BAB 44|NGEDOT?

23.7K 2.9K 1K
                                    

Call me rara

Sorry typo jempol syaa gedee.

Vote, komennya jangan lupa bestiee.

Zafa mengusap kedua matanya yang masih terdapat sisa-sisa air mata, cowok itu sudah berganti pakaian menjadi kemaja berwarna moca dan juga celana panjang berwarna hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zafa mengusap kedua matanya yang masih terdapat sisa-sisa air mata, cowok itu sudah berganti pakaian menjadi kemaja berwarna moca dan juga celana panjang berwarna hitam. Cowok itu menatap tajam kearah Qilla yang sedang membereskan barang milik cewek itu dan juga barang Zafa. Lantaran merasa diperhatikan oleh Zafa, cewek itu menolehkan kepalanya kearah Zafa cewek itu spontan terkekeh pelan melihat ekspresi wajah Zafa, yang terlihat sedang tak bersahabat.

"Kamu kayak anak kecil aja. Takut sama jarum suntik, emang gak malu sama Ziven? Dia aja gak takut," Qilla berucap dengan melangkahkan kakinya menghampiri Zafa.

Mata cowok itu melebar mendengar penuturan Qilla. "Jangan samain aku sama bocil tengil itu," desis Zafa mengalihkan pandagannya kearah lain.

Lagi-lagi desahan nafas terdengar, cewek itu mengusap wajahnya kasar. "Ya udah, ayo pulang. Sini aku bantu," ujar Qilla lembut, ia memegang lengan Zafa sebelah kanan yang terdapat arm sling untuk membatasi gerakan bahu atau siku saat ia sembuh. Cewek itu menuntun Zafa walaupun cowok itu juga dapat berjalan sendiri, namun kalau begini akan lebih baik, pikir Qilla.

Mereka melangahkan kakinya keluar dari ruangan yang tadinya ditempati oleh Zafa, menelusuri koridor rumah sakit menuju lobi. Disana terlihat Bunda Rina, dan juga Mang Dedi yang menunggu mereka berdua. Wanita paruh baya itu melangakahkan kakinya mengahampiri mereka, diikuti oleh Mang Dedi.

"Udah semua? Qilla itu tasnya kamu kasih ke Mang Dedi aja, minta tolong bawain sama dia," ucap Bunda Rina, wanita paruh baya itu menolehkan kepalanya kearah Mang Dedi.

"Sini neng, biar Mang Dedi aja yang bawa," ujar Mang Dedi mengambil alih tas yang berada digengaman Qilla.

"Makasih mang. Udah Bun, ayo pulang sekarang aja," balas Qilla tersenyum ramah. Bunda Rina mengangukkan kepalanya, wanita paruh baya itu berjalan keluar dari dalam rumah sakit, diikuti oleh Mang Dedi. Qilla, dan juga Zafa ikut melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar rumah sakit, cewek itu masih memegang lengan Zafa sebelah kiri, bagain atas.

◍•ᴗ•◍

Mobil yang membawa Qilla, Zafa dan juga Bunda Rina pulang dari rumah sakit baru saja berhenti tepat didepan rumah minimalis tetapi manis, bercat abu-abu. "Bunda masuk duluan ya," Bunda Rina menolehkan kepalanya ke jok belakang, dimana masih terdapat Zafa dan juga Qilla yang duduk disana.

"Iya bunda duluan aja, nanti biar Zafa sama aku," balas Qilla.

"Ya udah kalau gitu."

"Oh iya hampir lupa, Mang Dedi nanti tolong bantuin bawa barang mereka ya," Bunda Rina yang tadinya mau membuka pintu mobil. Namun teringat akan sesuatu, ia langsung menolehkan kepalanya kesamping jok yang ditempati, dimana terdapat Mang Dedi yang duduk disana.

AZAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang