7 Rings : Tamu Tak Terduga

165 36 15
                                    

Kaki Riri menghentak kesal masuk ke dalam rumah. Papi yang lagi ngobrol sama Om Johnny langsung mengalihkan atensinya. Dahi papi mengerut begitu melihat penampilan Riri yang acakan. Rambut lepek berhias cream juga wajahnya. Dressnya pun gak kalah kotor.

Riri menatap tajam sang papi. Namun dibalik tatapan tajam itu ada netranya sewarna madunya yang nampak berkaca-kaca. Bibir Riri bergetar. "Riri udah bilang gak mau tunangan sama Jaemin, pih."

Papi terkesiap dan setelah itu, Riri ninggalin ruang tengah. Naik ke lanta dua kamarnya. Gak lama Haechan muncul. Ada guratan lelah di wajahnya seraya menatap Om Sehun dan papa Johnny bergantian.

"Riri kenapa, nak?"

Haechan menghela. Menatap sapu tangannya yang kotor setelah ia gunakan buat menyeka cream yang mengotori hampir seluruh tubuh Riri.

"Nanti Echan coba bicara sama Riri," katanya sekedar menenangkan Om Sehun dan Papa Johnny. Om Sehun lantas menggeleng.

"Biar Om yang bicara. Kamu istirahat aja."

Papa Johnny mengangguk. "Itu cokelatnya kasih Riri ya, Hun. Biar happy dikit anaknya."

Sehun mengangguk. "Iya, bang. Makasih."
Setelahnya, Haechan dan Papa Johnny pamit pulang. Menyisakan Papi Sehun yang tengah menyiapkan kalimat untuk menenangkan puteri semata wayangnya.

———

"Hiks,"

Riri nangis?

Iya, bener.

Kan udah di bilang. Riri itu aslinya emang cengeng. Sakit dikit nangis. Apa-apa nangis. Walau jago tubir tapi hatinya melankolis brader. Gak jarang Riri meluapkan kesalnya lewat air mata. Katanya sih lebih plong di banding harus nahan dan berakhir kena mental.

Riri tengkurap dengan wajah tenggelam di kasur empuknya. Sehingga menyamarkan suara isakannya yang makin menjadi. Sesekali bibirnya mengumpati Jaemin.

"Dasar brengsek lo ya! Jaemin bajingan!! Anjing lo!! Uhuhuhu! Buaya lo!! Gue benci sama lo! Gue benci!! Uhuhuhu!"

Tapi tiba-tiba tangisnya berhenti. Riri bangun dari posisi tengkurapnya. Duduk di tengah-tengah ranjang terus ngusap pipinya yang basah air mata.

"Tunggu, kenapa gue lemah?" Gumam Riri. Dirinya mematung sejenak.

"Gak, gue gak boleh nangis dan lemah kek gini. Buat apa gue nangisin hal gak guna gini," Riri beranjak dari kasur. Melepas semua pakaiannya yang kotor dan masuk ke kamar mandi.

Riri mengisi bathtube sampai penuh dan masuk ke sana setelah mencampur airnya dengan cairan sabun.

"Besok lo harus mikir gimana cara balas si Na Jaemin itu, Riri Choi."

———

Papi yang baru berniat mengetuk pintu kamar puterinya, urung pas pintu tiba-tiba di buka. Menampilkan sosok Riri yang udah bersih dan wangi. Memakai piama hello kitty kesayangannya. Jangan lupa senyum lima jari plus lesung pipinya.

"Hai, pih!" Sapanya kelewat ceria. Mata papi kedip-kedip.

"Princess?"

"Eung?"

"Terus tadi yang pulang sambil marah-marah siapa?" Tanya papi.

"Ck, papi iih. Riri laper! Mau makan! Bi Reni masak apa?" Riri keluar dari kamar dan disusul papi.

"Bi Reni pulang tadi."

"Lah terus?" Riri nolehin kepalanya sejenak ke arah papi lalu kembali nurunin tangga.

"Ya kalo kamu mau makan delivery aja."

Baru mau menyahuti kalimat papi, bel rumah berbunyi. Papi masukin ponselnya ke dalam saku kembali yang tadi sebenernya niat mau mesen makanan.

"Siapa ya?" Tanya papi. Bahu Riri mengedik.

"Bukain sana," kata papi. Riri mendecak tapi akhirnya melangkah cepat ke pintu utama untuk melihat siapa yang bertamu.

"Iya, bentar!"

Riri bergegas membuka pintu tanpa repot ngeliat layar intercom dan tau apa yang menyambutnya pas pintu udah kebuka.

"Riri!" Seru Bu Yoona dengan senyum lebar dan tangan yang menyambut Riri dalam pelukan.

Ririnya kaget dan bertambah kaget begitu netranya menangkap sosok Jaemin yang berdiri menjulang di belakang bundanya.

'Bisa gak sehari aja dia gak menginvasi kehidupan gue?'

"Loh, Yoona?" Papi muncul dan barulah Bu Yoona ngelepasin pelukan hangatnya dari Riri.

"Mas, maaf datang di jam segini," kata Bu Yoona setelah nya juga memeluk singkat papi.

Papi mah welcome aja. "Ih gapapa. Masih sore juga. Ayo masuk," papi melihat Jaemin yang masih berdiri kaku di belakang Yoona sambil membawa dua kantong besar belanjaan. "Nak Jaemin juga ayo masuk."

"Iya, om," Jaemin mengukir senyum tipis. Ia melirik Riri sekilas yang di kasih tatapan tajam cewe itu.

"Udah makan, mas?" Tanya Yoona setelah duduk disalah satu sofa ruang tengah, di ikuti Jaemin.

"Belum, ini lagi mau rencana delivery."

Bu Yoona tersenyum lembut lalu menatap Riri. "Bunda beliin makanan kesukaan Riri loh."

Mata Riri langsung berbinar senang. "Beneran?"

Bu Yoona mengangguk. "Iya, tadi Jaemin yang beliin."

Bahu Riri langsung melorot lesu. "Oh gitu."

"Riri," tegur papi. Bu Yoona tersenyum maklum. Lantas ia raih dan genggam tangan mungil calon menantunya itu.

"Maaf ya, mungkin Jaemin belum bisa jadi yang terbaik buat kamu. Tapi Bunda yakin, seiring waktu, kalian bisa sama-sama saling mengerti. Terutama Jaemin. Riri mau kan berusaha untuk mencintai anak bunda? Jaemin juga," Bu Yoona menatap Riri dan Jaemin bergantian.

Jaemin menundukan kepala. "Jaemin terserah sama Riri aja," katanya.

Riri mendecih dalam hati. Liat kan kalian semua! Di depan bunda aja Jaemin gini! Sok jadi anak baik dan penurut!

"Riri?" Bu Yoona menanti dengan harap-harap cemas. Pun dengan papi.

Tangan Riri balas menggenggam tangan Bu Yoona. Ia tatap tanpa ragu manik jernih perempuan di hadapannya itu. Riri beneran gak tega kalo harus bilang enggak sama Bu Yoona. Bu Yoona segitu baiknya ngalahin malaikat.

"Iya, Riri bakal nyoba."

Bu Yoona tersenyum lega begitu mendengar jawaban Riri. Ia bawa kembali Riri dalam pelukannya dan dengan lembut mengucapkan kata terima kasih.

Jaemin diam-diam merasa lega. Bibirnya tersenyum tipis dan sejenak ia menatap paras Riri. Gak ada manipulasi dalam raut jelitanya. Hanya binar polos yang penuh kehangatan. Apa ini alasan bunda niat banget jodohin Jaemin sama Riri?


Next ?

Jaemin pas dateng kek gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin pas dateng kek gini

Jaemin | 7 Rings [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang