XXXIV. Jujur

3.8K 257 60
                                    

Sudah 2 minggu semenjak kelahiran anak tania dan satria, reno masih belum bisa jujur dengan varia tentang apa yang terjadi. Varia juga masih begitu fokus dengan baby aarav. Ia begitu excited mengurus baby aarav sama seperti tania.

"Bro.." panggil satria yang membuyarkan lamunan reno. Reno hanya menatap kosong ke arah satria. Satria pun merasakan kegalauan sahabatnya itu. Satria mengetahui semua masalah reno dari dimas.
"Saran gue, lo lebih baik jujur. Siapa tau varia bisa menerima semua. Lagian ini ngga sepenuhnya salah lo. Lo ngga tau lisa hamil."
"Gue takut varia sakit. Gue ngga ada bedanya dari mantannya."
"Tentu beda. Kalo mantannya jelas melakukan kesalahan. Ia melakukan disaat masih ada hubungan dengan varia, sedangkan lo melakukan itu disaat lo belum bertemu varia."
"Gue takut kehilangan varia, sat."

Saat ini yang masih membuat reno ragu untuk mengatakan semua ke varia adalah ia begitu takut kehilangan varia. Ia tidak ingin menyakiti hati varia kembali. Ia tidak ingin varia menangis lagi karnanya.

Ia begitu mencintai varia.

"Tapi, lebih baik dia tahu dari mulut lo sendiri daripada dia tahu dari orang lain." Ucap satria
Reno kembali terdiam. Ia begitu bingung saat ini.
"Apapun nanti keputusan varia, mau tidak mau lo harus menerimanya. Itu adalah konsekuensi yang harus ditanggung."
"Dan gue takut ngga bisa menerima konsekuensi itu, sat." Ucap reno menatap satria.

Satu hal yang satria lihat saat ini adalah reno begitu kacau. Ia tidak pernah melihat sekacau ini. Terakhir ia melihat sosok reno yang seperti ini adalah saat lisa meninggalkan reno di hari pernikahan mereka.

"Lo ngga harus menikahi lisa. Cari solusi yang terbaik. Gue yakin varia juga bisa ngerti. Apalagi dia suka banget sama anak-anak. Gue yakin varia juga akan menganggap anak lo sebagai anak dia sendiri. Yang dibutuhkan anak itu adalah pengakuan ayahnya. Kehadiran sosok ayahnya. Dia juga harus mengerti bahwa ibu dan ayah nya ngga bisa bersatu." Satria berdiri dan menepuk pundak reno.

"Gue pergi dulu ya. Masih ada visit pasien. Pikirin baik-baik lagi. Dan lebih baik lo jujur."
"Thanks bro."

Malam harinya reno baru pulang dari rumah sakit. Keadaannya sedikit kacau. Ia masih memikirkan cara untuk mengatakan semua itu ke varia. Sedangkan wanita yang ia fikirkan sekarang sedang tertidur di sofa dengan laptop yang masih menyala di pangkuan nya.

Reno mematikan laptop varia setelah mengesave semua data-data yang baru ia kerjakan. Ia juga berusaha menggendong varia dan membaringkan di tempat tidur mereka. Reno tak pernah bosan melihat dan memandangi wajah istrinya itu. Baginya, varia begitu cantik apalagi jika sedang tertidur seperti ini.

"I love you, sayang." Reno mengecup dahi varia dan mengelus rambut varia dengan tatapan sayangnya.

Varia hanya bergerak sedikit setelahnya ia tertidur pulas. Reno pun segera mandi dan mengganti piyamanya. Ia juga segera menyusul varia ke ranjangnya dan tidur disampingnya.

Pukul stengah lima varia terbangun dari tidurnya. Ia tersadar bahwa dirinya tertidur di ranjangnya padahal ia ingat bahwa ia masih di sofa mengerjakan pekerjaannya. Siapa yang memindahkan nya? Fikir varia.

Tak lama ia tersadar pasti reno lah yang memindahkannya. Ia menatap lama ke arah reno. Jarinya bergerak menelusuri wajah tampan nya reno. Ia benar-benar beruntung mempunyai suami setampan reno.

Varia terlalu gemas sampai akhirnya ingin mencium pipi reno. Reno yang baru saja bangun pun langsung menengokkan wajahnya ke varia saat varia ingin mencium pipi reno. Yang terjadi malah ciuman itu mendarat di bibir manis reno. Varia yang terkejut langsung menjauhkan kepalanya.

"Selamat pagi sayang." Kali ini reno menarik kepala varia dan mencium kening, pipi, serta bibirnya sekaligus. Varia yang diperlakukan seperti itu langsung salting dan pipi nya merah merona.
"Pa--pa--gi" jawab varia

Married (by kontrak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang