A Little Doubt

31 3 0
                                    

Cast : Qian Kun dan Denia Lee (OC)
Genre : AU dan Romance
Author : Sunflower95
Ministory
 
 
 
 
"Kamu tahu apa yang membuatku meragu? Kamu dan kesetiaanmu. Berkali-kali kutegaskan padamu, kalau aku tipe pecemburu, tapi kenapa kau bersikap seolah tidak tahu? Kau terus saja berdekatan dengannya dan itu membuatku muak. Aku ingin bertanya padamu, sebenarnya posisiku dihatimu itu sebagai apa? Apa hubungan kita hanya sebatas status dan pelengkap agar kau terlihat sudah laku, iya?"
 
Kalimat itu kembali hilang seperti angin lalu begitu melihat wajahnya yang lugu. Ah, kenapa dia membuatku menjadi lemah? Kalau ku pikir lagi, dulu aku tidak begini saat bersama yang lalu. Denia Lee, kau menyebalkan!
 
"Ada apa dengan wajahmu itu?"
 
Ingin sekali rasanya kuteriak kalau aku cemburu melihatnya bermesraan dengan lelaki lain, tapi yang ku bisa hanya menggeleng sambil tersenyum mengelus puncak kepalanya. "Kau sudah selesai mengerjakan tugasnya?"
 
Denia mengangguk. "Oh iya, Kun, malam ini sepertinya aku tidak bisa makan malam bersama keluargamu, aku sudah ada janji,"
 
Aku tertegun. Bukankah aku sudah mengatakan hal itu sejak satu bulan yang lalu? Hari ini orang tuaku datang dari China hanya untuk bertemmu dengannya, tapi secepat itu dia memiliki janji? Apa bertemu dengan kedua orang tuaku tidaklah penting?
 
"Kun, kau marah?"
 
Tanpa sadar aku sudah tersenyum sembari mengacak rambutnya "Tidak. Aku akan memberi penjelasan pada mereka. Nikmati waktumu nanti malam, ya."
 
Denia mengangguk sambil tersenyum.
 
Bodoh sekali bukan? Aku sebagai lelaki tidak mampu mengutarakan apa yang aku rasakan? Takut menyakiti? Itu alasan klasik yang tak seharusnya ada. Hitung saja berapa kali Denia menyakitiku akhir-akhir ini, tetapi hatiku bak malaikat yang selalu saja mentolelir sikapnya.
 
Terkadang, aku membenci diriku sendiri. Terlalu lemah dan sanfat mudah dibodohi serta dibohongi. Terlalu setia? Mungkin, karena aku hanya memilikinya sejak pertama kali dia mengiyakan pertanyaanku. Sejak awal kutegaskan padanya, kalau setiap menjalin hubungan pasti serius. Aku akan berusaha membawa hubunganku ke arah yang pasti, namun melihatnya kini membuatku bertanya-tanya 'apa dia layak untuk aku pertahankan? Apakah dia sosok yang tepat untuk ku jadikan istri?'
 
Aku sadar, kami masih sama-sama kuliah semester akhir, tapi aku sudah memiliki pekerjaan dan aku sanggup memenuhi kebutuhannya. Jadi, apa aku masih belum memenuhi kualifikasi suami ideal untuknya? Pertanyaan itu terus meliputi pikiran dan hatiku sampai tidak terasa sudah berada di depan rumahnya.
 
"Kau tidak akan mampir, 'kan? Karena setelah ini aku langsung pergi."
 
Aku terdiam, hanya memainkan sepatuku dengan kepala yang terus bekerja.
 
"Kun?"
 
Aku menatapnya ragu, raut wajah bingungku tampak jelas. Gadis itu maju, tangannya mengelus lenganku sambil bertanya, "Kenapa? Apa ada yang ingin kau katakan padaku? Atau ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"
 
"Tidak. Kau masuklah." sahutku lirih.
 
Dia menatapku penuh pertimbangan. Tawarannya kemudian membuatku tidak percaya.
 
"Kita masuk dulu, sepertinya banyak yang ingin kau katakan padaku."
 
Aku mengangguk lantas mengikutinya. Dari belakang aku bisa melihat bagian tubuh belakangnya. Dia tidak tinggi dan tidak memiliki badan seperti barbie. Tapi, aku jatuh hati padanya sejak tiga tahun lalu.
 
"Kau mau minum apa?" tanyanya sambil menatapku.
 
Tanpa menjawab aku menghampirinya dan memeluknya erat.
 
"Aku masih bisa percaya padamu, 'kan?"
 
"Tentu saja. Kenapa memangnya?"
 
Aku semakin mengeratkan pelukan kami. Hangat dan tenang.
 
"Apa ada sikapku yang mengganggumu?"
 
"Kenapa kau tiba-tiba memiliki janji? Padahal orang tuaku jauh-jauh ke sini hanya untuk bertemu denganmu. Aku hanya sedang bingung, kau masih ingin bersamaku atau tidak." kalimat itu akhirnya meluncur dari mulutku.
 
Denia menatapku intens "Sebenarnya aku ingin menyembunyikan hal ini darimu, tapi sepertinya ... tidak bisa lagi."
 
Aku sudah was-was mendengar ucapannya. Apa yang sudah Denia sembunyikan dariku? Apa dia sudah memiliki penggantiku dan siap untuk melepaskanku? Dia mungkin siap, tapi hatiku tidak. Aku tidak mau merasakan patah hati, tapi bukankah itu salah satu fase yang harus kulewati untuk mendapatkan yang terbaik.
 
"Katakan saja, aku rasa aku sudah siap. Kita tidak bisa memaksakan kehendak, bukan?" Aku melepaskan pelukan kami lalu mengambil jarak satu langkah ke belakang. Mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya aku menatapnya penuh cinta dan luka. Mungkin ini akan menjadi akhir yang tak bahagia. Aku tidak apa? Sungguh itu ucapan bohong. Kalian tidak akan percaya dengan kalimat 'aku tak apa' kan?
 
"Apa maksudmu?"
 
Keningnya berkerut. Dia menatapku bingung. Dia pasti merasa bersalah, bukan, setelah melihatku yang kini penuh luka. Aku mengalihkan pandanganku ke tempat lain. Karena aku tidak sanggup menatapnya.
 
"Aku sedang mengajukan penelitian, kalau aku berhasil aku bisa mendapat beasiswa ke Inggris. Ada dua orang dalam kelompokku, anak-anak yang kau lihat tadi. Dan nanti malam kami harus bertemu dosen untuk presentasi sejauh mana hasil penelitian kami. Aku rasa, aku tidak pandai menyembunyikan rahasia, 'kan?"
 
Gadis itu terkekeh pelan. Otakku masih mencerna ucapannya barusan saat dia memelukku.
 
"Kau pasti sudah berpikir macam-macam, 'kan? Tenang saja, aku tahu kau sangat pencemburu dan aku tahu kau takut patah hati." lagi-lagi dia terkekeh.
 
Apakah rasa cemburuku ini sangat lucu?
 
"Aku sudah meragukan mu."
 
"Aku tahu, makannya aku ingin menjelaskan kesalahpahaman ini. Kau selalu saja bersikap seolah kau baik-baik saja, belajarlah untuk terbuka padaku, Kun. Kalau kau kesal katakan kesal, kalau kau cemburu katakan cemburu dan kalau kau ingin tahu, bertanyalah tanpa ragu."
 
"Maaf ...."
 
"Sudahlah, yang penting kau sudah tahu 'kan?Jadi, kau mau menungguku selesai mandi atau tidak? Aku rasa ... teman-temanku sudah menunggu berkas yang ada padaku."
 
"Mandilah, aku akan mengantarmu."
 
Denia melepaskan pelukannya lalu mencium bibirku beberapa detik. "Aku sangat mencintaimu, Kun. Jadi, ku mohon, jangan meragukanku." ucapnya lembut sambil tersenyum.
 
 
 
 
-END-
 
Tempat Singgah, 8 September 2019, revisi, 02 November 2021
 
 

Kumpulan Fanfiction Oneshoot dan TwoshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang