📽. 31

1.9K 468 43
                                    

Kedatangan Joshua bener bener mengejutkan. Alda sampai menganga lebar kalau bapaknya itu nggak keburu mengingatkan takut ilernya jatoh.

Ya mau gimanapun, dia daritadi dibikin kesel karena nggak dapet kabar, malah mendadak oknum yang bikin emosi nongol depan muka dengan watados.

"Kangen ya? Kangen ya?" ledek Joshua sambil menghampiri anak wedoknya yang udah berkaca-kaca.

"Menurut ngana?!?!"

Tepat setelah bapaknya itu berdiri di depannya, Alda refleks meluk kenceng sampai bikin Joshua kudu pegangan sisi ranjang sebelum membalas pelukan anaknya.

"Cengeng amat si."

Sambil nepuk-nepuk kepala Alda, Joshua membiarkan anaknya itu sesenggukan walaupun gatau penyebabnya apa. "Udah dong nangisnya, papa bawain kamu oleh-oleh lho."

Dan seketika tangisan cewek itu berhenti, lantas mendongak menatap Joshua dengan mata mengedip lucu habis menangis. "Mark Lee?"

Bukan cuma Joshua yang memutar bola mata, tapi tiga temennya juga turut berseru menyadarkan cewek itu dari kehaluan haqiqi yang impossible.

"Mending lo tidur, terus mimpiin Mark Lee." sahut Ej julid.

"Dih ikut-ikut aje." balas Alda agak sebal.

Kemudian tatapan cewek itu kembali beralih ke arah Joshua yang terlihat meraih paperbag coklat di atas kursi. Pria itu meletakannya di depan Alda sebelum merogoh sesuatu dari dalam paperbag.

Karena sesungguhnya Alda suka berekspektasi ketinggian, cewek itu girang dalam hati menanti oleh-oleh yang dimaksud Joshua. Apalagi papanya terlihat super lelet ngambil sesuatu.

"Lama amat si."

"Bentar ini susah." jawab Joshua sambil berusaha mengeluarkan kotak persegi panjang yang menyangkut di dalam paperbag.

Nggak lama, bapak satu anak itu berhasil mendapatkan apa yang diambil sebelum memberikannya ke Alda yang keliatan excited. "Ini,"

Sambil menyodorkan benda tersebut, Joshua tersenyum lebar. "Papa bawain kacang Canada!"



***



Jake memarkirkan motornya di parkiran warkop tempat mereka janjian. Tanpa berlama-lama, cowok itu langsung masuk dan mencari keberadaan Sunghoon yang nggak butuh lama langsung tertangkap indra pengelihatannya.

"Hoon!" panggilnya pada cowok berkemeja kuning tersebut.

Yang dipanggil menoleh. "Cepet amat."

"Dih, kata lo suruh buru-buru."

Sunghoon menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil nyengir. "Iyakan gue kira lo bakal ngaret, soalnya bang Jaewon belom dateng."

Jake mendengus. "Bangke."

"Pesen apa kek." suruhnya waktu melihat Jake cuman main hape.

"Gak ah, kenyang." Jake mematikan benda persegi itu sebelum dikantongin lagi. Kakinya naik ke atas meja sambil menyenderkan punggung. "Nyampe mana bang One?"

Sambil meneguk minumannya Sunghoon menatap layar ponsel. "Katanya lagi ngisi bensin di pom depan."

"Lah si goblok, lagi di pom main hape."

Sunghoon yang baru sadar berdecak. "Lah iya tolol."

Nggak lama kemudian mereka melihat keberadaan cowok bertato yang telinganya ditindik memasuki warkop dengan celana jeans robek andalannya. Siapa lagi kalau bukan Jaewon, gitaris ganteng yang suaranya seberat beban hidup Jake.

"Udah dateng aja lo."

Mereka bertiga tos ala cowok sebelum Jaewon duduk di kursi sebelah Sunghoon. "Disuruh buru-buru sama Sunghoon, taunya lo aja belom dateng."

Sementara Sunghoon cuma ketawa, Jaewon mengeluarkan bungkus rokok buat disulut salah satu isinya. "Gimana cewek lo?" tanya Jaewon setelah menghembuskan asap dari mulutnya.

"Hah?! Cewek gue siapeee." seru Jake bingung.

"Itu yang waktu itu lo ajak kemari."

Jake yang suka lupa-lupa inget itu melirik Sunghoon minta tolong. Membuat yang dilirik berdecak kesal. "Alda elah."

"Oh." Jake menganggukkan kepala. "Dih? Dia bukan cewek gue anjir."

"Ya itulah, gimana keadaannya?"

"Udah baik sih, gak gimana gimana."

Jaewon mengetuk batang rokoknya hingga ujung yang terbakar jatuh ke asbak. "Lo ada masalah apa sama Jay dah?"

"Engga ada sih, gue juga gatau, ya Hoon?"

Cowok yang sibuk mengibas ngibaskan asap yang mengenai wajahnya itu menoleh. "Hah?"

Meski nggak dapet jawaban jelas dari dua manusia di depannya, Jaewon kembali melanjutkan tujuannya memanggil Jake kesini. Cowok itu nggak punya banyak waktu karena abis ini harus manggung.

"Sebenernya gue cuma mau ngasih hadiah atas kemenangan lo balapan kemarin." ujarnya menatap Jake. "Kan duitnya dibagi rata buat kita semua, tapi at least gue mau mengapresiasi usaha lo itu."

Jemari panjangnya terulur ke depan Jake, membuat wajah cowok itu mengkerut bingung. "Apaan bang?"

"Hak lo sih ya mau nuntut apa engga, tapi denger kemarin cewek lo itu hampir dibunuh di gor, gue jadi penasaran." cowok itu nggak langsung menyelesaikan ucapannya, tapi menyesap rokok lebih dulu.

Jake mengambil benda kecil di telapak tangan Jaewon masih dengan perasaan bingung. "Trus gue nanya temen gue yang punya akses cctv disana, and i found it."

Jaewon berdiri, cowok itu hendak berpamitan pergi sebelum Jake mencegahnya untuk meminta penjelasan lebih. "Maksud lo? Ini rekaman kejadian waktu itu?"

"Iya, liat aja sendiri, tapi jangan kaget. Soalnya gue nggak kaget."



***

hehehehehe hai,
happy new year!

andante  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang