Bagian 17. Pura-pura Bahagia

453 26 0
                                    

"Yang bahagia bukan berarti bahagia beneran" -Ersalina Putri.

::

CHAPTER 17. PURA PURA BAHAGIA

Happy reading, semoga suka dan jangan lupa vote ❤

::

Pura-pura bahagia atau pura pura lupa nih? 🐒


RINA tersenyum saat melihat anak-anak panti berbaris rapi untuk menyalimi Fajar dan dirinya. Rina juga merasa ada kupu-kupu yang terbang di perutnya, merasa bahagia saat melihat Fajar tersenyum juga. Walaupun senyumannya itu bukan untuk dirinya.

"Bang Dilga nanti kesini lagi ya! Ajak Kak Rina juga, main lagi ama kita-kita!" ucap bocah laki-laki yang memakai kacamata, disebelahnya ada Rara berdiri.

"Iya bang Dilga ajak Kakak Cantik kesini lagi! Nanti main bareng kayak tadi, makan bareng sama Mama Aya," tambah Rara dengan senyumannya.

Rina berjongkok, menyesuaikan tinggi badannya dengan kedua bocah itu. "Nanti kapan-kapan kesini lagi, tapi kalau gak kesini, berarti Bang Dirga nya sibuk belajar, oke? Kalian juga jangan lupa belajar, kan udah sekolah." Rina berkata demikian lalu mengelus kedua kepala anak itu.

Rara menggangguk antusias bersama bocah cowok tadi yang membuat Rina tersenyum, ia merasa orang yang paling bahagia sekarang.

"Pamitan," ujar Fajar pelan namun Rina mengerti dan mendengar. Sontak Rina berdiri lalu merapihkan bajunya.

"Rara sama Aidan, baik-baik disini. Jangan musuhan terus," nasehat Fajar pendek namun tetap membuat kedua bocah itu mengangguk.

"Eh tapi Rara gak janji, biasa nya Aidan nyari masalah duluan ke Rara!" ceplos Rara.

"Rara sih nyebelin, jadi cewe kok sok cantik." balas Aidan sewot yang membuat Rina tertawa.

Fajar geleng-geleng sambil tersenyum, "Rara emang cantik, yang sok cantik itu kakak yang ini." Rina membulatkan matanya saat Fajar menunjuk dirinya.

"Rara cantik!" semprot Rara sewot.

"Kok gua sih?!" tanya Rina kesal sambil memukul bahu Fajar yang membuat cowok itu meringis lalu menatap Rina tajam.

"Kak Rina cantik, Rara sok cantik, mana centil lagi," cibir Aidan yang membuat Fajar tergelak.

Rara mengerut kan bibirnya kesal, "Aidan sok ganteng!" balas bocah perempuan itu sambil bersedekap di dada.

Rina tertawa, "Yang sok ganteng itu Abang kalian nih, jadi cowok kok sok ganteng, ya kan Ra?" balas Rina sambil menyindir Fajar.

"Tapi kalau Aidan ganteng, kalau bang Dirga baru jelek." tambah Aidan yang membuat Rara dan Rina tergelak senang.

"Yang waras ngalah," cibir Fajar. Rina lagi-lagi melototkan matanya merasa tak terima dengan perkataan cowok itu.

"Fajar, mau pulang?" tiba-tiba saja Mama Aya yang sering disebut Rara dan Aidan itu datang dengan tangan yang membawa bingkisan.

"Iya nih Ma, Fajar mau pulang." sahut Fajar lalu berdiri.

"Oh, yaudah hati-hati di jalan, jangan ngebut. Rina juga pegangan kalau Fajar ngebut ya," goda Mama Aya yang membuat Rina tersipu.

Fajar memutar bola matanya malas, "Udah deh Ma." ujarnya.

Mama Aya hanya tertawa melihat sifat Fajar. Namun ia yakin, anak asuhnya itu akan kalah dengan keegoisannya, perlahan. "Ini, tante ada hadiah buat kamu. Makasih udah kesini nemenin Fajar, nemenin anak-anak disini. Terima kasih banyak Rina." ujar Mama Aya lalu memberikan bingkisan itu kepada Rina.

SAMUEL (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang