BAB 42|MASA DEPAN

19.2K 3K 1K
                                    

Call me rara.

Disini sya gak mau banyak ngebacot jangan lupa vote, komen.

"Zafa, sumpah gue kangen banget sama lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zafa, sumpah gue kangen banget sama lo. Lagian aneh-aneh banget sih lo ngapain pake acara jatuh ke jurang, kan jadi gue yang ribet. Cewek lo noh nangisnya tujuh hari tujuh malem gak berhenti, mana ngotot banget mau ikut terjun ke jurang," ucap Bara heboh sendiri membuat ia mendapatkan tatapan tajam daru Qilla. Tanpa memperdulikan cewek itu, Bara berlari ke arah Zafa dengan merentangkan kedua tangannya.

"Heh mau ngapain kamu?" serobot Bunda Rina cepat memelototkan matanya garang, menarik kerah baju bagian belakang Bara yang membuat cowok itu terseret kebelakang.

"Astaghfirullah Bunda, aku bukan kucing. Emangnya kenapa ditarik kan aku cuma mau pelukan sama sodara kembar aku, udah lama gak ketemu," ucap Bara dengan nada yang dibuat-buat. Dengan memgerucutkan bibirnya, bukanya terlihat lucu namun Bunda Rina malah bergidik melihat itu.

Bunda Rina menghela nafas lelah dengan teman putrany ini. Ia melepaskan gengamannya pada kerah  baju cowok itu. "Pelan-pelan, jangan grusak-grusuk kayak gitu kalau anak Bunda lecet gara-gara kamu awas aja!" balas Bunda Rina mengomeli panjang kali lebar kali tinggi cowok yang hanya menampilkan cengiran polos seakan tak mempunya dosa.

"Ya elahh Bun, cuma mau peluk gak ngekik," jawab Bara, tangan cowok itu naik mengaruk tengkuknya yang tak gatal, dengan menampilkan cengiran polos andalannya.

"Ya Tuhan, sabarkanlah hambamu ini."

"Bara malu-maluin anjing." ucap Riyan dan juga umpat Alden secara bersamaan, tangan mereka naik mengusap wajahnya kasar.

"Bala anying," semua orang dibuat membelalakan matanya kaget, setelah mendengar ucapan dari balita berumur tiga tahun yang duduk diatas sofa. Mereka semua menolehkan kepalanya ke arah balita itu, terlihat kedua tangan mungil itu sudah menyilang didada. Dengan tatapan tajam yang mengarah ke cowok yang tadi kerah bajunya ditarik oleh Bunda Rina.

Anak laki-laki itu berdiri dari duduknya, melangkahkan kakinya kearah Bara. Kedua tangan anak laki-laki itu terkepal kuat, Ziven mendongakkan kepalanya keatas lantaran tingginya hanya setinggi paha Bara, memelototkan matanya galak seolah menakuti cowok yang sekarang sudahberada dihadapannya itu. Mereka semua tak tahu apa yang akan dilakukan oleh balita tiga tahun ini.

Bara mengerutkan dahinya bingung, entah apa yang akan dilakukan balita itu kepadanya. "Hai Ipen, udah lama gak ketemu. Tos dulu dong sama abang Bara yang paling ganteng ini," ucap cowok itu tersenyum lebar kepada Ziven, ia mengulurkan kelima jarinya kepada balita dihadapannya ini. Namun siapa sangka bukannya menempelkan kelima jarinya kepada Bara, balita itu malah memukul Bara dengan kepala tangan mungil itu tepat mengenai selakangan cowok yang berada dihadapannya itu.

"CUGG JARAN," umpat Bara mengusap bagian yang baru saja dipukul oleh balita dihadapannya ini.

"Balaa anying, janan pelnah belani cakitin akak Apa, kayo  Bala bicin akak Apa atit, Ipen pucul agi," ujar anak laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan setelahbe harhasil memukul aset berharga cowok itu yang sekarang terlihat sedang meringis kesakitan. Cowok itu kini sudah berguling-guling diatas lantai, dengan tangan yang mengusap bagian yang dipukul oleh Ziven, walaupun tak seberapa tenaga balita itu namun sama saja terasa sakit. Hal itu mampu mengundang gelak tawa dari seluruh penghuni ruangan.

AZAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang