Bonus : Bukan Update

279 32 103
                                    

Ini seandainya jika Riri dan Jaemin sudah jadi pasangan kekasih yang saling mencintai. . .

-

Besok hari Valentine. . .

Katanya hari kasih sayang sedunia. . .

Terus kalau tanggal 14 itu di artikan demikian, berarti hari-hari biasanya itu bukan hari kasih sayang?

Ya?

"Konsepnya gak gitu kali, sayang? Cuma simbolis aja kok. Gue tiap hari sayang sama lo," ujar Jaemin perkara Riri membahas soal Hari Valentine.

Bukan, ini bukan karena Riri ingin merayakannya bersama Jaemin. Tapi karena ia sedikit terganggu atau lebih tepatnya benar terganggu dengan CeCan Squad yang heboh membahas Hari Penuh Kasih Sayang itu di grup.

Mereka terus membahas hadiah apa yang bakal mereka berikan pada sang kekasih hati atau pada gebetan. Juga berinisiatif saling tukar kado di antara mereka. Repot.

"Emangnya natal pake acara tukar kado segala!!" Riri sewot yang malah mendapat cubitan gemas dari Jaemin.

"Sayang, kan cuma buat seru-seruan."

"Ya selama ini juga gak ada tuh ngeraya-rayain kayak gitu. Kayak yang heboh bener tau gak sih!"

Jaemin merangkul bahu Riri. "Terus lo gak ada niatan buat ngerayainnya sama gue?"

"Ngerayain yang gimana dulu? Cuma kasih gue coklat gitu?" Riri kini sepenuhnya fokus pada Jaemin yang duduk di bawah, dekat kaki ranjang.

"Kebalik gak?" Dahi Jaemin mengernyit. "Lo yang kasih gue coklat. Hadiah atau apalah."

Riri menggeleng cepat. Membuat pony tailnya ikut bergerak. Lucu. Jaemin tersenyum lalu tanpa aba-aba, merangsek maju, memeluk pacarnya itu hingga keduanya terguling di atas karpet beludru empuk yang sekarang jadi alas mereka duduk.

Pekikan Riri terdengar nyaring. Ia menjambak rambut belakang Jaemin saat gigitan-gigitan kecil di dapatkannya. Di sekitar leher dan bahu. Jaemin menulikan telinga juga sesekali meringis saat jambakan Riri makin menjadi. Tapi tidak menghentikan aksinya.

Pintu kamar di ketuk, barulah Jaemin berhenti. Lantas Riri memukul kepala Jaemin membuat si empu meringis. "Shht, bentar-bentar," Jaemin menempelkan jari telunjuknya di bibir. "Tadi perasaan ada yang ngetuk pintu deh."

Riri memutar bola matanya jengah. "Ya makanya minggir," tangan mungil itu berusaha melepaskan Jaemin yang masih mengukungnya. Jaemin bergeming.

"Iih, Jaemin berat. Minggir dulu."

Lagi ketukan terdengar. Kali ini di sertai panggilan bariton papi dari balik pintu.

"Jaemin, Riri. Kalian ngapain? Kenapa pintunya di kunci?"

Riri melempar pandangannya cepat ke manik kelam Jaemin. "Lo kunci ya?"

Hanya cengiran tanpa dosa yang ia dapat. Di pukulnya sekali lagi pacar mesumnya itu. "Lo! Ck, cepetan buka!!"

Jaemin segera melepaskan Riri. "Iya, bentar om."

Bisa Jaemin lihat, papi yang menatap curiga kepadanya. Sambil berkacak pinggang. Lalu berusaha melihat isi dalam kamar Riri. Mencari sosok puterinya. Tidak lama, Riri muncul. Pakaiannya masih rapi. Hanya pony tailnya saja yang agak berantakan. Mata papi memicing.

"Kenapa pintunya pake di kunci segala?" Tanya papi tidak mengurangi nada penuh kecurigaannya.

Ya bagaimana tidak curiga. Dua sejoli yang tengah di mabuk asmara. Berada dalam satu ruangan tertutup, kedap suara, juga pintu yang terkunci. Cukup satu kali papi memergoki mereka sedang—you know—dan papi sangat marah. Papi memberi ceramah panjang lebar pada Jaemin juga Riri. Papi tidak mau mereka sampai lepas kendali sebelum menikah.

Jaemin | 7 Rings [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang