BAB 47|WHO?

16.4K 2.2K 683
                                    

Happy reading.

Sorry typo.

◍•ᴗ•◍

Qilla, baru saja keluar dari dalam dapur. Cewek itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia keluar dari dalam dapur dengan, membawa nampan berisi dua mangkuk sup dan, satu gelas susu coklat untuk Zafa. Qilla meletakkan nampan tersebut diatas meja makan, baru saja ingin memanggil Zafa untuk turun ke bawah. Namun, ternyata cowok itu sudah melangkahkan kakinya, menuruni tangga. Dengan, meneteng dasi yang belum ia pakai di tangan kirinya.

"Bii, kok belum siap. Itu bajunya dimasukin, dasinya dipakai. Rambutnya juga disisir. Astaga, Bigong kayak bocah SD kamu," omel Qilla, saat melihat Zafa yang masih berantakan, bajunya belum dimasukkan, dua kancing teratasnya di biarkan terbuka. Dan, rambut cowok itu yang masih terlihat berantakan.

Zafa mengerucutkan bibirnya sebal mendengar Qilla yang, masih pagi sudah marah-marah tak jelas. Hanya karena, ia yang belum siap.

"Ngak bisa Ila. Susah," keluh Zafa, melirik kearah lengannya yang masih mengenakan arm sling. Yang, membuat cowok itu kesusahan untuk melakukan kegiatan hanya dengan satu tangan.

Qilla terdiam, beberapa detik kemudian. Cewek itu, sadar bahwa tangan Zafa belum sepenuhnya pulih. Cewek itu, nyengir dengan tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aku lupa," balas Qilla menampilkan cengiran polosnya. "Ya udah, sini aku bantu," Cewek itu melangkahkan kakinya menghampiri Zafa.

Qilla mengambil alih dasi yang berada ditangan Zafa. Sebelum memasang dasi, cewek itu terlebih dahulu memasang dua kancing teratas Zafa yang dibiarkan terbuka. "Ini kenapa gak ditutup? Mau goda cewek-cewek centil?" tanya Qilla, seraya memasang kancing kemaja Zafa yang paling atas.

"Emang kenapa kalau mau goda cewek-cewek, boleh kan?" Zafa balik bertanya, dengan menaikan alisnya bermaksud mengoda istrinya itu.

Qilla spontan, menaikkan pandagannya. Cewek itu menapilkan senyum simpulnya. "Boleh kok, boleh banget," balas cewek itu santai, dengan tangan yang masih sibuk memasang dasi dileher Zafa.

Zafa tercengang, tak percaya dengan jawaban Qilla. Ia pikir cewek itu akan memaki-makinya. "Nanti aku mau goda---"

"Arghh, Ila sakitt," ucapan Zafa terpontong, Lantaran Qilla yang tiba-tiba menarik dasi yang sudah terpasang dileher Zafa. Yang membuat leher cowok itu tercekik. Karena, Qilla menarik dasi tersebut dengan tenaga penuh.

"Apa, masih mau tebar pesona ke cewek lain," serobot Qilla cepat. Sebelum, cowok itu mengeluarkan sumpah serapahnya. Cewek itu memelototkan matanya garang.

Zafa menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajah garang istrinya itu. "Gak ilaa, cuma becanda," ucap Zafa sepelan mungkin, tanpa menaikkan pandagannya.

Qilla memutar bola matanya malas. "Ya udah, sana. Itu bajunya dimasukin dulu," titah Qilla menunjuk kearah kemaja Zafa yang masih dibiarkan keluar begitu saja.

Zafa menaikkan pandagannya, manatap ke arah Qilla. "Gak bisa, masukin," ujar Zafa, merentangkan tangan kirinya ke atas.

Lagi-lagi hembusan nafas terdengar, Qilla menatap wajah Zafa yang hanya menampilkan cengiran polosnya. Mau tak mau, cewek itu harus memasukkan kemeja sekolah Zafa kedalam celana abu-abu yang cowok itu kenakan.

"Harus aku banget ini yang masukin? Coba pake tangan kiri kamu kan bisa. Nanti kalau nyengol gimana," ucap Qilla menerka-nerka, sebelum ia benar-benar memasukkan kemaja Zafa ke dalam celana cowok itu. Perlu berfikir dua kali untuk melakukan hal yang mungkin bisa mempersulit ia kedepannya. Kalau cewek itu tak sengaja menyengolnya bagaimana?

AZAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang