BAB 41|PATAH?

19.4K 2.9K 868
                                    

CALL ME RARA

ADA YANG KANGEN BIGONG GAK?

JANGAN BAWA CERITA LAIN KESINI!!!

TYPO SORRY, JEMPOL SAYA GEDE.

VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA.

YANG GAK VOTE, TIDUR SAMA POCI MAMPUS.

"Yeyyy akak udah angun, bica inun susu ayeng Ipen agii," entah sejak kapan anak laki-laki ini sudah berdiri tepat disamping Qilla dengan dot berisi susu coklat yang berada di gengaman anak laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yeyyy akak udah angun, bica inun susu ayeng Ipen agii," entah sejak kapan anak laki-laki ini sudah berdiri tepat disamping Qilla dengan dot berisi susu coklat yang berada di gengaman anak laki-laki itu. Ia mendongakkan kepalanya keatas menatap kearah Zafa, lantaran tingginya yang hanya sebatas brankar.

Cowok yang terbaring diatas brankar pun menundukkan kepalnya, menatap kearah Ziven dan juga Qilla secara bergantian dengan tatapan bingung. "Bigong, jangan becanda deh gak lucu," ucap Qilla dengan terkekeh pelan.

Zafa mengerutkan dahinya bingung. "Bigong? Siapa?" cowok itu menatap kearah Qilla bingung.

Seketika senyum manis yang tadi tercetak jelas dibibir cewer itu langsung menghilang, digantikan dengan raut wajah kawatir. Bersamaan dengan cairan bening yang keluar dari mata indah cewek itu. "Kamu beneran gak ingat sama aku?" ucap Qilla parau, tangannya naik mengusap dahi Zafa yang dibalut dengan perban.

"Panik ya?" seketika raut wajah cowok yang terbaring diatas brankar berubah, dengan menampilkan cengiran polosnya.

Qilla memelotokan matanya garang, cewek itu reflek memukul lengan Zafa sebelah kanan cukup keras. "Gak lucu tau gak," ucap Qilla kesal, ia menyilangkan kedua tangannya didada.

"Aduhh, Ilaa sakitt," rintih cowok itu pelan, ia terlihat sedang memejamkan kedua matanya, merasakan rasa sakit yang berasal dari lengan bagian kanannya itu.

"Hah sakit? Maaf, bohong lagi kan pasti. Gak percaya aku sama kamu," balas Qilla memalingkan wajahnya kearah lain, tak memperdulikan cowok yang meringis diatas brankar tersebut.

"Sa-akitt, hikss,,," cowok itu mengeleng-gelengkan kepalanya, tangan kiri cowok itu naik mengusap lengan bagian kanannya yang baru saja dipukul oleh Qilla. Sungguh dibagian lengannya terasa ingin lepas, memang sudah sedari tadi, Sewaktu cowok itu membuka kedua bola matanya ia merasakan lengan kanannya terasa sangat kaku, sangat berat untuk digerakkan.

"Bigong maaf, aku panggilin dokter dulu," ucap Qilla kawatir, cewek itu jadi panik sendiri. Ia segera berlari keluar dari ruangan Zafa, namun saat baru saja ingin membuka pintu ia dikagetkan dengan Bunda Rina dan juga Tante Lisa berdiri didepan pintu ruangan cowok itu. Lantaran mereka yang baru saja kembali.

"Qilla, Kamu kenapa? Panik gitu, Afa baik-baik aja kan?" tanya Bunda Rina ikut kawatir lantaran tingkah Qilla yang seperti orang ketakutan. Tangan Bunda Rina naik mengusap bahu Qilla pelan.

AZAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang