"Na, kamu dimana sih? Kok keknya sibuk bener. Ini weekend loh," kejar Karin di seberang sana, via telpon.
Jaemin yang masih antri buat beli es kopi tersenyum, maju selangkah karena antrian di depannya berkurang. Lalu netranya melirik cewe cengeng ajaib yang lagi duduk santai gak jauh darinya, lagi nyemil es krim.
"Aku lagi ada kerjaan diluar," Jaemin kembali melihat antrian panjang di depannya.
"Kerjaan apa? Mentorin cewe itu lagi ya?"
"Pinter. Itu tau," ujar Jaemin. Senyum masih tak lepas dari bibirnya. "Emang kenapa sih? Kita gak ada janji ketemu kan?" Kali ini Jaemin yang bertanya.
Bisa Jaemin dengar dengkusan Karin di seberang sana. "Iya ga apa-apa. Cuma kamunya susah banget di hubungin. Jadi aku ke rumah kamu sekarang."
Jaemin agak kaget. "Oh, di rumah?"
"Iya, sekalian aku juga mau ada yang mau ditanyain soal kerkom kemarin."
"Kan bisa kita bahas besok. Lagian bukan cuma kamu sama aku. Ada Yangs juga."
"Ya tapi aku cuma maunya bahas sama kamu. Sekalian juga Qtime. Kamu gak mau?"
Oh, Jaemin paham maksudnya. Cowo Na itu tersenyum miring. Ia berdeham lalu mengoper ponselnya ke tangan sebelah kiri dan kembali menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
"Bentar lagi kelar kok. Gapapa nunggu?" Jaemin menerima pesanannya dan bergumam makasih sama mba kasirnya. Ia berjalan pelan menghampiri Riri. Keknya es krim cewe itu sudah habis. Gilak! Itu ukuran jumbo loh! Dia makan langsung di telen semua kali yah.
"Gapapa, Na. Aku tungguin. Ada Tante Yoona juga."
"Okay, sweety. See you there," Jaemin menyimpan ponselnya dalam saku jaket.
"Lo pulang sendiri bisa kan?" Ujar Jaemin.
Riri mengelap bibirnya dengan tisu dan mengangguk. Gak mau banyak tanya kenapa Jaemin urung mengantarnya. Padahal cowo itu sendiri yang tadi maksa buat nganterin balik.
"Mau gue pesenin taksi?" Jaemin kembali mengeluarkan ponselny dan mengutak atik aplikasi taksi online.
"Gue pesen sendiri aja," tolak Riri. Jaemin mendongak, menatap cewe Choi itu sebentar sebelum mengangguk.
"Okay, hati-hati di jalan."
Dahi Riri mengernyit. "Lo kenapa jadi baik sama gue?"
Jaemin mendecak malas. "Gue baik salah, gue brengsek salah. Mau lo apa sih?"
Riri menegakan punggungnya. "Maunya gue?"
Kepala Jaemin mengangguk.
"Bayarin taksi gue dong. Ehehehe."
Ingin rasanya Jaemin mengumpat!!
Tapi akhirnya di bayarin juga sama Jaemin. Tanpa bilang makasih, Riri langsung minta mas supirnya buat tanjap gas. Jaemin cuma bisa bersabar. Puji syukur dia gak kebawa emosi seharian ini. Ada keselnya lah dikit. Tapi gak sampai buat emosi.
Jaemin lanjut ke arah parkiran buat ngambil motornya. Karin pasti udah lama nunggu. Sayang kan cewe cantik malah di anggurin.
——
"Kamu makin hari makin cantik deh, mol. Papi jadi sayang mau ngelepasin kamu. Nanti gak bisa liat lagi kecantikan kamu itu. Tali papi gak enak sama temen papi. Keknya dia beneran naksir kamu. Kamu tau kan, papi ini orangnya gak enakan. Jadi—"
"Pih!"
"Astagah!" Papi terlonjak, bersandar pada dinding kaca akuarium besar ikan cupangnya sambil elus dada. Papi melototin Riri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaemin | 7 Rings [COMPLETED]
Fanfiction[PG+16] | Completed "Gimana jadinya kalo dua makhluk yang selalu terlibat percekcokan sengit tiba-tiba di jodohin?" Present : Jaemin x Riri (OC) With Hyunjin and others :: Bahasa semi baku :: Chapter sudah lengkap :: Don't be silent readers