7 Rings : Omong Kosong

245 37 19
                                    

Jaemin's side

Bunda terbatuk saat memasuki kamar putera semata wayangnya. Aroma rokok menyengat hidung tapi gak mengurungkan niat bunda buat masuk ke dalam kamar yang di dominasi cat warna pastel dan abu itu. Di lihatnya jendela kamar terbuka, nampak Jaemin berdiri menyandar pada batas balkon. Satu tangannya mengapit rokok.

"Nak," panggil bunda pelan. Bunda gak berniat melangkah lebih jauh karena asap rokok bakal makin masuk ke dalam paru-parunya.

Jaemin tersentak. Berbalik cepat dan langsung matiin rokoknya yang tinggal setengah. Jaemin tau, bunda paling gak bisa menghirup asap rokok. Puteranya itu berdeham seraya menyugar poninya ke belakang.

"Ya bun?"

"Belum tidur?"

Jaemin cuma menjawab dengan gelengan pelan.

Bunda menghela. "Rokok gak baik, sayang."

Ada senyum masam terpatri di bibir kering Jaemin. "Sesekali, bun. Kalo lagi suntuk."

"Jadi sekarang lagi suntuk gitu?" Bunda melangkahkan kakinya, mendekat dimana Jaemin berada.

"Gak juga sih, bun."

"Karena keputusan bunda tadi ya?" Bunda menatap sejenak paras putera semata wayangnya yang persis sama kek mendiang sang suami.

Jaemin menelan ludahnya gugup. Menunduk sejenak sebelum kepalanya kembali terangkat dan menggeleng. Tanda Jaemin gak keberatan sama sekali dengan keputusan bunda. Senyum bunda terbit.

"Syukur deh. Bunda seneng banget kamu mau sama Riri."

Jaemin tertular senyum itu. "Iya, bun. Nana ikut seneng kalo bunda seneng."

Dengan kehangatan, bunda meraih tangan Jaemin dan menggenggamnya lembut. "Kamu gak terpaksa kan, sayang?"

Puteranya itu diam sejenak lantas menggeleng. "Enggak, bun. Nana tau, bunda pasti milih yang terbaik buat Nana."

"Iya, dan kamu harus janji sama bunda buat bahagiain Riri."

"Nana gak janji, bun. Karna Nana cuma manusia biasa. Kadang Nana bisa ngelakuin kesalahan. Tapi Nana janji bakal berusaha buat yang terbaik untuk Riri."

Bunda mengangguk lalu memeluk Jaemin. "Makasih ya, nak. Bunda bangga sama kamu."

"Sama-sama, bun."

Jaemin membalas pelukan bunda. Awalnya senyum Jaemin terlihat tulus, manis seperti biasanya. Namun gak bertahan lama, senyum itu berubah jadi sebuah seringai licik yang bahkan bunda gak menyadarinya.

'Well, ini bakalan menarik banget. Lo akan liat Riri, apa yang bakal gue lakuin sama lo. Gue bakal buat lo jatuh cinta sama gue dan setelahnya, gue tinggalin lo dengan perasaan itu.'

——

"Sayang banget ya, padahal gue pengen serius sama lo."

"Bullshit," ujar Riri setelah Jaemin mengatakan kalimat itu.

"Omongan lo kek sampah tau gak," dan dengan kasar Riri mengusap bibirnya.

"Ya bisa aja kita cocok kan? Lo gak jelek-jelek amat dan gue bisa memaklumi sikap lo yang kek tarzan betina itu."

"Keep dreaming, Na Jaemin. Kita gak akan pernah cocok."

Riri pergi dari sana dan kali ini Jaemin gak menahannya lagi. Jaemin yakin, Riri gak akan punya keberanian buat batalin perjodohan mereka seorang diri.

"Na!"

Jaemin tersentak dan nolehin kepalanya cepat ke belakang. Disana ada Yangs, menatapnya curiga.

Jaemin | 7 Rings [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang