BAB 46|MEREKA??

16.8K 2.4K 710
                                    

Buat adek kecil, adek manis. Boleh diskip saja terdapat beberapa kata yang membuat otak anda melayang kemana-mana!!!!!😘

Sorry typo.

Komen disetiap paragraf biar semangatt!!!

Happy reading baby!!

◍•ᴗ•◍

Seorang cowok, melangkahkan kakinya menaiki anak tangga untuk mencapai ke lantai dua. Tujuan cowok itu adalah, mengambil sesuatu yang tertinggal dirumah ini. Baru saja  ingin memutar kenop pintu sebuah ruangan. Namun, pergerakannya terhenti saat mendengar suara yang berasal dari ruangan yang dihadapannya itu.

"Anjing, mereka ngapain?" umpat cowok itu pelan. Ia membekap mulutnya sendiri agar, tak mengeluarkan suara yang mungkin akan menganggu mereka.

"Ahh, awhhh sa-kit."

Cowok yang masih berada didepan pintu itu. Terlihat menahan tawa saat kembali mendengar suara tersebut. Namun, bukannya segera pergi dari sana. Cowok itu, malah menempelkan telinganya di pintu ruangan berwarna putih itu. Setelah beberapa saat, akhirnya, cowok itu berlari meninggalkan lantai dua. Ia menuruni tanga, dan melangkahkan kakinya ke arah dapur. Dimana, disana terdapat Bunda Rina yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Bunda," cowok itu memanggil Bunda Rina, dengan nada berbisik.

"Kenapa? Katanya mau ambil kucing kamu. Ada di kamar Afa kan?" balas Bunda Rina bertanya kepada teman putranya, Bara. Wanita setengah baya ity melangkahkan kakinya keluar dari dapur.

"Husstt, Bunda jangan keras-keras. Nanti mereka keganggu," ujar cowok itu pelan. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Bunda Rina.

Bunda Rina spontan, menolehkan kepalanya ke belakang. Menatap ke arah cowok itu yang sekarang sudah berdiri tepat di belakangnya. "Emang, mereka ngapain?" tanya Bunda Rina, lantaran ucapan cowok itu mampu membuat Bunda Rina penasaran.

Bara mendeketkan wajahnya, ke telinga Bunda Rina. Mereka, lagi bikin cucu buat Bunda," bisik Bara tepat di depan telinga Bunda Rina.

Bunda Rina membekap mulutnya, sedikit tak percaya dengan ucapan Bara. Wanita setengah baya itu manatap wajah Bara dengan raut wajah mengidikasi cowok itu. "Yang benar kamu, gak usah ngarang cerita."

"Beneran bunda, kalau gak percaya ayo kita ke atas," balas Bara, cowok itu menarik pergelangan tangan Bunda Rina. Mereka melangkahkan kakinya pelan, manaiki tangga. Setelah sampai di depan pintu berwarna putih Bara memberi kode kepada Bunda Rina untuk tetap diam. Dengan jari telunjuk yang ia letakkan didepan mulut.

Bara menempelkan telinganya dipintu berwarna putih tersebut. Diikuti oleh Bunda Rina yang juga ikut menempelkan telinganya dipintu tersebut.

"Ahhh, Bigong. Pelan-pelan sakit shh," terdengar suara Qilla meringis dari dalam kamar itu.

"Maaf, ini aku juga udah pelan-pelan."

Bara, dan juga Bunda Rina yang mendengar percakapan mereka pun menolehkan kepalanya satu sama lain. Bunda Rina membekap mulutnya sendiri, ternyata benar apa yang dikatakan Bara mereka sedang membuat cucu untuknya.

Meoww

"Ck, diam dulu cing. Minggir sana."

Bara membelalakan matanya kaget, setelah mendengar suara kucing miliknya. "Astaga, Bunda kucing aku ternodai," ucap Bara sepelan mungkin.

"Hustt, diam kamu nanti mereka dengar," sahut Bunda Rina, meletakkan jari telunjukkan didepan mulut Bara. Mereka berdua akhirnya kembali menempelkan telinganya dipintu kamar Zafa, dan juga Qilla. Namun, baru saja mau mendengarkan pecakapan sejoli yang berada didalam kamar, secara tiba-tiba tubuh mereka terhuyung terdepan. Lantran, pintu yang ia sandari dibuka dari dalam.

AZAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang