XLVII. Ngidam

803 96 9
                                    

Selesai mengantarkan anak-anaknya, reno dan varia menuju kantor varia.

"Sayang, kamu mau beli makan dulu ngga? Tadi kamu makan sedikit loh."

"Aku pengen bubur di cikini mas."

"Yaudah abis nganterin kamu ke kantor, aku beliin ya. Nanti aku anter ke kantor kamu."

Varia menggelengkan kepalanya. "Aku ngga mau mas yg beliin. Aku mau dirga yg beliin."

"Eh?" Ucap reno bingung.

Belakangan ini varia ngidam yg aneh-aneh. Dan semua berhasil di turutin reno. Tapi tak jarang juga varia mengidam di belikan makanan oleh sahabat-sahabatnya. Atau meminta mereka semua melakukan hal yg aneh.

Contohnya 2 hari yg lalu. Dimas yg baru selesai tindakan operasi malah diminta varia untuk membelikan ketoprak dan dimas harus berfoto dengan penjualnya.

Yg lebih parah lagi saat dirga diminta varia untuk membelikan nya ayam penyet yang berada di cikarang. Dan harus naik kereta. Dirga juga harus foto di kereta nya.

Dan baru kemarin dirinya minta jalan-jalan naik motor gede nya rasya. Dan meminta rasya yg mengendarai nya. Mereka beli seblak.

Ada sedikit rasa cemburu di diri reno saat varia meminta itu semua kepada pria lain bukan dirinya yg jelas suami sah nya. Tapi, varia selalu berhasil membujuk suaminya itu dan mengatakan bahwa itu keinginan anaknya bukan dirinya.

"Sayang, kasian si dirga kalo kamu suruh dia beliin. Kan harus muter jauh. Biar aku aja ya yg beli?" Ucap reno membujuk.

Varia menggelengkan kepalanya lagi. Dan segera mengambil telepon nya untuk menghubungi dirga.

"Assalamualaikum dirga." Ucap varia saat dirga sudah menjawab nya

"Waalaikumsallam mba. Kenapa mba tumben pagi-pagi nelpon."

"Lo udah berangkat?" Tanya varia

"Ini baru mau berangkat. Kenapa?"

"Om dirga yg ganteng dan baik hati, gue boleh minta tolong?"

Dirga menghela nafasnya. "Feeling gue ngga enak nih."

"Boleh ya om dirga yang ganteng? Please..." Ucap varia memohon. Dia benar-benar tidak bisa menolak ibu hamil ini.

"Kali ini apa lagi yg di kepengenin keponakan gue mba? Dia ngga nyuruh gue ke jogja buat beli gudeg kan?"

"Ide yang bagus. Tapi gue lagi ngga pengen makan gudeg. Gue pengen bubur cikini. Tolong beliin yah ga?"

"Ya ampun mba gue mesti muter jauh dong. Lo mah ada-ada aja ngidam nya. Mana udah jam segini lagi. Ntar kalo gue telat gimana?"

"Oh yaudah deh ngga usah. Tapi nanti kalo lo liat keponakan lo ngeces, lo harus inget kalo itu ngga keturutan makan bubur cikini."

Dirga menghembuskan nafas kasar. Dia benar-benar tidak bisa mengabaikan permintaan ibu hamil ini. Varia sudah seperti kakak bagi dirga yg notabene adalah anak tunggal. Varia selalu membantu nya mengenai pekerjaan juga masalah pribadi nya. Jadi jelas dia tidak mungkin menolak permintaan varia yg sedang mengidam.

Tapi yg dirga bingung kenapa harus dirinya yg membelikan di saat suami nya siap membelikan semua nya itu?

Dia rasa keponakan nya itu akan sama seperti bunda nya. Suka sekali mengerjai dirinya.

"Yaudah iya gue beliin. Gue izin ke mas rasya dulu bilang kalo gue bakalan telat." Ucap dirga pasrah

"Makasih om dirga." Kata varia yg menirukan suara anak kecil

Married (by kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang