Bagian 19. Ancaman

430 26 2
                                    

Terkadang air mata ini lebih mengerti dengan apa yang kita rasakan sekarang, telinga yang mendengarkan cerita yang kita ucapkan.
-Anastasya Tiara

-Anastasya Tiara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


H

appy reading, semoga suka dan jangan lupa vote ❤

CHAPTER 19. ANCAMAN

***


NANDA menatap Damian yang juga sedang menatapnya. Posisi mereka saat ini sangat canggung, entah karena apa kedua pasangan ini saling terdiam.

"Kamu.. Kamu mau lanjutin kuliah dimana?" tanya Nanda serius sambil membenarkan letak kaca matanya.

Damian mengangkat sebelah alisnya, nampak berfikir. "Emm.. Aku sih ga tau. Kalau Papi maunya aku kuliah di London Kalau kata Mami yang deket-deket aja soalnya Mami gak mau pisah jauh sama aku," jawabnya.

Nanda manggut-manggut. Sama Dam, aku juga ga mau jauh-jauh dari kamu. Batin cewek itu, ia menunduk menatap lantai cafe.

"Kenapa nanya kayak gitu?" tanya Damian.

Nanda tersentak lalu nampak mengubah eskpresinya, "Bentar lagi semester dua, kamu juga bentar lagi bakal lulus kan?" tanya Nanda pelan.

Damian tersenyum lalu menggenggam tangan Nanda yang berada di atas meja. "Iya, kamu juga nanti bakal jadi kelas 11, belajarnya yang pinter biar bisa cepet-cepet lulus kayak aku,"

"Kalau andaikan aku kuliah di London, kamu gimana?" tanya Damian.

Nanda yang menunduk seketika langsung menatap Damian. Tatapan mereka beradu, tak bisa dijelaskan.

Nanda terkekeh, "Aku? Aku gimana maksudnya?" tanya Nanda.

Damian menghela nafasnya pelan, ia berdiri lalu duduk di samping Nanda. Menggenggam erat tangan cewek nya itu. "Jangan pura-pura gak ngerti, aku tau perasaan kamu sayang, aku tau kamu gak rela kalau aku tinggal pergi." ujar Damian.

Nanda tersenyum, namun tak dapat dipungkiri mata gadis itu berkaca-kaca. "Itu jelas, aku gak rela kalau kamu pergi." jawabnya.

Nanda mengalihkan pandangannya ke samping saat air matanya meluncur begitu saja tanpa izin. "Tapi aku gak berhak buat ngelarang kamu, kamu berhak mutusin keputusan diri kamu sendiri. Aku gak bisa ngatur hidup kamu." sambung Nanda dengan suara serak karena gadis itu sudah menangis.

Damian menghembuskan nafasnya kasar, ditariknya tubuh pacarnya yang sedang menangis itu lalu dipeluknya.

"Don't cry, aku gak suka kamu nangisin aku." ujar Damian sambil menghapus air mata Nanda.

Nanda membalas pelukan Damian, menyandarkan pipinya di bahu cowok tersebut. "Masalah aku kuliah dimana, itu nanti kita bahas. Aku bakal bilang sama Papi dan Mami kalau aku gak mau jauhan dari kamu." ucap Damian.

SAMUEL (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang