XXXIX. Solusi

1.1K 146 10
                                    

Dimas dan adrian keluar dari ruangan itu meninggalkan lisa disana. Mereka menuju mobil satria yg di dalamnya sudah ada reno dan satria.

"Dre, tolong lo jaga club dulu ya. Gue mau keluar sekalian lo beresin ruangan VVIP yg abis gue pake." Ucap adrian yg sebelum pergi menitipkan tempatnya ke karyawan kepercayaan nya.
"Ok bos."

Satria melihat kedua sahabatnya itu menuju ke mobil nya. Ia begitu khawatir dengan dua sosok sahabat nya ini. Mereka berdua sama hanya saja adrian jauh lebih bisa mengontrol emosi nya sedangkan dimas tidak.

Dimas dan adrian memasuki mobil.

"Dim, lo ngga apa-apa in tuh cewek kan?" Tanya satria yg langsung menatap dimas

"Hampir aja sahabat lo yg satu ini bunuh orang. Dia nyekek tuh cewek." Ucap adrian yg menjawab pertanyaan satria

Satria memejamkan matanya. Dari dulu dimas memang tidak bisa mengontrol emosinya.

"Abis tuh cewek ngelunjak. Udah gue baik-baik in eh malah terus mancing emosi gue." Jawab dimas yg tersenyum melihat gigi putihnya

"Lain kali lo harus belajar kontrol emosi. Gue ngga mau lo sampe ke penjara gara-gara bunuh orang."

"Iya, iya udah ngga usah pikirin gue. Sekarang gimana nih si reno? Lo mau bawa dia ke apartemen nya tania kan? Apa kita telpon varia buat balik ke rumah rawat nih bocah."

"Bawa ke apartemen lo aja mas. Gue tadi nelpon tania dan ternyata varia keadaannya juga lagi ngga baik. Dia nangis di balkon apartemen tania sendirian. Tania ngelarang gue bawa reno kesana."

Dimas sadar disini semua terluka. Reno dan varia nyatanya masih saling mencintai. Tapi, varia memang terlalu baik dan selalu mementingkan orang lain dibandingkan dirinya.

Dimas benar-benar menyesali tindakan nya yg membantu lisa. Andai saja dia membiarkan lisa, pasti mereka akan baik-baik saja sampai saat ini.

"Yaudah bawa ke apartemen gue. Lo berdua juga nginep aja. Besok kita bicarain gimana solusinya."

Satria dan adrian menganggukan kepala nya tanda setuju dengan ide dimas.

--------------------------------------------------------

Tania kembali ke ruang tamu apartemen nya setelah berhasil menidurkan anaknya. Saat menidurkan baby aarav pun tania menahan tangis nya. Ia masih memikirkan varia yg masih menangis di balkon apartemen nya.

Tania melihat chacha disana. Chacha masih memperhatikan varia sambil mengusap mata yg sudah bengkak itu.

Disana, di balkon apartemen tania varia masih terduduk lemas. Ia masih menangis. Sudah lebih dari dua jam varia disana. Tania dan chacha tidak bisa berbuat apapun selain menunggu Varia keluar dari sana.

Varia terdiam. Dia sudah selesai menangis. Ia sudah lelah karna hari ini ia begitu banyak mengeluarkan air matanya. Rasa sesak di hatinya pun sedikit terobati walaupun tidak sepenuhnya.

Dia termenung memikirkan semua nya. Keputusan apa yg harus diambil nya. Ia tidak boleh egois disini. Tapi ia juga harus memikirkan keadaan dan perasaan icha. Ia tidak ingin kehilangan icha. Dan ia tidak ingin icha sedih karna keputusan nya.

"Ya Alloh tolong berikan petunjuk mu." Ucap varia sambil menarik napas nya.

Varia bersiap berdiri dan membuka pintu balkon nya. Saat ia memasuki ruang tamu, Varia melihat kedua sahabatnya disana. Mereka saling tatap. Varia melihat kedua sahabatnya pasti juga habis menangis. Terlihat dari mata bengkak mereka.

Varia begitu beruntung mempunyai sahabat seperti tania dan chacha. Mereka selalu ada saat varia membutuhkan nya.

Tania dan chacha menghapus sisa air mata di pipi mereka. Mereka langsung menghampiri varia.

Married (by kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang