Jake mengepalkan tangannya setelah selesai memeriksa isi rekaman yang diberikan Jaewon siang tadi. Di dalam kamarnya, cowok itu memandang potongan video yang telah selesai.
Belum tau apa langkah selanjutnya yang akan diambil, tapi Jake serius nggak akan ngebiarin gitu aja. Apalagi ini udah yang kedua kali.
Sambil menutup laptopnya. Jake melangkah mengambil jaket yang tergantung di lemari sebelum keluar kamar. Menuruni anak tangga dengan cepat, cowok itu bertemu asisten rumah tangganya begitu tiba di lantai bawah.
"Mau kemana den?"
"Rumah sakit mbak, papa mama belom pulang?"
Mbak Juma menggeleng. "Belom."
"Oke, aku pergi dulu."
Sepeninggalan Jake, mbak Jum kembali melakukan aktivitasnya yang tak lain dan tak bukan adalah chattingan sama mas pacar.
Melewati padatnya jalanan malam, Jake tiba di rumah sakit jam tujuh lebih. Tadi sih sempet beli martabak manis biar nggak kosong-kosong amat tangannya waktu kesana.
Apalagi setelah denger dari Rose kalau om Joshua pulang. Jake jadi sungkan kalau nggak bawa apapun. Beda cerita kalau cuma ada Alda, gausah bawa apa-apa juga dia pede.
Cowok itu mengetuk pintu dua kali sebelum membukanya. Mendapati Alda tidur memunggungi Joshua yang lagi duduk di sofa sambil mangku iPad.
"Halo om."
"Jake." sapa Joshua meletakkan iPadnya di atas meja.
Abis itu mereka ngobrol ngalor-ngidul. Alda yang denger cuma diem aja. Nggak peduli. Moodnya masih berantakan akibat hadiah nggak terduga yang ia terima tadi.
Bisa-bisanya dateng dari Kanada bukannya bawa barang lucu, malah kacang. Ah, kalo diinget ngeselin banget deh.
"Al!"
Pura-pura budek adalah jalan ninja biar nggak diajak ngomong. Alda juga menambah aktingnya dengan memejamkan mata biar orang taunya dia tidur dan lagi gabisa diajak ngobrol.
"Alda!"
Tapi ini orang ngegas banget, bikin Alda mendengus. "Apaan sih?!" sahut cewek itu pada akhirnya.
Jake yang tadinya mastiin Alda tidur apa enggak akhirnya berjalan menuju sisi yang bisa dengan jelas lihat wajah cewek itu. "Ngapain sih lo?"
"Bukan urusan lo!"
"Idih, gue mau ngomong."
"Satu kata lima puluh ribu."
Cowok berjaket abu-abu itu menghela napas. "Serius ini, om Josh udah pergi."
Refleks Alda memutar badan, dan bener aja papanya udah nggak ada disini. "Kemana tu orang?"
"Nggak tau." Jake mengedikkan bahu.
"Lo mau ngomong apa?" akhirnya Alda merubah posisinya menjadi duduk. Diikuti Jake yang mendudukkan diri di kursi aluminium di sebelah ranjang cewek itu.
"Gini—." belum sempet Jake ngomong, Alda udah nyerobot duluan.
"Eh itu lo bawa apaan?"
Jake melirik bungkusan di meja yang menjadi pusat perhatian Alda sebelum kembali menatap cewek itu. "Martabak manis, coklat pisang."
"MAUUU!! Ambilin ambilin."
Terdengar helaan napas dari hidung cowok itu sebelum bangkit dengan terpaksa. Jake mengambil kresek putih yang belum tersentuh untuk dibawa kehadapan Alda.
Sambil membiarkan cewek itu melahap martabak dengan mata berbinar, Jake melanjutkan ucapannya yang tadi terpotong. Tapi melihat ekspresi cewek itu sekarang, ada perasaan khawatir kalau kalau pembicaraan mereka bakal bikin mood Alda turun lagi.
"Lo mau ngomong apa?" tanya Alda sewaktu lihat Jake nggak kunjung berbicara. Padahal dia nungguin.
"Eung—lo suka martabak ya?"
"Yoi, palagi yang ini, perfect!"
Cowok itu tersenyum tipis. "Brarti bener ya gue belinya."
Alda mengangguk-anggukan kepalanya senang. "Lo nggak mau?"
"Enggak, lo aja." liatin cewek itu makan dengan lahap udah bikin Jake kenyang. Perasaannya berubah lebih tenang daripada waktu perjalanan kesini. "Ohiya, lo temenan sama si Ej Ej itu dari kapan?"
"Udah lama sih, dari tk apa sd gitu authornya lupa."
"Tetanggaan?"
"Iya tapi nggak sebelahan, rumah dia ada di ujung."
"Kalo sama Jay?"
Alda mendadak menghentikan pergerakannya mengambil potongan martabak lagi. Cewek itu menatap Jake dengan kedua alis terangkat. "Kok kesitu?"
"Kalian kenal kan?"
"Apasih Jake?"
"Gue cuma nanya."
Menarik napas pelan, Alda bersuara. "Temen smp, tapi udah enggak lagi."
"Kenapa udah enggak?"
Cewek itu tampak berdecak mendengar Jake yang banyak nanya. "Kenapa nggak lo tanya sendiri? Temennya kan?"
"Iya tapi udah enggak lagi."
Merasa kata-katanya ditiru Alda mendadak kesel. Menutup kotak martabak dan meletakkannya di pangkuan Jake, tangan cewek itu mendadak dicekal dua-duanya.
Tatapan keduanya bertemu untuk beberapa saat. Alda yang moodnya turun lagi mendadak dibikin senam jantung sewaktu salah satu tangan Jake terangkat dan menuju ke wajahnya.
"Lo kalo makan yang rapi dikit kek, jangan kaya bayi belepotan."
Alda terdiam. Merasakan ibu jari cowok itu mengusap sudut bibirnya pelan tanpa tekanan yang bisa membuatnya sakit.
"Al."
Panggilan itu membuat si lawan bicara mengedipkan mata pelan. Takut ketahuan jika detak jantungnya saat ini sedang berdegup sangat cepat. Apalagi setelah mendengar penuturan Jake selanjutnya.
"Kalo gue suka sama lo, gimana?"
***
🧘🏻♀️ /jurus menghilangkan diri/ 🧘🏻♀️