Cast : Taeyong, Sungchan, Jaejoong. Genre : AU dan Gore
"AAAAAA ...!"
Lagi dan lagi keadaan yang sama terulang, para mahasiswa fakultas seni terutama kaum hawa menjerit histeris karena penemuan di dalam ruang kelas yang mereka gunakan saat ini. Sesosok mayat mahasiswa yang hanya menyisakan daging dan tulang tanpa mata di bagian wajahnya.
Minggu lalu juga ditemukan mayat dalam kondisi yang sama. Sepertinya korban di beri racun agar tidak sadarkan diri sebelum akhirnya di bunuh dan di kuliti wajahnya. Ini adalah korban ke empat kalinya dalam sebulan yang diketahui dan korbannya adalah para mahasiswa tampan dan berpengaruh, hal itu juga yang memicu para mahasiswa populer dan tampan menjadi waspada dan selalu menutupi wajahnya pakai masker.
"Apa itu?" tanya salah satu dosen saat seorang detektif menemukan lembaran kertas bergambar sketsa di genggaman tangan korban.
"Sketsa gambar wajah! Aku menemukannya lagi di genggaman tangan korban dan keempatnya memiliki ciri yang sama." Detektif itu segera memasukan kertas tersebut kedalam kantong untuk bahan penyelidikan dan bukti.
"Berarti pelaku adalah orang yang sama, tapi siapa?" tanya Jaejoong sang Dekan fakultas.
"Ini adalah misteri yang sulit di pecahkan. Tidak ada saksi mata bahkan dia menonaktifkan cctv yang ada," ujar detektif Jhonny.
"Dilihat dari caranya, dia adalah orang dalam. Karena tidak ada kerusakan apapun di sini dan kejadiannya selalu di lingkungan kampus ini," gumam Jaejoong menjelaskan.
Percakapan antara Dekan dan detektif terus berlanjut sambil menyaksikan evakuasi di laksanakan. Untuk sementara ini, ruang kelas tersebut di tutup, karena tidak memungkinkan untuk diadakan proses belajar mengajar. Sementara para mahasiswa di giring untuk pindah ke ruang kelas yang kosong.
Taeyong menatap tajam Dekan Jaejoong di antara keramaian petugas kemanan dan mahasiswa yang sedang menyaksikan, dia terlihat cemas dan gelisah sebelum akhirnya dia pergi untuk mengikuti perkuliahan.
-****-
Mata Kuliah kedua sudah selesai, mahasiswa kelas seni 2 tingkat 3 itu segera keluar ruangan. Sambil menunggu mata kuliah terakhir yang masih dua jam lagi. Sebagian besar dari mereka menuju perpustakaan untuk mencari referensi tugas makalah, tapi ada juga yang ke kantin untuk makan dan bergosip.
"Aku penasaran, siapa yang sudah melakukan kejahatan sekeji itu di kampus kita?" kata Ryujin.
"Aku curiga kalau Taeyong sebagai pelakunya?" tanya Yuta.
"Kenapa kau berasumsi demikian? Kau tidak lihat, kalau dia orang bodoh yang penakut, tidak mungkin dia yang melakukannya." ucap Ryujin.
"Bisa saja kan dia seperti itu untuk menutupinya? atau jangan-jangan ... Taeyong punya gangguan jiwa?!" ucap Yuta dengan lantang saat sang pemilik nama lewat di dekatnya.
Taeyong yang mendengar salah satu rekan menghinanya, hanya diam dan bersikap acuh tak acuh sambil terus berjalan.
"Husssstt ... kecilkan suaramu Yuta! Kau tidak takut jika menjadi korban selanjutnya?" bisik Ryujin.
Yuta langsung ketakutan, manik matanya menatap waspada pada Taeyong yang berdiri memunggunginya.
Sementara itu, di kejauhan ada seseorang yang sedang mengamati mereka berdua.
-@@@-
Jaejoong sedang asik melukis hasil imajinasinya sendiri. Tangannya bergerak lihat menorehkan cat minyak dari kuas ke kanvas. Senyuman terus terukir di wajahnya.
Sementara itu, di dekatnya terlihat seorang pemuda yang duduk mengamatinya dengan tatapan tajam.
"Hyung, sampai kapan kau akan seperti itu terus? Berhentilah sebelum terlambat! Aku mohon." ucap sang adik.
Sosok yang di ajaknya bicara menghentikan gerak kuasnya, terdengar suara dengkusan kasar lalu berbalik.
"Kau tidak tahu betapa menyenangkannya bila kita punya selera seni yang berbeda. Bagiku, ini sangat indah,"
"Dasar aneh!" ketus Taeyong. "Aku sudah mengingatkanmu, Hyung." ucapnya lagi lalu pergi.
Jaejoong tersenyun misterius sambil kembali melanjutkan lukisannya.
"Lihat saja, apa yang akan aku lakukan pada mereka dan kau akan mendukungku, nantinya."
-@@@-
Yuta berjalan mendekati Taeyong yang sedang bersantai sambil membuat gambar di sebuah kertas.
"Selamat siang Taeyong-Ssi, woaaah kau sedang membuat sketsa ya?" sapa Yuta sambil bertanya lalu duduk di dekatnya.
Taeyong tidak merespon, dia masih fokus menggambar sketsa. Yuta asik mengamati setiap gerakan tangan si pemuda itu. Dia terkejut dan tersadar akan sesuatu.
"Bu–bukankah itu ... gambar sketsa wajah? Tapi ... Terlihat familiar. Siapa dia?" tanya Yuta.
"J-jangan-jangan ... Itu korbanmu selanjut hmmmp." Yuta langsung menutup mulutnya saat sadar dengan ucapannya itu.
Taeyong mendelik tajam. Yuta segera beranjak ketakutan saat itu juga. "A–aku ...." tanpa menuntaskan ucapannya lalu pergi.
Ryujin terkejut melihat Yuta yang datang dengan napas terengah-engah dan keringat mengucur membasahi bajunya.
"Apa yang terjadi, kau sedang olah raga?"
"A–aku baru saja ...." ucapan Yuta lagi-lagi terputus saat matanya menangkap seseorang yang berdiri menatapnya sambil menyeringai. "Di–dia?!"
"KYAAAA ....!"
Tiba-tiba terdengar suara jeritan dari salah satu ruang perkulihan. Saat itu juga yang mendengar segera berhambur menuju sumber suara.
"La–lagi?! Bukankah dia ... Jung Ja-jaehyun?!" Yuta langsung terduduk lemas melihat sahabatnya dalam kondisi mengerikan. Tubuhnya gemetar hebat sambil menangis.
Terlebih lagi Ryujin yang merupakan kekasih dari Jaehyun. Dia begitu shock dan terkejut bahkan menangispun susah matanya terus melotot melihatnya, lidahnya kelu dan tubuhnya kaku.
Jelas saja, karena sudah satu minggu Jaehyun tidak masuk bahkan tidak ada kabar selama dua hari setelah bilang dirinya sedang tidak enak badan.
-@@@-
Satu minggu berlalu setelah kepergian mahasiswa bernama Jung Jaehyun. Ryujin masih dalam kondisi tidak baik dan memilih izin kuliah.
Pemuda berdarah Jepang itu teringat sesuatu, kemarahan dan keberaniannya menyatu sampai membuatnya beranjak pergi untuk mencari seseorang.
BUGH!
BUGH!
Pukulan bertubi-tubi tanpa ampun terus mendarat di wajah dan tubuh Taeyong tanpa memberi kesempatan untuk bisa melawannya.
"Dasar pembunuh! Kenapa kau lakukan itu Lee Taeyong? Aku ingat dengan sketsa wajah yang kau buat waktu itu. Itu wajah Jaehyun 'kan? Iya kan!?" kesalny lalu kembali melayangkan pukulannya.
DUGH!
PRAKK!
Yuta langsung tersungkur tak berdaya. Taeyong hanya bisa menatap samar karena sudah setengah sadar.
-@@@-
Mata Taeyong terbuka, dia menatap langit-langit sejenak sambil mengingat apa yang terjadi. Seluruh badannya terasa sakit bahkan wajahnya terlihat penuh memar.
"Kau sudah sadar rupannya," kata sang kakak yang masuk sambil membawa secangkir teh yang asapnya masih mengepul.
"Hyung, a–apa yang kau lakukan pada Yuta? Di mana dia?"
"Aku tidak melakukan apapun padanya. Dia ada di kamar sebelah,"
Tanpa mengatakan apapun, Taeyong segera beranjak dan pergi ke kamar sebelah untuk memastikan kondisi temannya itu. Perasaannya lega karena Yuta memang sedang duduk menikmati teh hangat dengan kepala diperban.
"Ke-kepalamu tidak apa-apa 'kan?"
Yuta mendelik tajam dan langsung menarik kerah baju Taeyong.
"Kenapa kau membunuh Jaehyun? Katakan!"
"A–aku_"
"Bukan dia yang membunuh Jaehyun." sela seseorang yang baru saja datang karena mendengar keributan.
"Apa kau punya bukti, kalau dia pelakunya?"
"Ja–jaejoong Ssaem?! Lalu siapa? Aku melihatnya membuat sketsa wajah yang mirip dengan Jaehyun, itu sudah cukup menjadi bukti 'kan?" kata Yuta.
Jaejoong tersenyum lalu menepuk pundak Yuta. Dia mengeluarkan ponselnya lalu memperlihatkan sesuatu pada pria Jepang itu.
Mata Yuta membola saat melihat video di ponsel tersebut. Dia amat sangat terkejut.
"A–apa yang Ssaem lakukan pada Ryujin?! Ke–kenapa kau_"
"Tenang saja, aku tidak akan berbuat jahat pada gadis itu. Ssaem hanya mengundangnya datang dan memintanya untuk duduk dengan tenang. Karena sebentar lagi ...." Jaejoong menatap tajam bola mata Yuta lalu menyeringai. "Akan ada pertunjukan yang fantastik dariku dan pemeran utamanya adalah ... Kau."
"A–aku, pertunjukan? Apa maksudmu Ssaem?"
Taeyong menggeleng saat mendapat tatapan dari sang kakak. Jaejoong mendekatinya sambil tersenyum.
"Lebih baik, kau jangan ikut campur dan diam di sini saja, ya." bisiknya.
"Hyung, aku mohon berhentilah." Taeyong memohon tapi sang kakak tidak mau mendengarkan. Jaejoong melenggang menjauhi sang adik.
"Tunggu di sini, aku ingin menyiapkan sesuatu dulu." pesannya pada Yuta.
Selagi Jaejoong pergi. Taeyong segera menghampiri Yuta.
"Pergilah dari sini, jangan ikuti kata Hyungku. Cepat!"
"H–hyung?! Jaejoong Ssaem adalah hyungmu?"
"Cepat pergi dan bawa Ryujin dari tempat itu. Aku tahu di mana dia. Dia ada di_"
BUKK!
Taeyong langsung tersungkur kelantai saat seseorang memukul punggung lehernya. Dia tergeletak dengan matanya yang hampir tertutup.
"Sudah ku bilang jangan ikut campur, tapi kau tetap saja menentang." ucapnya pelan.
Taeyong tidak bisa mengatakan apapun, pandangannya mulai samar sampai menjadi gelap.
Mata Yuta membulat, dia terkejut dan sangat ketakutan "A-apa yang anda lakukan, Ssaem?!"
"Ayo ikut aku, kita ke tempat temanmu berada. Di sana, aku akan memulai pertunjukannya yang sangat luar biasa. Kau harus bersiap-siap, Yuta." ucap Jaejoong disertai tatapan aneh dan seringaian menakutkan.
Tanpa menjawab Jaejoong menarik Yuta dengan kasar.
-@@@-
Ryujin bingung saat ini. Karena Yuta tidak juga datang. Dia bilang ingin bertemu dengannya di gedung ini. Sebuah gedung yang terlihat kumuh di luar tapi di dalamnya sangat indah dan juga rapih. Bangunan yang merupakan galeri seni itu penuh dengan lukisan yang terbilang unik.
Gadis itu menatap heran lukisan -lukisan yang ada di sekelillingnya.
"Kenapa semuanya hanya lukisan sketsa?" gumamnya. Netranya terus menatap lukisan itu satu persatu, dia merasa kalau gambar itu tidak asing baginya.
"Ryujin!"
Si pemilik nama menoleh. "Yuta, kenapa kau baru datang? Kau yang memintaku kesini tapi kau sendiri yang---" ucapannya terhenti saat melihat Jaejoong Ssaem di belakang Yuta sambil tersenyum.
"Jaejoong Ssaem? Kenapa ... Ada di sini?"
Yuta melirik ketakutan pada Jaejoong. Dia ingin sekali menjawab sejujurnya pada Ryujin tapi tidak bisa.
"A–aku memang ke–kesini bersama Jaejoong Ssaem. Karena ...."
"Kita ingin membuat pertunjukan yang luar biasa, iya kan Yuta chan?" Jaejoong sambil menyeringai.
Ryujin mengernyitkan dahinya. Dia merasa heran dan bingung dengan apa yang di maksud Dosennya itu.
"Duduklah dengan tenang dan nikmati pertunjuknnya." titah Jaejoong, gadis itu menurut.
Pria berwajah cantik itu mengambil sesuatu di sakunya lalu memperlihatkannya. Yuta semakin ketakutan sedangkan Ryujin semakin heran melihatnya.
"A–apa yang akan anda lakukan Ssaem?!" kata Yuta.
"Tenanglah, aku hanya ingin melukis di kanvas yang terbuat dari bahan yang istimewa." ucapnya sambil mendekati Yuta dan mengusapkan pisau palet ke lehernya.
Ryujin masih belum mengerti dengan apa yang terjadi. Dia mencoba menikmati pertunjukannya.
"S-ssaem, a–apa yang---Aaaarghh!" Yuta berteriak saat pisau itu menusuk lehernya hingga keluar cairan merah.
"Sakit?"
"Aaarrrggh...!"
"Ssaem! A–apa yang anda lakukan pada Yuta? Kenapa_"
"DIAM! Aku bilang nikmati saja pertunjukannya." tatapan Jaejoong membuat Ryujin ketakutan.
Yuta mulai gemetar saat kulit lehernya di sobek oleh pisau palet. Sedikit demi sedikit kulitnya di kelupas.
"Aaaaarrrghh!"
Ryujin yang semakin ketakutan mulai menangis. Dia ingin sekali beranjak pergi tapi tidak bisa.
Sungguh menyakitkan, pria Jepang itu mengerang kesakitan sampai air matanya keluar dan tergeletak di lantai.
"Ss-ssaem, a-apa yang k-kau l-lakukan? Si-sia-pa k-kau sebenarnya?"
Jaejoong pergi sejenak untuk mengambil easel, palet, kuas dan perlengkapan lukis lainnya.
Yuta berusaha untuk merangkak mencoba untuk kabur dengan kulit leher yang sedikit terkelupas. Ryujin segera membantunya dan mencoba memapahnya pergi.
"Mau kemana kalian huh?!"
Keduanya mematung saat mendengar suara Jaejoong. Tanpa pandang bulu, rambut Ryujin lagsung di jambak dan di hempaskan ke lantai.
BRUKK
"Ryujin!"
Gadis itu menggeliat kesakitan di lantai bahkan mengeluarkan darah dari mulutnya, karena tubuhnya membentur tembok dengan keras.
Yuta sangat marah dan langsung mengambil vas bunga yang ada di dekatnya untuk memukul Jaejoong yang sedang memunggunginya berjongkok di dekat gadis itu.
Dia berjalan sambil mengayunkan vasnya, tapi gerakannya dapat di baca dan Jaejoong langsung menusukan pisau paletnya tepat ke ulu hati Yuta.
JLEB
"Arrrgh..."
Ryujin menggeleng sambil menangis melihat sahabatnya itu.
"Kau pikir ... Aku mudah untuk di jatuhkan oleh lawan ya?"
Yuta tersungkur di lantai.
"Kau harus membayar semuanya Yuta-Ssi." ucapnya lalu mulai menyeset kulit leher Yuta seperti menguliti hewan.
Pria itu tidak mampu melawan, dia sudah sekarat. "S-ssaem ... A-ap-a sa–lahku? Si-a–pa kau sebe-nar-nya?" tanya Yuta dengan suara terbata-bata dan sudah hampir habis.
Jaejoong tersenyum lalu mendekatkan wajahnya sambil menghentikan sejenak aktifitasnya.
"Kau masih ingat dengan kejadian dua tahun lalu di kampus? Seorang mahasiswa baru yang di buli oleh keenam seniornya sampai dia cacat wajahnya. Kau ingat?"
Mata Yuta membulat "L–lee Sungchan?!"
Jaejoong menunduk sedetik kemudian terdengar suara isakan tangis kemudian tertawa terbahak-bahak.
Pemuda Jepang itu semakin ketakutan. Tapi sudah tidak bisa bergerak sama sekali hanya bisa merasakan sakit yang luar biasa. Ryujin? Dia sudah gemetar hebat sambil meringkuk ketakutan melihat kekejian Dosennya secara live.
"Kau tahu. Karena ulah kau dan teman-temanmu, wajahnya cacat dan menjadi anak yang murung sampai akhirnya ... Dia menjadi gila."
"Ma-maafkan ak--- Aaaaarrgh!"
Jaejoong kembali menguliti Yuta tanpa ampun. Tidak peduli dengan rintihan sakit dari sang empunya. Ryujin ikut histeris dan sudah semakin tertekan jiwanya.
"HYUNG HENTIKAN!" teriak Taeyong yang baru saja datang menghampiri mereka. Tapi sayang, pria itu tidak mau mendengar, amarahnya susah memuncak dan terus melakukan aksinya sampai si korban tidak lagi bersuara dan bernapas.
Taeyong membeku di tempat karena ikut menyaksikan kejadian mengerikan itu. Ini yang kedua kalinya, hatinya terasa sakit dan sedih melihat kekejaman sang kakak.
Ryujin gadis itu sudah seperti orang gila dan pingsan.
"HAHAHAHA.... " gelak tawa bergema di ruangan yang begitu megah. Terdengar begitu puas dan menyedihkan.
"Kenapa, kenapa kau sekejam itu Hyung? Kau seperti bukan Jaejoong Hyung. Pria yang manis dan begitu sangat baik pada siapapun. Sekarang, kau terlihat seperti iblis! " ucap Taeyong terdengar pilu.
Jaejoong menatap sanga adik kemudian berjalan menghampirinya.
"Kau benar, aku memang bukan Jaejoong Hyung. Aku Lee Sungchan, adikmu, hyung."
Pemuda di depannya terkejut dan membalas tatapannya. "A–apa maksudmu?! Bukankah Sungchan ... Sudah tiada karena bun–"
"Bukan, itu bukan Sungchan. Tapi, Jaejoong hyung. "
Taeyong semakin terkejut dan tidak mengerti apa yang di katakan pria yang merupakan hyungnya itu. "A-apa yang kau maksud?!"
Pria itu memeluk Taeyong. "Aku Sungchan, Hyung."
Tubuh Taeyong gemetar "Kalau kau Sungchan, kenapa wajahmu menjadi Jaejoong hyung? Lalu siapa yang jatuh dari balkon saat itu?"
Tanpa menjawab Sungchan menggandeng Taeyong ke sebuah ruangan. Kemudian membuka sebuah lukisan yang selama ini di tutup oleh kain merah dan di rahasiakan olehnya. Seketika itu juga mata Taeyong membulat dan napasnya terasa tercekik si kerongkongan.
Terlihat sketsa wajah yang amat sangat di kenalnya. Sungchan tahu apa yang harus dia jelaskan pada sang kakak keduanya itu.
"Hyung pasti terkejut, kenapa aku melakukannya kan?" ucap Sungchan sambil melirik sebentar ke Taeyong.
"Ke–kenapa kau la–lakukan itu pada Jaejoong Hyung?"
"Dia, bukanlah kakak yang baik bagiku. Jaejoong Hyung, dia melihatku saat mereka membuliku bahkan merusak wajahku. Tapi, dia hanya melihat dan mengatakan padaku, kalau aku harus bertahan untuk tetap kuliah di sana. Karena hyung sudah mengeluarkan biaya banyak untuk pendidikanku selama ini. Kau tahu Hyung? Jaejoong Hyung tidak pernah mau mendengarkan keluhanku. Hatiku sakit, hancur bahkan fisikkupun telah rusak. Saat itu aku sangat marah dan langsung mendorong Jaejoong Hyung sampai terjatuh. Setelah itu, aku menjadikannya sebagai lukisan ini agar dia selalu bersama kita." jelasnya sambil tersenyum menatap lukisan tersebut.
Pria bernama lengkap Lee Taeyong terduduk lemas. "Lalu bagaimana bisa wajahmu---"
"Kau lupa Hyung? Saat kejadian itu kau sedang pergi ke Kanada selama satu bulan untuk ikut acara seni. Saat itu juga, aku melakukan operasi wajah menjadi Jaejoong Hyung."
"Kenapa kau lakukan ini semua? Kenapa kau menjadi kejam seperti ini Sungchan-a? Kau adalah adikku yang sangat baik dan ceria, adikku yang sangat aku sayangi. Tapi kenapa, kau berubah Lee Sungchan?"
Sungchan mendekati Taeyong dan memeluknya erat "Maafkan aku Hyung."
"Kenapa kau melakukan ini semua pada mereka?"
"Karena aku ingin mereka merasakan sakit yang dulu pernah aku rasakan, wajahku yang dirusak oleh cutter dan sekarang aku merasa lega, karena rasa sakitku sudah perbayarkan."
"Jadi karena dendam kau melakukan ini semua? Kenapa tidak sekalian saja kau melakukan ini semua padaku?" ucap Taeyong dengan tatapan kosong.
"Tidak Hyung, karena bagiku, kau satu-satunya kakakku yang bisa memahamiku. Maafkan aku, Hyung."
Taeyong menangis tanpa membalas pelukan Sungchan. Hatinya terasa sakit karena tidak menyangka bahwa kedua saudaranya tidak memiliki hubungan yang baik. Bahkan adik kesayangan satu-satunya telah berubah menjadi pembunuh yang kejam.
-@@@-
1 tahun berlalu....
Taeyong lulus sebagai mahasiswa lulusan terbaik dari Fakultas Seni. Hari ini adalah hari bersejarah baginya.
"Hyung!"
Pria yang di panggil hyung menoleh. Senyuman terukir di wajahnya saat melihat sang adik datang membawa buket bunga.
"Selamat atas kelulusanmu, Hyung." ucapnya.
"Terima kasih Sung_"
"Jaejoong Ssaem, kenapa anda di sini? Apa ada keluarga yang ikut acara kelulusan juga?" sapa seseorang yang ternyata Dosen juga bernama Minho.
"Ah i–iya. Aku ke sini untuk ---" melirik Taeyong sebentar. "Adikku Lee Taeyong."
"Mwo?! J–jadi Taeyong ini ... adikmu? Waaah pantas saja dia cerdas, ternyata menurun dari kakaknya." puji Choi Minho.
"Minho Ssaem, kami permisi dulu." pamit Taeyong lalu pergi diikuti sang adik.
Di perjalanan menuju rumah. Taeyong hanya diam sambil melihat keluar jendela.
"Jaejoong Hyung, aku lulu dengan sangat baik." gumamnya.
Sungchan yang medengar hanya tersenyum kecut.
"Hyung, aku punya satu hadiah istimewa lagi. Kau ingin melihatnya tidak?"
"Hadiah apa? Sebuket bunga dan kehadiranmu sudah menjadi hadiah istimewaku."
Sungchan tersenyum mendengarnya. "Tapi aku masih ingin memberimu hadiah kejutan lagi, Hyung."
Mereka sampai di rumah, Sungchan sudah mempersiapkan hadiah di kamar sang kakak. Taeyong hanya mengikuti apa yang adiknya lakukan.
"Apa ini?" tanya Taeyong melihat sebuah bungkusan kado besar di atas tempat tidurnya.
"Buka saja."
Tanpa bertanya lagi, dia langsung membuka kado tersebut. Seketika itu juga matanya membulat dan tangannya gemetar saat memegangnya.
"I–ini?!"
"Sketsa wajah Celine, wanita yang hyung suka tapi gadis itu menolak dan menyakiti hatimu. Sekarang, dia akan bersamamu selamanya di sini. Bagaimana, hyung senang dengan hadiahku ini 'kan?" tanya Sungchan sambil menyeringai.
-@@@-
Setelah membalaskan dendamnya, Sungchan tetap hidup bebas sebagai Jaejoong dan kepolisisan serta pihak kampus menghentikan kasusnya karena tidak ada yang bisa menemukan siapa pelaku kejam tersebut.
Ryujin sebagai saksi memutuskan untuk pindah kuliah ke luar negeri dan tidak mengatakan apapun karena takut akan menjadi korban selanjutnya.
Taeyong, dia memang sangat terpukul bahkan hatinya terluka karena adiknya yang berubah menjadi monster mengerikan. Adiknya senang melukis sketsa wajah menggunakan canvas yang terbuat dari kulit manusia.
Siapa Celine? Dia teman kecil Taeyong sampai sekolahpun di tempat yang sama. Dia cinta pertamanya tapi saat menyatakan perasaannya, Celine menolak lalu menjauhinya.
Lalu siapa saja korban yang sudah menjadi koleksi lukisannya? Jaejoong sang kakak, hendery, Lucas, Jaehyun dan Yuta.
-TAMAT-
Tempat Singgah, 17 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Fanfiction Oneshoot dan Twoshoot
AcakBagi yang suka cerita singkat, padat dan jelas, gak suka yang panjang-panjang sampai berchapter-chapter... Aku buatkan cerita atau fanfiction oneshoot/twoshoot. Tapi semua tokoh aku dari kpop dan actor korea 😊