Bagian 36. Permintaan Maaf

353 28 0
                                    


Udah siap sama part ini?
Part ini rada panjang ya gais karna aku lama bgt udah ga up, bacanya pelan pelan aja ya 😉❤


“Damian?”

“Hai sayang.” sapa pacarnya dengan senyuman hangat.

Nanda menoleh ke kanan dan kiri, berusaha mengecek keadaan. “Kamu kok gak bilang kalau mau kesini?” tanya Nanda yang tak seperti biasanya.

“Emangnya aku harus bilang dulu ya?” Tanya Damian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Ehm.. Engga juga sih,” jawab Nanda pelan sambil mengelus lengannya kedinginan karena hari ini hujan membasahi ibu kota.

Damian tersenyum canggung, tidak tahu mau berkata apa lagi. Namun kecanggungan itu berhenti saat Nanda menyuruhnya masuk kedalam rumah, karena cuacanya saat ini sedang tidak bersahabat.

“Mau minum apa?”

“Eh gak usah, aku rencananya kesini mau ajakin kamu jalan.” jawab Damian cepat-cepat, ia juga berniat menjelaskan kesalah pahaman waktu itu.

Nanda membeku sejenak, mengingat perlakuan Damian ke Lusya bebelakangan ini. Apakah pacarnya kembali jatuh kepelukan mantannya?

“Nanda?”

Nanda tersentak dalam lamunannya, ia berdeham. “Aku nggak bisa jalan malam ini.” jawabnya tersenyum tipis, menutupi rasa kecewanya.

Raut wajah Damian berubah sedikit sedih. Padahal cowok itu ingin menjelaskan semuanya kepada pacarnya.

“Kenapa nggak bisa sayang? Kamu dimarahin sama Nando?” Tanya Damian lembut, mendekat kearah Nanda lalu mengelus surainya pelan.

“Nando nggak pernah marahin aku.” balas Nanda dengan kepala tertunduk.

“Terus kemana dia sekarang?”

“Lagi jalan, sama pacarnya mungkin.” jawab Nanda sekenanya, kepalanya menoleh kesamping dan langsung bertemu dengan manik Damian.

“Oh gitu.. Kamu-”

“Aku boleh tanya sesuatu gak?” tanya Nanda tiba-tiba dan tergesagesa.

Kerut di dahi Damian terlihat sangat jelas. “Hm? Boleh, kamu mau tanya apa?”

Nanda terdiam sejenak, tampak memikirkan sesuatu sebelum bicara kepada Damian.

“Hey,” Damian menyentuh tangannya, yang lagi-lagi membuat Nanda tersadar dari lamunannya.

“Kenapa? Nanda mau nanya apa sayang?” desak Damian tak sabar.

“Em, kamu ketemuan sama Lusya?”

Damian mengangguk, memilih jujur. Karena sebelumnya rencana Damian kesini hendak meluruskan hal itu.

“Iya, aku sama Lusya-”

“Oh, jadi bener.” gumam Nanda pelan,  kepalanya menunduk. Hati gadis itu rasanya ditusuk oleh ribuan jarum, sakit sekali.

“Aku-”

“Kenapa kamu nggak bilanh sama aku? Seenggaknya kabarin aku?”

Damian menarik lengan Nanda pelan, mendekatkan diri, hendak membicarakan ini secara baik-baik.

“Denger-”

“Kemarin malam kamu bilangnya nggak bisa anterin aku ke toko buku karena mau anterin Mami ke rumah temennya.” Nanda terdiam sejenak, menetralkan suaranya yang bergetar menahan tangis. “Ternyata kamu lagi jalan sama Lusya.” sambungnya.

SAMUEL (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang