XXI. Status Sebenarnya

5.2K 309 53
                                    

Hari ini sudah hari ketiga reno tidak pulang kerumah. Varia terus mengecek handphone nya tapi tidak ada telpon atau pun chat yg masuk dari suaminya itu. Varia terus berpositive thinking terhadap reno. Mungkin ia masih sibuk dengan pasien2nya. Tapi jauh di lubuk hatinya mengatakan mungkin ia juga tidak terlalu penting sampai2 reno harus memberikan kabar padanya. Hari ini ia juga mengantar kan icha ke sekolahnya. Rutinitas yg sudah mulai terbiasa ia lakukan.

"Hai var.." panggil irian
"Oh hai kak ana."
"Kamu kayak lesu gitu. Kenapa? Mau sarapan di depan?" Ajak iriana
"Aku kerumah aja deh kak. Aku mau siap2."
"Siap2 buat apa?"
"Besok aku udah mulai masuk kerja kak. Titip icha yah kak. Kalo ada apa2 atau ada tugas tolong infoin yah."
"Kalo itu mah di grup pasti ada var. Kamu tenang aja. Nanti aku pasti liat2 icha kok."
"Makasih kak."
"Sama2."

Varia mulai berberes rumah. Krna mbo inah dan anaknya bakalan mulai kerja besok. Ia juga sudah bersiap masak buat putri kecilnya setelah pulang sekolah. Ia masih kepikiran dengan reno, tapi yasudalah. Ia harus fokus dengan icha. Belum lagi besok ia sudah mulai ngantor. Varia justru sudah membayangkan tumpukan dokumen di meja kantor nya. Tim nya harus menyiapkan laporan keuangan untuk bulan ini. Jadi mau tidak mau mereka harus kerja lembur saat ini.

Malam harinya varia sudah melakukan tugas nya sebagai ibu dan juga sudah membereskan berkas2 yg harus ia bawa besok. Sekarang ia sudah di ruang tamu dengan laptop di depannya. Ia masih fokus dengan laporan yg sudah dikirimkan oleh tim nya. Hanya sebagian, belum seberapa dari rangakain semua laporan yg harus ia periksa dan buat. Saat varia sedang sibuk, suara handphone nya berbunyi. Tertera disana bahwa yg menelpon nya adalah orang yg selama ini sudah ia tunggu kabarnya. Reno, suami sahnya.
"Assalamualaikum mas"
"Waalaikumsallam. Var, bisa tolong bukain pintunya? Aku diluar nih." Varia langsung bergegas mengambil kunci pager yg juga menjadi satu dengan kunci pintu utamanya. Maklum mbo inah dan anaknya baru bekerja besok jadi kali ini varia yg harus membukakan pager dan pintunya.

Varia melihat reno dengan muka lelahnya. Keliatan sekali kalo ia begitu lelah. Muka dan bajunya terlihat lecek sekali. Saat reno memasuki ruang tamu, ia langsung menjatuhkan dirinya di kursi.
"Mas, mau aku buatin teh?"
"Ehhmm boleh."
Varia segera ke dapur dan membuatkan teh untuk suaminya itu.
"Ini tehnya mas." Kata varia yg menyodorkan segelas teh hangat.
"Thank you"
Reno segera meminumnya perlahan. Setelahnya ia juga memijit kepalanya. Tanda terlalu banyak yg ia pikirkan.

"Mas, kalo boleh tau kamu kemana aja 3 hari ini? Kok ga bisa dihubungi?" Tanya varia hati2
"Aku di rumah sakit. Terlalu banyak keadaan darurat kemarin. Icha udah tidur?"
"Udah mas. Baru aja. Kamu tau ga, kayaknya icha kangen banget sama kamu. Tadi dia bilang dia kangen sama kamu. Sampe mau nangis gitu. Dia bilang dia pengen sekali2 dianter sama ayah dan bundanya."
"Icha emang sedikit manja. Dari dulu dia suka begitu."
"Tapi mas, ada baiknya bukan kamu harusnya kasih kabar ke aku. Aku sama icha khawatir."
"Kamu tau kan kalo aku seorang dokter bedah. Kapanpun, dimanapun, lagi ngapainpun aku harus ada untuk pasien aku. Jadi ga seharusnya kamu khawatir. Terlebih lagi kamu itu bukan siapa-siapa aku."
"Maksud mas?"
"Seperti kamu mulai salah paham sama pelukan dan ciuman aku tempo hari. Jadi mungkin kamu nganggep kalo kamu itu istri aku. Perlu aku lurusin disini, kamu itu HANYA IBU DARI ICHA, BUKAN ISTRI DARI AKU. Kamu ga lupa kan isi perjanjian kita? Ga boleh ada yg ikut campur di kehidupan masing-masing." Ucap reno tegas. Tepat di manik mata varia.
"Dan masalah pelukan kemarin, aku hanya ngerasa kasihan aja sama kamu. Seperti nya kamu butuh tempat untuk menangis. Dan untuk ciuman itu, itu hanya sandiwara supaya icha ga curiga sama kita."

Varia tersenyum sinis. Harusnya ia sadar akan hal ini. Kalo tempat nya hanyalah seorang ibu bukan seorang istri. Dan pada awalnya ia dibutuhkan untuk merawat anak dari pria ini, bukan untuk menjadi nyonya reno. Harusnya varia menyadari bahwa pelukan dan ciuman itu hanyalah sandiwara reno agar anaknya tidak curiga dengan pernikahan ini. Entah kenapa hatinya begitu sakit mendengar itu semua. Terlebih itu keluar langsung dari mulut seorang pria yg ia kira begitu lembut.
"Terimakasih krna mas sudah menyadarkan aku. Terimakasih sudah mengingatkan aku. Mengingat kan kalo aku hanya sekedar ibu, akh lebih tepatnya pengasuh icha yg kebetulan dinikahi oleh ayahnya. Terimakasih. Aku janji bakalan terus ingat akan hal itu. Dan ga akan pernah melewati batas lagi."

Married (by kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang