BAGIAN 30 : Olimpiade IPA.

334 28 0
                                    

Bagian 30. Olimpiade IPA

***
ini chapter pendek banget, kalau males baca ya udah skip aja dulu. Gue juga males update. Maaf.
Nanti gue usahain chapter 31 update cerita panjang dan lebih detail.

Yo

Janlupa vote.

TIARA yang sedang tertawa reflek menoleh saat pintu kelas mereka terbuka. Itu adalah ketua OSIS mereka, Adnan dan cewek disampingnya memasuki kelas Tiara.

“Permisi. Gue dateng kesini cuman mau bilang kalau bulan depan bakal ada olimpiade IPA. Jadi karena kelas kalian masuk dalam daftar list nama-nama orang yang pintar, diantara kalian di pilih buat masuk ke dalam olimpiade itu.” tanpa basa-basi ketua OSIS itu langsung menjelaskan niat kedatangannya ke kelas 10 IPA 2 itu.

Cewek disebelah Adnan tersenyum, parasnya sangat cantik. “Karena kelas sebelas orang yang masuk ke olimpiade itu udah sedikit, jadi kepala sekolah punya rencana buat masukin kelas sepuluh buat ikut olimpiade bareng kelas sebelas.”

Mata Rina membulat, apakah benar? Jika benar Rina sangat berharap jika ia masuk kedalam olimpiade itu karena ia tahu bahwa Fajar sudah dapat dipastikan mengikuti olimpiade itu.

Para murid mulai berbisik-bisik, menebak-nebak siapa yang akan terpilih untuk mengikuti olimpiade dikelas mereka tersebut.

“Yang namanya kesebut, nanti habis ini ikut kami buat ke Lab IPA.” sambung wakil ketua OSIS tersebut.

“Rina Salsabila. Anastasya Tiara dan Sekar. Kami harap setelah ini kalian ke Lab IPA. Terimakasih.”

Kemudian Tiara hanya melamun, tidak mendengarkan kalimat penutup yang diucapkan oleh ketua OSIS tersebut.

Tiara mendesah pasrah, keinginannya yang ikut olimpiade itu adalah Nanda dan Rina. Jika tidak Nanda, Ersa saja lah. Karena ia sangat malas mengikuti kegiatan seperti ini.

“Selamat ya Tiara, selamat belajar dan selamat berfikir.” bukannya terdengar seperti ucapan selamat, tetapi perkataan Ersa seolah mengejek Tiara. Karena Ersa tahu kalau Tiara adalah orang yang malas disuruh belajar.

Mungkin sudah pintar dari keturunan. Ya, seperti itulah pemikiran Ersa.

“Serah lo ah.” Tiara berdiri lalu beranjak pergi bersama Rina dan Sekar. Ersa tertawa, mentertawakan raut wajah Tiara yang terlihat kusut.

“Untung gak kepilih,” ujar Nanda seraya membalikkan tubuhnya kearah belakang, kearah Ersa.

Detik selanjutnya Ersa tertawa. “Gue yakin Tiara bakal bosen banget nanti. Liat aja. Kalau Rina udah terbiasa.”

Nanda terkekeh geli menanggapi perkataan Ersa. “Yah lo mah, bukannya didoain malah digituin. Kasian kan jadinya tadi mukanya si Tiara kayak kabel kusut.” cibir Nanda.

Nanda kemudian tertawa dengan kalimatnya sendiri. Ersa terkekeh lalu tawa mereka terhenti saat melihat guru killer sudah memasuki kelas mereka.

•••

“Buahaha!”

Jerry tertawa keras lalu Reano menggeplak kepalanya dari belakang. “Ngape sih lo, ketawa mulu hari ini.” cibir Reano.

“Hmm, orang-orang lagi pada kerasukan ya? Si Jerry tawa-tawa mulu, si Fajar malah senyam-senyum.” celetuk Sagara sambil menghisap rokoknya lalu menghembuskan nafasnya dan meninggalkan asap yang mengepul di udara.

SAMUEL (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang