BAB 32|SIMULASI

29.9K 3.8K 1K
                                    

CALL ME RARA.

AWALNYA MAU UP SETELAH PAS, TAPI AKU UDAH KANGEN SAMA KALIAN.😩

ADA YANG KANGEN BIGONG GAK?

JANGAN BAWA CERITA LAIN KESINI.😡!!

TYPO SORRY, JEMPOL SAYA GEDE.

VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA SAYANGKU, CINTAKU.

MAU TANYA DEH, ITU ORANG YANG BACA TAPI GAK KASIH VOTE PUNYA MASALAH APA SIH HAH? NGAJAK GELUD? SINI SHERE LOCK GELUD KITA.😡😡

YANG GAK VOTE, TIDUR SAMA POCI MAMPUS.

Seluruh penghuni rumah di salah satu kompleks Andromeda, saat ini sedang berkumpul di ruang tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seluruh penghuni rumah di salah satu kompleks Andromeda, saat ini sedang berkumpul di ruang tengah. Sudah keperti keluarga kecil yang sangat harmonis. Terlihat Zafa dan juga Ziven yang sedang duduk di atas karpet bulu yang berada di ruang tengah. Mereka berdua sedari tadi sibuk menyusun puzel milik Ziven yang dibawa dari rumah. Qilla tersenyum tipis melihat interaksi antara mereka berdua, mungkin seperti ini pengambaran duatu saat nanti ia bersama Zafa mempunyai keturunan. Cewek itu berdiri dari duduknya melangkahkan kakinya ke arah dapur.

"Akak ndaa itu, calahh," ucap Ziven tak terima saat melihat Zafa menyusun puzzel milik Ziven. Tangan mungil itu memukul pungung tangan Zafa. (Kakak gak gitu, salah)

Zafa memelototkan matanya garang, menatap kearah pungung tangannya yang baru saja di pukul oleh Ziven. "Bener gitu cil, lo aja yang bisa nyusunnya tapi sok tau," balas Zafa, cowok itu merampas potongan puzzel yang berada di tangan Zivem secara paksa.

Ziven menyilangkah tangannya di dada, merasa kesal dengan kakak sepupunya itu, lagi pula puzel itu milik Ziven kenapa Zafa yang memainkannya. Tangan mungil Ziven terulur mengambil puzel lain yang terletak di atas karpet bulu, padahal ada dua buah puzel tapi bukan mereka kalau harus akur.

Ziven memukulkan puzel tersebut ke arah kepala Zafa yang sedang fokus menyusun puzel. Cowok itu terpekik kaget lantaran pukulan yang baru saja diberikan oleh Ziven. Cowok ittu memelototkan matanya galak ke arah Ziven, namun bukannya merasa takut anak laki-laki itu hanya menjulurkan lidahnya, mengejek Zafa.

Zafa yang melihat wajah tengil Ziven pun memutar bola matanya malas, cowok itu tersenyum penuh kemenangan saat menemukan ide untuk menjahili Ziven. Cowok itu memegang bagian kepalanya yang tadi dipukul oleh Ziven.

Zafa mengusap-usap kepalanya pelan. "Shh aww, sakitt," ucap cowok itu mendramatis. Membuat Ziven yang tadinya ingin mekangkahkan kakinya kearah meja untuk mengambil dot berisi susu coklat miliknya pun, menolehkan kepalanya ke arah Zafa.

"Iven, kepala kakak sakitt tauu," ucap Zafa menelungkupkan bibirnya kebawah. Setelah itu, Zafa langsung jahut tak sadarkan diri diatas karpet bulu.

Ziven yang melihat Zafa terjahut pun menghampirinya cowok itu, anak laki-laki itu menepuk-nepuk pipi Zafa pelan. "Akak? Akak apa napaa? Huwaa Ipen inta maapp," ucap Ziven menelungkupkan bibirnya kebawah, wajah anak laki-laki tersebut sudah bersimbah air mata. (Kakak? Kak Afa kenapa? Huwa Iven minta maaf)

AZAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang