Tarik nafas yang dalam ya..
Part ini sedikit menguras emosi heheheh.
Siapa yang setuju kalau Rina dapat cowok baru??? 😍😍**
Rina terisak dipelukan Nanda, cewek itu mengelus-elus kepala Rina dengan sayang.Sebenarnya sedari tadi Rina menahan tangis agar tidak kelihatan lemah, ia tidak suka ditindas. Dan ia benci jika terlihat menyedihkan dimata orang lain.
“Kesel banget gue sama Aluna dan Winda.” kata Ersa kepada Tiara yang menganggukkan kepalanya.
“Bukti kalau semua cewek cantik nggak bisa jaga omongannya.”
Setelah setengah menit, tangis Rina akhirnya mereda, mendengarkan saran-saran dari sahabatnya. Kini tekadnya sudah bulat, berusaha memberanikan diri untuk bertemu dengan Fajar lagi.
Sekarang, kaki kecilnya melangkah kearah ruang kelas Fajar. Tidak peduli dengan tatapan siswa dan siswi, Rina pun tidak mendengarkan bisikan mereka yang kebanyakan mencemoohnya.
“Fajar-nya ada?” Rina bertanya kepada sekretaris dikelas itu.
Cewek tersebut melempar senyum, “Fajar-nya lagi nggak ada dikelas.”
Rina menganggukkan kepalanya paham, hanya Julia yang melempar senyum kepadanya setelah kejadian dikantin tadi.
Setelah mengucapkan terimakasih, Rina berpamitan pergi. Kakinya masih melangkah mencari keberadaan cowok itu. Mengabaikan tatapan sinis dari siswi yang melihatnya dikoridor.
Ia mendengar segala bisikan yang membawa-bawa namanya. Tentu saja telinga Rina masih berfungsi baik sampai saat ini. Namun gadis itu berusaha tegar dan tidak mendengarkannya.
“Lihat deh, sok cantik banget. Modelan kayak gitu pantes buat Kak Fajar?”
Rina mendesis dalam hati, “gue pantes buar Fajar, tapi dia yang nggak pantes buat gue.” gumamnya sendiri.
“Kalian udahan dong, jangan jelek-jelekin Kak Rina terus, kita kan nggak tau ceritanya. Jangan ambil sudut pandang dari diri sendiri deh.” bisik temannya.
Rina lelah berjalan sedari tadi mencari pacarnya. Dia memilih duduk sebentar di kursi taman yang menghadap langsung ke air mancur.
Namun matanya melotot saat melihat punggung cowok yang menurutnya mirip dengan Fajar, Rina berlari lalu menepuk bahu cowok yang sedang duduk sedikit jauh darinya.
“Fajar!” teriaknya sambil menepuk bahu cowok itu.
Nampaknya orang itu sedikit tersentak kaget lalu berdecak, menoleh kearah Rina. “Sorry, gue bukan Fajar.” katanya datar.
“Eh?” Rina menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Maaf gue nggak tahu, soalnya lo mirip sama Fajar.”
“Gue tahu. Lo yang dikantin kan?”
“Kok lo tahu?”
Orang itu mendengus, “Gue liat lo lagi cekcok sama temen sekelas gue.” jawabnya.
Rina mengerti, mulutnya membentuk huruf O. “Oh, lo temen sekelasnya Aluna, ya?” tanya Rina memastikan.
“Iya.” lalu cowok itu mengulurkan tangannya, “Nama gue Gevano. Lo bisa panggil gue Gevan atau Vano.” ujarnya memperkenalkan diri.
Rina sedikit terkejut, jarang-jarang ada cowok yang mengenalkan diri kepadanya. “Eh? Gue Rina. Salam kenal ya, Ge.” gadis itu membalas uluran tangan Gevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUEL (On Going)
Teen Fiction(⚠WARNING⚠) • Cerita fiksi ini dibuat untuk hiburan saja, dan tidak ada sangkut pautnya dikehidupan nyata! • Alurnya masih acak dan banyak typo bertebaran. Arkansha Samuel Earic, anak kelas dua disekolahnya. Menjadi siswa yang paling dihindari dan...