tanpa aba-aba langsung merangkul Riri dari belakang.

Deg

Riri ngerasain jantungnya kembali berdetak gak terkendali. Pun rona merah menjalari pipi putihnya. Ia mengulum senyum, satu tangannya merangkak ke atas, menangkup tangan Hyunjin yang masih melingkari perutnya.

"Happy?" Bisik Hyunjin tepat di sisi telinga kirinya lalu menyandarkan dagu di bahu sempit Riri. Cewe Choi itu cuma bisa mengangguk. Tubuh mungilnya tenggelam dalam tubuh besar Hyunjin. Nyaman dan hangat. Menghalau udara dingin kali ini yang udah menginjak februari.

Lalu keduanya membisu. Hanya deburan ombak dan sayup-sayup burung camar saling bersahutan, menemani setiap detik kebersamaan mereka yang entah sampai kapan.

Pelukan Hyunjin merenggang membuat Riri membuka matanya yang sejenak terpejam—menikmati momen itu. Hyunjin membalik tubuh Riri hingga kini keduanya berhadapan. Jarak yang gak seberapa membuat Hyunjin juga Riri bisa dengan leluasa saling menatap, menyelami netra masing-masing dan mencari arti dari hubungan ini sekarang.

Tangan Hyunjin keulur kebelakang, menarik satu-satunya benda yang mengikat rambut Riri jadi satu. Membiarkan rambut sehitam jelaga itu terurai lembut. Membingkai wajah mungil Riri yang terlihat cantik hari ini.

"Lo cantik," ujar Hyunjin pelan, sepelan dirinya yang sedikit membungkuk lalu menunduk untuk meraih candu yang pernah ia rasakan sebelumnya.

Hatinya mendorong untuk tau apa rasa itu masih sama ketika terakhir kali lidahnya menyecap disana. Perlahan Riri menutup mata seiring pagutan lembut mempermainkan bantalan lembut miliknya. Bermain-main disana dengan lidahnya yang ahli, merenggut seluruh kewarasan Riri, menenggelamkannya dalam dunia yang dinamakan cinta diselipi nafsu yang membuatnya terlena.

Saat pagutan itu terlepas, keduanya membagi senyum manis ditengah deru napas yang saling beradu. Hyunjin kembali mendekap Riri, mengusap punggung itu lembut sebelum bibirnya berujar pelan, "now what?"

"Hm?" Riri menggumam.

"Would you be my girl?"

Genggaman Riri di sisi jaket Hyunjin menguat dan tanpa ragu ia menjawab. "Iya kak. Gue mau. Gue mau jadi cewe lo."

———

"Renjun!" Teriak Jeno begitu panggilan telponnya di angkat sama si mungil yang katanya tuh janji stand by setengah jam lebih awal. Dan sekarang, setelah Jeno nunggu satu jam lebih gak ada tanda-tanda temennya yang satu itu bakal dateng.

"Dih gak usah teriak babi! Gue gak budeg!"

Nah, udah salah karena telat malah balik ngegas. Jeno mendecakan lidah. "Lo dimana temennya babi? Gue sama Yangs udah nungguin lo dari tadi disini."

"Ck, Taro tiba-tiba mau ikut. Jadi gue jemput dulu ke apartnya."

"Asu! Katanya gak mau ikut! Gimana sih?!"

"Gak tau! Lo tanya sendiri sama anaknya nih!"

"Ck, gak perlu. Lo berdua buruan kesi—"

"Dude, dude," Yangs menyela omongan Jeno. Menoel noel bahu Jeno beberapa kali.

"Apaan sih?"

"Ituuu, ituuu," Yangs nunjuk-nunjuk ke pintu rest stop area yang sekarang jadi tempat singgah keduanya.

Jaemin | 7 Rings [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang