Judul : Telepon Tengah Malam
Cast : Jisung dan Chenle
Genre : Thriller, Riddle, Mystery, Crime
Rating : PG-15
ONESHOOT“Berita malam kita, datang dari pembunuha yang terjadi di sebuah rumah milik seorang remaja berinisial JSC. Korban di temukan tewas dengan 10 luka tusukan di bagian perut dan dada. Sampai sekarang, polisi masih berusaha untuk mencari pelaku pembunuhan dari saudara JSC. Tidak ditemukan alat pembunuhan di lokasi, diduga kuat ......”
Jisung mematikan TVnya dengan malas sambil sesekali menguap perlahan. Sebenarnya sejak tadi, pemuda itu ingin masuk ke kamarnya dan tidur, tetapi entah kenapa malam ini rasa kantuknya tidak bisa diajak bekerja sama.
“Aiishh ya ampun! Kenapa aku tidak bisa memejamkan mataku sekejap saja?” rutuknya sambil melihat jarum pendek jam dinding rumahnya yang sudah menunjukan pukul sebelas malam.
Orang tua Jisung sedang tidak ada di rumah. Ya, keduanya pergi ke Busan untuk menjenguk neneknya yang sedang sakit.
Sebenarnya Jisung ingin sekali bisa ikut bersama dengan orang tuanya, hitung-hitung membolos dari pelajaran yang tidak di sukainya. Tetapi orang tuanya tidak mengizinkan dan malah menyuruh Jisung untuk tinggal sendiri di rumah. Mungkin agar menjadi lebih mandiri.
“Tidur saja lah, semoga aku bisa tidur malam ini.”
Jisung pun mulai beranjak dari sopa dan mulai berkeliling ruangan untuk mengecek setiap jendel dan pintu rumah agar terkunci dengan rapat. Kedua orangtuanya sudah memberi pesan kepadanya agar mengunci semua jendela dan pintu sebelum tidur.
“A semuanya sudah terkunci sekarang. Saat aku tidur.” Ucapnya. Pemuda itu segera berjalan menaiki tangga dan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
Kring ....
Kring ....
Kring ....
“Uh ada telepon malam-malam begini. Siapa ya?” heran Jisung.
Jisung segera turun kembali daei tangga dan mengangkat telepon rumahnya yang berbunyi dengan cukup nyaring.
“Halo, ada yang bisa aku bantu?” tanya Jisung kepada orang di sebrang telepon itu.
“Hei Tuan muda Park, ini aku Chenle,” jawab orang itu yang ternyata adalah Zong Chenle, teman dekat Jisung di Sekolah.
“Chenle? Kenapa kau meneleponku malam-malam begini. Apa ada masalah?” Jisung menunggu respon Chenle yang cukup lama, sebelum akhirnya pria bermarga Zong itu kembali berucap di telepon.
“Aku mau minta maaf padamu.”
Jisung memgernyitkan dahinya, “Maaf untuk apa?”
“Aku sudah menuduhmu macam-macam. Aku tahu kalau kau tidak mungkin melakukan tindakan sekeji itu apalagi kepada Yangyang, sepupuku.” Ujar Chenle.
“Oh benarkah? Untung saja kau cepat menyadarinya, Chenle-ah. Aku sama sekali tidak pernah berniat untuk mencelakai sepupumu. Tanya saja pada Sungchan kalau kau mau.” Ucap Jisung sambil menyunggingkan senyuman.
“Baiklah, aku akan bertanya kepadanya. Tapi sepertinya akan mustahil, karena dia pasti tidak akan bangun lagi kalau aku kutanyakan ini padanya.”
“Eh apa maksudmu?”
Sejenak tidak ada respon dari Chenle selama beberapa detik.
“Chenle-ah, kau masih disana?” tanya Jisung.
“Ah iya, tadi sambungannya tidak bagus. Kalau begitu salamat tidur, Jisung-ah. Have a sweet dream, dear.”
Jisung kembali mengernyitkan keningnya. Sejak kapan temannya itu bisa mengucapkan kata-kata semanis itu. Biasanya mereka juga sering bertengkar, kan?
“Ub I-iya Chenle-ah, selamat tidur juga.”
Tiba-tiba Jisung dapet ide untuk mengejai Chenle, temannya itu.
“Berhati-hati ya, kunci pintumu dan waspada. Ada pembunuhan berantai yang berkeliaran dan membawa pisau untuk membunuhmu.” Jisung menahan tawanya sambil menunggu respon dari Chenle, setelah ia takut-takuti dengan cerita berdasarkan berita yang ia dengar tadi.
“Hahaha baiklah-baiklah, aku akan hati-hati dengan pembunuh itu Jisung-ah.” Ujar Chenle.
“Ternyata kau sama sekali tidak takut ya? Baiklah, aku tutup teleponnya ya. Bye.”
Jisung pun segera menutup telepon dan kembali mentertawai temannya itu.
“Hahhaha kukira tadi ceritaseramku berhasil menakutinya. Tapi ternyata tidak. Dia orang yang tidak akan terpengaruh dengan omongan orang.” Jiusng pun menatap langit-langit ruang taminya, “Kecuali ... kecuali tentang pembelaanku soal kecelakaan sepupunya itu. Untung saja dia percaya kalau bukan aku dan Sungchan yang mencelakai sepupunya.
Jisung kembali menatap jam dinding di ruang tamunya.
“Haiisssh sudah hampir pukul 12 malam, aku harus tidur. Malam ini membuatku merinding saja.” Ujar Jisung sambil meraba tengkuknya yang beridi, “Cek jendela dan pintunya sekali lagi ah.”
Jiaung kembali berkeliling rumah dan memastikan pintu serta jendela rumahnya terkunci rapat.
“Eoh pintu ini belum kukunci.” Heran Jisung saat mencoba membuka pintu belakang rumahnya dan terbuka begitu saja.
“Ah mungkin aku tadi terburu-buru dan lupa menguncinya.”
Jisung segera mengunci pintu itu rapat-rapat dan kemudian segera berjalan menaiji tangga hntuk menuju kamarnya.
Have a sweet dream, dear. Because you never know if you can wake up again tomorow.
-END-
Hayo ... ada yang bisa menjawab, apa yang terjadi? 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Fanfiction Oneshoot dan Twoshoot
RandomBagi yang suka cerita singkat, padat dan jelas, gak suka yang panjang-panjang sampai berchapter-chapter... Aku buatkan cerita atau fanfiction oneshoot/twoshoot. Tapi semua tokoh aku dari kpop dan actor korea 😊