“Pagi om!”
“Oalah asu!” umpat Riri melihat Jaemin sudah stand by set jam tujuh pagi.
Papi melototin Riri. Puterinya langsung nyengir. Jaemin pasang wajah kalem. Ya kali ikutan mengumpat di depan camer. Cari mati namanya. Mending cari muka. Ya ‘kan?
“Om,” Jaemin salim. Papi menepuk singkat puncak kepala pemuda Na itu. Setelah berbasa basi singkat yang di hadiahi picingan mata Riri, Jaemin duduk di kursi sebelah Riri.
Menerima sendokan nasi goreng dari Bi Reni di atas piring kosongnya. Lalu meneguk air putih sebelum bersama-sama menyantap hidangan sarapan pagi itu.
“Lu numpang makan terus di rumah gue. Jadi anak terlantar lu,” kata Riri bisik-bisik. Takut di dengar papi bisa kacau. Jaemin menelan kunyahan nasi gorengnya.
“Bunda gak masak,” alasan Jaemin.
HE to the LO. Selevel bunda Yoona enggan masak sarapan pagi??? Liar!! Ini akal-akalan Jaemin tentunya. Biar bisa alasan buat sarapan bersama keluarga Choi.
“Kenapa bisik-bisik?” tanya papi melihat Riri dan Jaemin terus melakukan itu.
“Papi nasi gorengnya enak,” Riri kembali makan dengan tenang. Jaemin mengangguk. Memang seenak itu walaupun tidak seenak punya bunda sih.
“Bi, punya bang Johnny sama Echan udah di anterin?” tanya papi pada Bi Reni yang baru saja datang, menyajikan kopi buat papi, dan sepiring pie apel kesukaan Riri.
“Sudah, Pak. Tadi saya anterin kesana. Tapi Den Haechan gak ada, kata Pak Johnny sudah pergi ke kampus pagi-pagi.”
Papi menghela, “belakangan memang Haechan sibuk terus sama kegiatannya,” lalu melirik Jaemin. “Sesibuk itu ya ikut organisasi?”
“Gak juga sih, om. Tapi setau Jaemin sih, Haechan emang banyak terlibat sama ormas gitu. Kalo Jaemin Cuma ikut UKM—“
“Gak ada yang nanya,” sela Riri lalu menggigit pie nya besar-besar.
“Riri,” tegur papi. “Itu kamu makan banyak banget. Apa gak sakit perut nanti di kampus?” kata papi setelah menyesap kopinya. Riri menggeleng.
“Sarapan lo another level,” Jaemin berdecak keheranan.
* * *
Dan benar kata papi tadi, Riri benar sakit perut. Baru juga sampai di kampus. Ini kalau ke toilet dulu pasti masuknya telat. Mana kelas Pak Doyoung lagi. Tapi mau bagaimana lagi, kalau di tahan nanti malah kebablasan di kelas.Riri langsung memundurkan kepala saat Jaemin mendekat. Tahu kemana arah tindakan pemuda itu. “Gue lagi sakit perut.”
Jaemin kembali mendekat, tidak peduli perkataan Riri barusan. Tangan Riri menahan dada Jaemin. “Jaem!”
“Hubungannya sama lo yang mau boker dan gue minta jatah apa?”
“Bahasa lo jatah?!” Riri kembali meremat perutnya sambil meringis. “Udah gue gak tahan. Mau ke toilet dulu.”
“Gedung A aja biar cepet,” kata Jaemin. Riri tidak peduli, ia menyerahkan tas tangannya pada Jaemin sebelum melesat pergi. Jaemin mendecak, menyandang tas Riri di bahu.
* * *
“Hufft, legaaa,” Riri keluar dari bilik toilet. Membasuh tangan di washtafel lalu keluar dari sana.“Buju buneng!! Eh lu ngagetin gue!!” teriak Riri melihat Jaemin lagi sandaran di dinding sebelah pintu toilet.
“Nungguin lo lah. Lama banget. Batu yang lo keluarin?” sungut Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaemin | 7 Rings [COMPLETED]
Fanfiction[PG+16] | Completed "Gimana jadinya kalo dua makhluk yang selalu terlibat percekcokan sengit tiba-tiba di jodohin?" Present : Jaemin x Riri (OC) With Hyunjin and others :: Bahasa semi baku :: Chapter sudah lengkap :: Don't be silent readers