Varia sampai di kantornya sambil termenung dengan kejadian telpon dari reno tadi. Ia juga tau kalo reno tidak akan pernah perduli dengan dirinya. Tapi kenapa harus dengan marah2? Varia sudah terlalu pusing dengan masalahnya. Dan juga sekarang badannya tidak bisa ia ajak kompromi. Badannya terasa lunglai dan perutnya masih mual, malah jauh lebih sering mualnya dari tadi pagi.
"Pagi semua." Sapa varia
"Pagi----- mba, lo kenapa?" Tanya dirga yg langsung menghampiri varia.
"Ngga apa-apa kok dir." Jawab varia tersenyum
"Ngga apa-apa gimana? Lo pucet banget mba."
"Mba var pasti telat makan lagi yah? Kan kemarin aku udah bilang mba harus makan."
"Ngga apa-apa kok mel. Cuman sedikit kambuh aja asam lambung nya. Udah pada kerja gih. Deadline nya sampe jam 11 ya. Abis itu kasih ke gue. Biar gue periksa semua."
"Ok mba. Lo mau gue pesenin bubur mba?" Tanya dirga
"Ngga usah dir. Ngga apa-apa."Rasya datang dengan sekertaris, dewi. Masih memakai hoddie nya dan busana casualnya. Rasya baru akan memakai pakaian formal dan jas nya saat dia sudah di ruangan.
"Pagi mas rasya." Sapa dirga dan meli
"Pagi pak manager." Sapa varia tersenyum. Rasya melihat varia. Mukanya pucat sekali. Ia langsung menghampiri kubikel varia.
"Var, lo kenapa? Kok pucet gitu?" Tanya rasya yg penuh ke khawatiran
"Asam lambung nya mba var kambuh lagi mas. Kemarin ngga makan sih." Kata meli
"Var, semalem lo ngga makan?" Varia menggeleng kan kepalanya sambil tersenyum manis.
"Lo tuh bener2 yah var. Kan udah gue bilang sampe rumah harusnya Lo makan. Gimana sih? Laki lo ngga nyuruh lo makan apa?"
"Ras, udah akh ngga usah digede2in masalahnya. Lagian bentar lagi sembuh kok. Gue udah minum obatnya."
"Udah makan?"
"Belom."Mata rasya langsung mencari seorang OB yang biasanya bertugas di departemen nya.
"Pak agus, saya boleh minta tolong?"
"Tentu pak."
"Tolong beliin bubur yg ada disebrang kantor. Jangan pake santan sama kacang."
"Ras, ngga usah. Nanti aja."
"Ngga pake nanti2an. Tolong yah pak."
"Pak, jangan lupa sambelnya yg banyak yah."
"Jangan dipakein sambel pak."
"Rasya."
"Lo itu lagi asam lambung varia latisha arkana. Dan sambel adalah makanan yg pantang. Ngerti?" Varia akhirnya menyerah. Pak agus pun akhirnya pergi untuk membeli bubur dan rasya menuju ruangannya sambil melihat varia. Ia benar-benar khawatir dengan wanita itu.Sementara di lain tempat, reno sedang dalam zona badmood. Mood nya benar-benar rusak karna varia tadi pagi. Bahkan baru sejam ia di rumah sakit ia sudah memarahi 2 dokter residen yang memberikan obat panas tanpa ijin dari dirinya. Belum lagi asisten operasi nya ketahuan tertidur sebentar di dalam operasi nya. Semua terlihat dalam pandangan mata satria. Ia yakin sahabatnya ini pasti ada masalah.
"Bro, lo ada masalah?" Tanya satria to the point.
"Ngga ada." Jawab reno
"Yakin?" Reno hanya menatap sahabt nya itu. Dia tau satria tidak mudah untuk dibohongi. Reno menghela nafas kasar.
"Gue ngga akan maksa lo cerita tentang masalah lo. Tapi, coba untuk coba mengalah. Karna wanita pada hakikatnya pengen dimengerti. Kalo lo nya keras dan varia keras, sampe kapanpun ngga akan kelar masalahnya." Reno kembali menatap satria dengan ekspresi kaget. Tau darimana kalo dia ada masalah dengan varia.
"Lo tau darimana gue ada masalah ama varia?"
"Feeling. Gue ga tau masalahnya apa, tapi cobalah lo yg mengalah. Kalo kalian sama-sama keras kepala ga akan kelar masalahnya. Dan kalo lo cuman ngeluapin apa-apa dengan marah-marah, itu juga ga bisa selesaiin masalahnya."
"Gue cabut dulu mau ada operasi. Pikirin perkataan gue." Kata satria yg segera pergi karna ada keadaan darurat.Varia terus berkutat dengan pekerjaan. Beberapa kali ia juga ke kamar mandi untuk memuntahkan bubur yg ia makan tadi pagi. Teman-teman setim nya pun sudah menyuruh nya pulang dan kerumah sakit. Tapi varia bersikeras untuk melanjutkan pekerjaannya. Ia ada meeting penting jam 2 siang ini. Ia harus menyiapkan laporan keuangan yg akan ia presentasi kan kepada para direksi. Sampai rasya yg turun tangan pun varia tidak menanggapi nya. Varia terlalu keras kepala.
Varia tidak bisa lagi menahan mual yg ia tahan dari 10 menit yang lalu. Varia akhirnya ke kamar mandi dan memuntahkan apa yg ada di dalam perutnya. Meski hanya air yg keluar. Badan nya pun mulai lemas, kepalanya pun pusing sekali. Ia keluar kamar mandi dan ingin menuju ke kubikelnya untuk beristirahat sebentar, tapi baru sampe meja dirga varia terjatuh. Pengheliatan nya sudah kabur. Ia pingsan.
"Mba vvaaarrrr.." teriak dirga. Meli dan dirga refleks langsung menuju varia yg sudah tidak sadarkan diri. Sedangkan rasya juga langsung keluar dari ruangannya. Ia kaget melihat varia sudah tidak sadarkan diri.
"Mas, gimana nih mas?" Tanya meli panik. Ia sudah memberi varia minyak kayu putih tapi varia juga tidak sadarkan diri. Dirga pun tak kalah panik, ia bahkan menepuk-nepuk pipi varia berusaha membangunkannya.
"Dir, lo tolong ambil mobil kantor yg biasa gue pake di basement. Dew, kasih kunci mobil ke dirga. Mel, tolong hubungin rumah sakit terdekat. Bilang ada pasien yg menuju kesana. Dan dew, tolong undur meeting dengan direksi setengah jam. Bilang aja ada keadaan darurat." Perintah rasya
KAMU SEDANG MEMBACA
Married (by kontrak)
Любовные романы"Menikahlah dengan gue" Ucap pria tampan yg sedang duduk di depan varia. "Maksud mas?? Kita baru kenal, dan mas mengajak saya untuk menikah??" Tanya varia kaget. "Yahh.. menikah lah dengan gue. Tapi bukan pernikahan atas dasar cinta, tapi atas dasa...