XXV. Mencoba (2)

4.4K 336 45
                                    

Reno sedang berada di mobilnya. Ia mengendarai mobilnya sambil menelpon seseorang, dengan earphone di telinganya. Lama orang itu tidak mengangkat nya karna ini juga sudah tengah malam.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam. Maaf bunda ganggu malam-malam. Saya boleh minta tolong bun?"
"Ada apa nak? Semua baik-baik aja kan?" Ucap wulan, bundanya varia.
"Varia lagi sakit bun. Asam lambung nya kambuh."
"Ya alloh pantes dari tadi bunda kok hatinya ga enak gitu. Terus sekarang gimana keadaannya nak?"
"Udah agak baikan sih bun. Tapi, sekarang reno mau minta tolong sama bunda. Tolong jagain varia, bun. Reno ada keadaan darurat yg mengharuskan reno ke rumah sakit untuk tindakan operasi."
"Sekarang varia sendiran nak?"
"Ngga kok bun. Ada bi inah yg jangain varia. Makanya reno juga minta tolong bunda buat jagain varia. Varia pasti lebih nyaman kalo ada bunda disana."
"Yudh sekarang bunda sama ayah kesana. Kamu hati-hati. Jangan pikirin varia. Ada bunda sama ayah."
"Terimakasih bun."

Wulan menaruh handphone nya dan bergegas mengganti baju. Arkana terbangun dan melihat istrinya gelisah.
"Bun, ada masalah?" Tanya arkana
"Varia yah, varia sakit. Nak reno nelpon kasih tau asam lambung varia kambuh."
"Trus sekarang gimana keadaannya?"
"Udah mendingan kata nak reno. Dia minta bunda temenin varia krna dia ada keadaan darurat yang mengharuskan dia ke rumah sakit sekarang. Ayuk yah temenin bunda."
"Hayuk."

Arkana dan wulan sudah bersiap keluar. Dan saat mereka keluar, edgar dan nita pun sama akan bersiap keluar.
"Ayah sama bunda mau kemana?" Tanya edgar
"Ke rumah varia. Katanya dia lagi sakit." Jawab arkana
"Abang sama nita mau kemana?"
"Sama bun. Reno tadi nelpon aku minta tolong lepasin infusan. Asam lambung nya kambuh."
"Yudh kita bareng2 kesana."

Edgar segera mencari kunci mobilnya. Tapi, karena terlalu panik edgar tidak melihat kunci mobil yang ternyata sudah ia pegang dari tadi.
"By............" nita segera memegang tangan suaminya dan membuka tangan yg ternyata didalamnya sudah ada kuncinya.
"Kamu tenang ya. Varia baik-baik aja kok by. Udah dirawat sama suaminya dan nanti aku bantu rawat juga. Kamu percaya sama aku kan?"

Edgar menatap lama istrinya itu. Dari dulu wanita ini selalu berhasil membuat edgar menjadi tenang saat melihat mata indahnya. Saat nita menerima telpon dari reno yang memberitahukan varia sedang sakit, edgar segera beranjak dari tidurnya. Ia mengkhawatirkan peri kecilnya itu. Sejak kecil varia memang sudah mempunyai riwayat asam lambung yg kronis. Kalau sudah kambuh GERD nya, maka seharian dia akan lemas dan menangis karna kesakitan. Ditambah lagi varia tidak menyukai rumah sakit dan suntikan. Wajar jika sekarang edgar begitu panik saat mengetahui varia nya sedang sakit. 

Edgar beserta keluarga nya langsung berangkat ke rumah reno. Sesampainya disana, wulan segera berlari menuju kamar anaknya, diikuti yg lainnya. Disana varia tertidur dengan infusan di tangannya.
Nita juga segera mengecek keadaan adik iparnya itu. Mengatur jalan infus yg sedikit ia perlambat karna melihat varia yg sudah tidak begitu pucat menandakan keadaan sedikit membaik. Varia perlahan membuka mata dan melihat kedua orang tua dan kakak-kakak kesayangan datang.

"Bun, ayah, abang, mba nita kok disini?"
"Sayang, kalo sakit kenapa ngga kabarin bunda sih? Kan bunda bisa temenin."
"Aku ngga apa-apa kok bun."
"Jangan sok kuat. Kebiasaan." Kata edgar yg kesal melihat adiknya itu selalu berusaha kuat karna tidak ingin membuat semuanya khawatir.
"Abang jahat. Adek kan lagi sakit abang malah gitu."
Edgar menghampiri varia dan duduk di sebelah ranjangnya, ia kemudian mengelus rambut varia serta pipinya.
"Abis kamu selalu kayak gitu. Mendem sendiri karna takut buat yg lain khawatir. Gimana sekarang keadaannya de? Masih sakit?"
"Udah enakan kok bang."
"Syukurlah."

Karna masih dini hari, keluarga varia memutuskan untuk menginap di rumah reno. Bunda dan nita berada di kamar varia dan reno sedangkan edgar dan ayahnya berada di kamar tamu. Nita sesekali mengecek keadaan varia. Dan bundanya selalu mendekap putri kesayangannya itu. Varia begitu tenang berada di pelukan bundanya.

Married (by kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang