Cast : Zhong Chenle dan Ningning Aespa
Genre : AU, Fantasy and Sad.
Leght : FicletMusim salju. Musim dengan butiran krystal putih yang berjatuhan. Musim yang membuat permukaan bumi menjadi memutih dan membuat tubuh terasa dingin membeku.
Seorang pemuda melangkahkan kali pelan-pelan, seolah menunjukan pada dunia bahwa ia juga mengalami musim dinginnya. Hatinya ikut membeku seiring musim dingin yang menyentuh bumi Desember.
Chenle menjatuhkan pantatnya di kursi paling ujung, di sudut perpustakaan, tempat favoritenya setelah mengambil buku secara sembarangan. Ia membuka lembaran demi lembaran kertas dengan pelan. Pandangannya kosong, mata maupun pikirannya tidak sedang berfokus pada jejeran kalimat yang ada di hadapannya. Sejenak dia terdiam, menghentikan gerak jemarinya yang sedari tadi membalik lembaran buku. Sejurus kemudian, selapis cairan bening yang membayang di manik matanya meluncur menjadi butiran bening melalui pipinya.
Ia menangis. Seorang Chenle, si ceria dan berisik, menangis? Mana seorang Chenle sang ceria dan berisik yang selalu membuat orang terhibur dengan tawanya dan suara berisiknya? Apakah sekarang kau berubah menjadi seorang yang maha cengeng, Chenle?
Dari jarak yang tidak terlalu jauh, seorang gadis mengamati Chenle. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa mengikuti Chenle dan berusaha untuk selalu didekatnya. Tapi Chenle tahu apa? Chenle tidak pernah memandangnya. Ningning sangat ingin mengelus punggung Chenle, meredakan tangisnya agar getaran di pundaknya berhenti. Tapi gadis itu bisa apa? Pemuda itu tak akan melihatnya.
"Ningning-ah," lirih Chenle. Ia memanggil dengan suara tertahan, seperti seluruh hidupnya akan berakhir setelah ia mengucapkan nama tersebut.
Gadis bernama Ningning itu mendekati Chenle. "Iya, Gege. Aku di sini, di sampingmu, Chenle."
Buliran air mata masih belum mengering dipipinya.
"Jangan menangis lagi, Chenle. Jangan lagi," ucap Ningning lagi, tapi ucapannya tidak di tanggap oleh Chenle.
"Ningning-ah, kenapa kau meninggalkanku?"
Ningning menggeleng, "Tidak, Gege. Aku selalu bersamamu." Pandangan Karina yang sudah memburan akhirnya tidak tertahan lagi. Air matanya meluncur dari kedua pelupuk matanya. Hatinya ikut miris melihat Chenle yang seperti ini.
"Ningning-ah," lirinya lagi. Kepalanya masih tertelungkup di atas meja. Ningning memberanikan diri menyentuh pundak Chenle. Tidak mungkin ada Ningning lain selain dirinya, bukan? Tentu saja Ningning yang di panggil Chenle adalah dia. Seorang ....
"Ningning-ah? Ini kau, Ningning-ah?!" Chenle bertanya berulang kali, ia bahkan tidak memprercayai penglihatannya.
Ningning mengangguk saraya tersenyum bahagia.
'Akhirnya kau melihatku, Gege.'
"Iya, ini aku, Ningning. Kekasihmu."
Chenle membuka mulutnya ingin berucap, namun tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Chenle terpaku.
"Aku bahagia, Gege. Aku pergi karena menolong bocah mungil yang hampir tertabrak. Aku meninggal dengan bahagia karena bocah itu selamat. Aku tidak sia-sia menolongnya, Chenle. Kau tahu itu," ucap Ningning masih dengan senyum yang begitu dirindukan Chenle.
Chenle ingin menjawab, namun di sela oleh Ningning.
"Dan ini," Ningning menggaruk punggung lehernya. "Ini ....," ucapnya sambil menunduk, malu? Ningning selalu menggaruk punggung lehernya tiap kali dia malu.
Tanpa melanjutkan kalimatnya yang belum selesai, Ningning mendekatkan wajahnya dengan wajah Chenle. Semakin dekat, deru napas Chenle menerpa wajahnya. Ibarat gerakan slow motion, mereka menyatukan jiwa mereka dengan sentuhan lembut dibibir masing-masing. Chenle memagut bibir Ningning menumpahkan seluruh kerinduannya pada sosok di depannya. Air matapun kembali mendesak keluar meski tadi sempat terhenti. Ciuman yang singkat namun hangat, seolah melunaskan hal yang belum terbayar.
Mereka menyudahi ciuman singkat itu. Tersenyum, Chenle tersenyum. Sedangkan Ningning, ia menundukkan wajahnya.
"Kuharap kau juga bisa bahagia, Chenle. Jadilah Chenle yang ceria dan berisik seperti dulu." Ia menunduk, sejurus kemudian ia mengangkat kepalanya. Ia benci siatuasi melankolis yang diciptakannya sendiri.
"Cerewet juga tidak apa-apa." Ia berucap sambil membesarkan bola matanya, menyiratkan bahwa ia bahagia, maka Chenle juga harus bahagia.
Dalam hitungan detik, sebuah cahaya melesat menabrak tubuh Ningning. Cahaya terang berwarna putih yang semakin lama semakin menutupi tubuh Ningning hingga akhirnya ia menghilang dari hadapan Chenle.
"Selamat tinggal, Gege," ucap Ningning sebelum ia bener-benar menghilang dari hadapan suaminya.
Untuk beberapa saat Chenle terdiam, sedikit tidak mempercayai kejadian yang barusan terjadi padanya. Sedetik kemudian, Chenle mengulum senyuman. Ningning yang sudah menjadi rohpun masih malu-malu di hadapan Chenle. Kedua sudut bibir Chenle benar-benar tertarik keatas sekarang. Ia mendengarnya, lantunan cressendo didadanya.
'Aku juga akan bahagia, Ningning-ah.'-END-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Fanfiction Oneshoot dan Twoshoot
De TodoBagi yang suka cerita singkat, padat dan jelas, gak suka yang panjang-panjang sampai berchapter-chapter... Aku buatkan cerita atau fanfiction oneshoot/twoshoot. Tapi semua tokoh aku dari kpop dan actor korea 😊