IX. Perpisahan

7.5K 320 18
                                    

Di dalam perjalanan menuju rumah nya, varia menjelaskan semua yg terjadi tentang dirinya dan juga adam. Sepenuhnya edgar juga sudah mengetahui dari nita, hanya saja ia ingin mendengar langsung dari mulut varia.

Edgar memegang erat stir mobilnya saat varia bercerita. Varia tahu bahwa sekarang abangnya sedang berusaha mati2an menahan emosinya. Bagi edgar varia adalah peri kecilnya. Adik kesayangannya. Dan ga ada yg boleh menyakitinya jika ia ingin mati ditangannya. Edgar mungkin orang yg hangat, tapi jika ia marah, semua orang akan takut dengan dirinya. Persis sekali seperti ayahnya.

"Trus gimana keputusan kamu? Kamu bakalan putusin dia khan?" Tanya edgar yg mengeraskan rahangnya tanda bahwa ia sedang sangat marah.
"Iyalah bang. Aku ga mungkin tega ngebiarin anak itu lahir tanpa ayah. Kasian bang. Aku ga mungkin egois."
"Jadi kamu mau mutusin dia krna kamu kasihan ama bayinya. Dek, kenapa kamu mikirin bayi dari mereka. Persetan. Kamu harusnya mutusin dia krna dia udah ngekhianatin kamu."

"Abang, bayi itu ga salah. Kelakuan orang tuanya lah yg salah. Abanh juga tau itu khan. Ayah dan bunda selalu mengajarkan kita tentang itu."
"Terserahlah. Trus, gimana kamu mau mutusin dia? Kamu mau ketemu dia?"
"Iya bang. Rencananya hari ini. Mumpung libur juga. Aku mau nyelesaiin secepat mungkin. Biar dia bisa bertanggung jawab dan menikahi clarissa."

"Ya ampun de. Disaat kamu lagi sakit, kenapa kamu malah mikirin perasaan orang lain sih. Yudh abang temenin." Edgar bingung. Adenya ini terlalu baik apa bego sih. Dia malah mementingkan perempuan dan bayi itu disaat dia juga hancur.
"Bang, biar aku sendiri aja ya. Biar aku yg nyelesaiin semua. Aku cuman takut abang ga bisa ngontrol emosi di depan mas adam. Abang percaya khan sama varia?" Varia berusaha meyakinkan edgar bahwa dia bukan anak kecil lagi yg harus ditemani saat ia menyelesaikan masalah. Belum lagi emosi abangnya yg suka meledak2 yg hanya bisa dikontrol bunda dan mba nita.

"Tapi de-----"
"Bang, please."
"Oke gini aja. Abang anterin kamu ke cafe. Abis itu abang balik. Tapi inget, jangan matiin hp. Dan langsung teriak kalo dia berbuat kasar sama kamu. Telpon abang. Biar langsung abang habisin dia klo sampe berani ngapa2in kamu."
"Yudh iya bang." Kata varia yg tak sadar bahwa ia sudah di teras rumahnya.

Varia masuk rumah disusul edgar. Ayah dan bundanya tersenyum dengannya. Tidak ada tanda ke khawatiran dari mereka.
"Abang bilang kamu nginep dirumah nita krna pengen quality time sama nita. Awalnya susah ngeyakinin mereka. Tapi akhirnya dengan berbagai alasan mereka bisa ngerti. Trus, abang belum cerita apa2 tentang adam. Nanti aja setelah kamu selesaiin masalahnya baru kita cerita semuanya. Oke peri kecil abang??" Bisik edgar sambil mengusap rambut varia. Varia benar2 beruntung mempunyai edgar sebagai abangnya. Dia adalah abang yg berani pasang badan, melindungi, dan melakukan apapun demi varia.

Setelah bunda dan ayah mengintrogasinya, varia ijin masuk ke kamarnya. Ia ingin tidur sebentar sebelun menemui edgar nantinya. Untung saja ini hari minggu dan pekerjaannya sudah ia selesaikan jadi ia bebas beristirahat.

Tapi tetap saja varia tidak bisa tidur krna masalahnya. Varia bingung kata2 apa yg akan ia ucapkan ke adam. Dan yg terpenting lagi, ia tidak yakin jika adam akan mau menerima keputusannya untuk berpisah. Ia tahu benar sifat adam. Ia tidak akan mudah melepas apa yg ia punya. Setelah banyak berfikir, jam menunjukkan pukul 3 sore. 1 jam sebelum pertemuannya dengan adam. Varia bersiap. Ia mandi dan berdandan sedikit dengan make up yg senatural mungkin.

"Loh de, kamu mau keluar lagi? Kamu mau kemana?" Belum sempat ia menjawab, edgar muncul dengan membawa kunci mobilnya yg diputar2. Bajunya juga lumayan rapi untuk pergi. Saat itu juga akhirnya ayah dan bundanya mengetahui bahwa ia ingin pergi dengan edgar.
"Semalem khan quality timenya ama nita. Sekarang ama abang. Udah lama kita ga ngedate berduaan khan de?"
"I--iya bang."

"Alhamdulillah ayah seneng kalian selalu menyayangi satu sama lain. Tetep seperti ini yah sayang. Sampe kalian sudah menikah dan punya anak nanti yah sayang." Ucap ayah yg mengusap kedua rambut anaknya dengan kedua tangannya.
"Maafin nita yah ayah, bunda. Maaf krna udah bohongin kalian." Batin nita yg tak tega membohongi wanita dan lelaki kesayangannya. Edgar yg menyadari ekspresi varia, langsung pamit. Berabe kalo bunda melihat ekspresi nita tadi. Bunda dan dirinya adalah orang yg peka. Apalagi kalo berhubungan dengan anak2nya.

Married (by kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang