Bagian 24. Kelicikan Akash

379 32 1
                                    

Playing Now
Budi Doremi - Tolong.

::

Sometimes we have to be selfish for our own happiness.

::

Chapter 24. Kelicikan Akash.

Disini ada yang pernah kaya Akash? Bisa egois sementara cuman buat ngecapai kebahagiaan diri sendiri.

Iya, aku pernah.

Mengenyampingkan kepentingan orang lain demi kebahagiaan diri sendiri itu wajar.

Selamat Membaca !

"LO tau gak? Kesel banget gue anjir!"

"Kesel kenapa?" tanya Tiara. Kelas IPA 2 tersebut sedang jam kosong, detik-detik terakhir sebelum pulang sekolah sering sekali terjadi jam kosong ini.

Rina menopang dagunya menggunakan tangannya sendiri. Wajahnya nampak menerawang kejadian yang telah berlalu. "Gue kan jalanin dare itu ke Fajar. Terus lo tau gak respon Fajar kaya gimana?" tanya Rina.

"Lah serius? Lo bilang beneran sama Fajar?" tanya Ersa kepo.

"Wah anjir. Gue kira lo gak mau bilang itu ke Fajar, ah gue tau nih. Pasti lo sekalian modus kan? Hah ngaku lo Rin! Tau gue! Modus ternyata!" sosor Nanda yang menurut Rina sangat menyebalkan.

"Paan sih lo kutil! Diem gak!" ancamnya.

"Apalo hah! Gak takut diancam gue!" tantang Nanda yang membuat Rina tertantang.

"Heh! Ceritain! Gue mau tau gimana reaksi Fajar pas lo bilang dare itu ke dia! Nih enggak, bikin penasaran iya tapi gak nyeritain! Malah mau berantem!" ujar Tiara menengahi.

"Nggak usah ngeladenin Nanda, dia gila." cibir Ersa.

"Gila-gila palalo! Gila kayak gini pun Damian pacar gue ganteng!" ucap Nanda sembari menyombongkan pacarnya. Karena ia tahu teman-temannya itu jomblo.

"Sorry ya, Axel lebih ganteng daripada Damian." potong Ersa dengan raut muka menyebalkan dimata Nanda.

"Iya-iya Ersa, gue tau lo udah jadian. Dan Nanda, gue tau lo beruntung punya pacar kayak Damian, okei. Sekarang biarin gue cerita dulu ya temen-temen gue yang paling cantik, yang paling pinter." final Rina karena tak sabaran

Teman-temannya lantas terkekeh, lalu mengangguk siap mendengarkan curhatan gadis cantik itu. Kemudian Rina berdehem sebentar, hendak membuka suara.

"Fajar, I love you."

Nampaknya ulat malu Rina sudah putus saat ini. Namun bagi gadis itu biasa saja, karena menurutnya sebatas tantangan saja.

Fajar menoleh singkat, wajahnya terlihat biasa saja. Tidak kaget dan tidak juga datar. "Udah tahu." sahutnya singkat lalu kembali melanjutkan kegiatan melipat baju basketnya.

Rina terkekeh dalam hati, benar juga. Fajar kan sudah tahu bahwa gadis itu mencintai dirinya. Dasar goblok, maki Rina terhadap dirinya sendiri.

"Terus, yang lo gak tahu itu apa?"tanya Rina sambil memainkan ujung rambutnya sendiri. Gadis itu tanpa permisi duduk disebelah Fajar.

"Gue nggak tahu kapan gue akan balas perasaan lo. Mungkin itu gak akan pernah." sahut Fajar dengan nada biasa saja yang membuat Rina kaget.

"AAAAAAA... KALAU GINI GUE HARUS NGAPAIN? YAKALI GUE KAYAK GINI TERUS." teriak Rina. Mengabaikan semua tatapan teman kelasnya yang menyorot dirinya.

SAMUEL (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang