Mafia and Psychopath

39 1 0
                                    

ONESHOOT

Cast : Johnny Suh, Seo Jira
Gendre : AU, Gore dan Tragedy


Seorang lelaki dengan kedua tangannya terikat di tiang dan bertelanjang dada, tubuhnya penuh dengan luka berada di sebuah ruangan gelap. Dia adalah seorang mafia yang sangat di takuti oleh semua orang tak terkecuali polisi. Saat ini dia sedang lengah sampai tertangkap menjadi tawanan seseorang. Tapi, bukan berarti dia benar-benar lengah, hanya saja dia ingin tahu seberapa beraninya orang yang sedang menyiksanya saat ini dan tentu saja dia tidak akan tinggal diam dengan apa yang telah terjadi pada dirinya. Dia juga punya segala cara dan ide brilian dalam menyiasati lawannya. So, ada renaca yang sudah dia persiapkan sebelumnya.

Tap
Tap
Tap

Terdengar suara langkah kaki dari balik kegelapan, terlihat seorang wanita dengan pakaian yang super seksi masuk ke dalam ruangan yang minim pencahayaan tersebut sambil meliuk-liukkan tubuhnya dengan indah. Tidak sendirian, ada beberapa anak buahnya yang mengekor di belakang. Kim Jenni, gadis cantik yang sangat mencintai Johnny dan terobsesi padanya walau sudah di tolak mentah-mentah.

"Kau sudah bangun, Oppa?" sapa Jenni sambil mengusap lembut wajah pria manis itu lalu mengusap lembut dada dan perutnya.

Johnny yang sudah membuka matanya itu langsung memberinya tatapan tajam pada gadis itu.

"Jelas saja aku terbangun karena aku ingin melihat wanita cantik dan seksi sepertimu." Ucap Johnny sambil menarik sudut bibirnya.

Mendengar kalimat manis tersebut, gadis bermarga Seo itu wajahnya langsung merona merah.

"Aku senang mendengarnya. Kalau begitu ... bagaimana kalau kita ...." Jenni mendekatkan wajahnya, jemarinya mengusap bibir pria itu dengan lembut. "Bagaimana kalau kita bermain malam ini, hmm?" ucapnya sambil mengalukan tangannya keleher Johnny

Johnny tersenyum sinis, "Bermain? Baiklah, tapi ... bagaimana caranya? Kedua tanganku terikat bahkan tubuhku berkeringat dan juga penuh luka. Apa kau mau bermain denganku dalam kondisi seperti ini, hmm?"

Jenni menatap intens Johnny, matanya begitu terlihat serius. Ada rasa ragu untuk melepaskan pria itu tapi tidak ada kebohongan juga di matanya. Tanpa rasa curiga, gadis itu langsung memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan ikatan tali di tangannya.

Jenni langsung memeluk Johnny. "Aku tidak peduli dengan kondisimu saat ini, Oppa. Aku mencintaimu dan aku akan menyerahkan semua jiwa ragaku untukmu." Ucapnya sambil menatap wajah Johnny.

Pria itu tersenyum "Kalau begitu, ayo kita habiskan malam bersama."

Mereka mulai berciuman sampai gadis itu terbuai. Setelah merasa gadis itu sudah menggila, Johnny langsung mengunci tangan gadis itu dan mengikatnya dengan sabuk yang di pakainya. Sontak membuat Jenni terkejut.

"Oppa! Apa yang kau lakukan? Kena_"

"Dasar bodoh! Kau pikir aku tertarik pada jalang sepertimu? Wanita yang haus akan hasrat semua lelaki hidung belang, iya?

Jenni yang mendengar perkataan yang meremehkan itu langsung geram.

"Berani sekali kau mengatakai ku jalang, Lee Johnny!" teriaknya.

Johnny mengukir smirk. "Kenapa? Memang seperti itu kan kenyataannya? Bahkan memanggil namamu saja sudah membuatku muak."

"Apa kau bilang?! Yak! Kenapa kalian diam saja? Cepat habisi dia!" titah Jenni pada anak buahnya.

"Baik bos!"

Johnny langsung di serang oleh beberapa anak buah Jenni. Tubuhnya yang masih dalam kondisi penuh luka masih bisa mengatasi mereka dengan tenaga seadanya. Lawan yang tidak sebanding tidak membuat Haechan menciut tapi dengan mudah pemuda bertubuh atletis itu melumpuhkan mereka semua.

BUGH!

Johnny tersungkur saat seseorang memukulnya dari belakang. Ternyata saat sedang di serang tadi, ada yang melepas ikatan tangan Janni, kemudian gadis itu pergi mengambil balok.

"Aisssh, jinjja!" desis Johnny sambil berusaha berdiri tapi lagi-lagi Janni memukulnya lagi dan di saat itu juga terdengar suara dobrakan yang berasal dari pintu ruangan tersebut.

Brak!

Pintu itu terbuka lebar dengan di ikuti segerombolan para bodyguard yang kekar. Mereka adalah anak buah Suh Johnny.

"Si-siapa kalian?!" ucap Janni.

"Sialan! Kenapa kalian lambat sekali huh?!" tegur Johnny yang berusaha untuk berdiri dengan darah yang merembas dari kepalanya.

"Maaf, kami terlambat boss." Ucap salah satu dari mereka.

"Ka-kalian ...."

"Cepat bantu boss Johnny!" titah salah satu anak buahnya.

Dengan cepat bodyguard itu membantu berdiri dan menuntunya.

"Terima kasih." ucap Johnny pada bodyguard dan langsung saja dia memakai kemeja yang telah di berikan oleh bodyguardnya.

Janni langsung menjatuhkan balok kayunya, dia ketakutan dan tubuhnya gemetar. Johnny berjalan mendekatinya lalu menyeringai sambil mengusap lembut wajahnya.

"Harusnya, kau tidak mencari masalah denganku. Kau tahu, kan siapa aku? Johnny Suh, ketua mafia yang kejam dan di takuti semua orang bahkan polisi sekalipun! Aku heran, kenapa kau bisa jatuh cinta padaku? Ah tidak, lebih tepatnya terobsesi."

Jenni bungkam, dia tidak bisa mengatakan apapun bahkan sikap arogannya tadi berubah menjadi penakut.
"Ma-maafkan aku. Tapi, aku benar-benar mencintaimu Johnny -ah."

"Maaf? Aku benci kata-kata itu. Jangan menyesali perbuatanmu itu padaku karena aku," Johnny berhenti menjeda ucapannya. "Akan membuatmu menghadap sang kuasa." Ucapnya sambil menyeringai.

Jenni menggeleng. "Tidak, aku mohon lepaskan aku. Aku mohon Oppa ... biarkan aku pergi. Aku janji tidak akan mengganggumu lagi." tangis Janni dengan tubuh yang bergetar ketakutan.

Johnny yang melihat ekspresi ketakutan itupun hanya tertawa, dia langsung menyuruh bodyguardnya untuk membawa wanita itu ke ruangan lainnya.

"Bawa dia ke ruangan itu dan terserah ingin kalian apakan gadis ini." Titah Johnny.

Janni menggeleng saat di seret paksa oleh beberapa bodyguard Johnny.

Setelah sampai di ruangan tersebut bodyguard pun langsung mengikat tangan beserta kaki Janni dengan tali tambang yang digunakannya untuk mengikat bossnya tadi.

"Karena boss sudah menyerahkan kau pada kami. Bagaimana kalau kita ... bermain-main sampai puas hmm?"

"Tidak! A-aku mohon jangan lakukan itu, tid- akhhh...nghh..."

Janni berteriak menangis bercampur desah karena permainan mereka di setiap bagian tubuhnya terutama pada area intimnya yang kini sudah di jamah dua sekaligus.

"Akhhh..." suara menjijikan bergema di ruangan tanpa kedap suara.

Johnny yang melihat dan mendengar suara Janni pun langsung tersenyum sinis.

"Teruslah bermain sampai sepuasnya dan jangan biarkan dia mati. Karena kekasihku akan ambil bagian akhirnya."

Yap! Johnny memiliki kekasih yang juga sama gila dan kejam, dia bernama Kim Jira. Dia langsung saja menelpon kekasihnya itu, selang beberapa detik teleponya di jawab.

"Hallo baby. Come here, ada mainan baru untukmu."

["Benarkah? Kebetulan, aku sedang ingin bersenang-senang. Kalau begitu, aku akan segera ke sana sekarang juga, dimana alamatnya?" Sahut Jira]

Johnny tertawa. "Kau terdengar sangat senang, santai saja baby, mainanmu tidak akan hilang. Oppa akan share lokasinya."

["Ok, Oppa aku kesana sekarang, oia jangan apa-apakan mainanku itu!" tegas Jira]

Setelah mengakhiri panggilan. Dia segera pergi ke alamat yang di berikan kekasihnya itu.

Kim Jira adalah gadis yang Johnny cintai dan sudah bersama selama dua tahun. Mereka belum menikah tapi sudah tinggal bersama. Alasan mereka belum menikah karena mereka masih ingin memuaskan hobi dan kesenangan mereka masing-masing sebelum Jira memiliki anak dan juga Johnny yang akan menjadi seorang ayah.

Jira adalah seorang psychopath. Dia tumbuh menjadi gadis mengerikan di keluarga yang selalu mendidiknya dengan cara menyiksanya di tambah broken home. Tekanan batin dan juga rasa sakit yang diterimanya membuatnya menjadi pembunuh berdarah dingin tanpa rasa bersalah bahkan dia membunuh kedua orang tuanya sendiri. Jira punya nama samaran yaitu J.

Sedangkan Johnny, dia ketua mafia paling kejam. Dia juga anak broken home yang terabaikan oleh kedua orang tuanya. Hidupnya di jalanan tapi ada seorang pria kaya yang memungutnya dan mendidiknya menjadi orang yang kejam karena di penuhi dendam. Dan ternyata, pria yang mengangkatnya menjadi anak adalah ketua mafia. Jabatan itu di turunkan padanya.

Jira dan Johnny bertemu dalam perjalanan keluar negeri. Hobi dan kisah hidup yang sama-sama menyakitkan, membuat mereka berdua nyaman dan saling jatuh cinta.

Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, Jira pun akhirnya sampai di tempat tujuan dan langsung saja masuk kedalam ruangan yang di beritahu Johnny.

"Halo baby," sapa Jira dengan senyuman mengambang saat masuk kedalam ruangan tersebut dan mereka langsung berciuman dengan penuh gairah beberapa menit. Setelah itu Jira langsung melihat kearah Jenni yang masih mengeluarkan suara laknat dari mulutnya.

Jira terkejut melihatnya. "Baby, bukankah dia---"

"Kim Janni, gadis yang terobsesi padaku dan membuatmu cemburu."

Jira tersenyum sinis. "Jadi, dia mainanku? Waaah ... ini akan membuat moodku benar-benar bagus."

"Tentu saja J, bermainlah sepuasmu dan kalian!" Johnny memberi isyarat pada para bodyguardnya. "Sudah cukup. Sekarang, kalian boleh pergi dan biarkan aku dan J yang mengurusnya."

Mendengar perintah Johnny pada para bodyguardnya dan merekapun langsung bergegas pergi.

"Uwaaah ... sangat indah." ucap Jira sembari mendekati Jenni yang kini sedang terengah-engah.

"A-apa yang ingin kau lakukan lagi Jonny Suh! Aku mohon, biarkan aku hidup." Ucap Jenni.

"Memohonlah pada kekasihku. Karena dia yang akan menentukan nasibmu."

Jenni melihat Jira yang tersenyum sambil membawa benda tajam di tangannya.

"Ji-jira, bukankah kita teman? Ampuni aku, aku berjanji tidak akan menganggu kekasihmu lagi."

"Teman? Aku tidak pernah mau berteman dengan siapapun terutama denganmu. Jadi, jangan pernah memohon apapun. Karena aku, benci kalimat memohon!" balas Jira yang siap melakukan aksinya.

Craash ...

"Aaaaa! Sakit...!" teriak Jenni saat wajahnya di sayat oleh silet.

Jira pun terus melakukan kesenangannya, mulai dari menyayat kulit Jenni lalu memotong semua bagian jarinya. Teriakan terdengar begitu menyakitkan menggema di ruangan tersebut. Tapi tidak ada yang peduli, yang ada adalah gelak tawa dari J.

Jleb!

"Akkhhh...!!" Jenni memgerang untuk terakhir kalinya saat pisau daging membelah perutnya. Air matanya ikut keluar dengan mulut menganga.

Gadis itu segera memasukkan ketiga jarinya ke luka yang baru di buatnya itu dan mulai mengoyak-ngoyak isi perut wanita itu mencari-cari sesuatu yang di inginkannya, setelah mendapatkan apa yang di carinya itu dia langsung menariknya keluar dengan senyuman bahagianya, yap! itu ada usus yang di miliki wanita itu.

Permainan selesai, Jira bersorak senang dengan koleksi barunya itu. Iya, Koleksinya itu adalah jari-jari, mata, telinga dan juga jantung beserta ginjal yang akan di bersihkan lalu di pajang di sebuah ruangan khusus penuh dengan organ-organ tubuh manusia.

Johnny yang melihat itu selalu merasa mual. Walau sudah terbiasa.

"Baby, sudah selesai, kan?"

Jira mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Kalau begitu, ayo kita pulang."

"Iya, Sayang. Wow, aku tidak sabar ingin cepat-cepat membersihkan koleksi baruku lalu ku pajang di ruangan favoriteku." Ucap Jira dengan begitu bahagia.

"Baiklah, tapi ... kau harus memberiku jatah malam ini, karena aku sudah memberimu mainan yang bagus, kan? " ucap Johnny sambil merengkuh pinggul kecil Jira sambil mengusap lembut wajahnya.

"Mmm... baiklah, Lakukan sampai Oppa puas!" Jira mengiyakan sambil bermanja dengan ekspresi yang menggemaskan.

Johnny merasa senang mendapat jawaban tersebut. Sudah dua Minggu tidak bertemu dengan kekasihnya karena di sekap oleh Jenni. Rasa rindunya memuncak bahkan hormonnya mungkin sudah menggebu.

"Oppa akan membuatmu tidak bisa menjalan beberapa hari. Jadi, siap-siap untuk menerima kenikmatan malam ini, baby." Goda Johnny.

Merekapun pergi dari tempat tersebut dan memerintahkan anak buahnya untuk mengubur jasad yang tidak lagi berbentuk.

Malampun menjelma, kedua sejoli itupun larut dalam kemesraan, meluapkan hasratnya yang tertahan begitu lama.


-TAMAT-

Kumpulan Fanfiction Oneshoot dan TwoshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang