Di ruang tamu rumahnya, Alda termenung menatap bucket bunga misterius yang ia temukan di kursi teras. Sebenernya nggak misterius sih kalau diliat ada kertas nyelip diantara rangkaian bunga tersebut.
Tapi Alda belum menyadarinya karena terlanjur jatuh cinta sama bunga yang ia pegang. Padahal pengirimnya sendiri aja dia nggak tau.
"Perasaan ini bukan pertama gue dapet bunga, tapi yang ini kenapa cakep banget ya."
Secara keseluruhan bunga itu berwarna pastel, warna kesukaannya. Nggak cuma satu jenis tapi ada beberapa dengan warna muda yang bikin cewek itu nyengir sepanjang menit. Ada baby blue, tosca, kuning agak pucat, lilac, baby pink dan putih.
Merasa puas memandangi bucket di tangannya, Alda mulai memeriksa bucket tersebut sebelum mendapati kertas berwarna lilac menyangkut di dalam bunga.
"Untung ada." ujarnya lega.
I still remember pastel colors are
your favorite. I'm sorry. —J"Wah tulisannya jelek amat." kalimat pertama yang meluncur dari bibir berpoles liptint itu pasti bakal bikin yang bersangkutan merasa nggak terima.
Tapi untung Alda lagi sendiri, jadi nggak takut bakal dilaporin sama si pengirim atau penulis kertas di tangannya.
Cewek itu menghela napas. Matanya memandang layar televisi mati di depannya dengan pandangan menerawang. Ketebak sih ini dari siapa. Alda nggak punya prasangka lain dan yakin pengirimnya adalah Jake.
But wait. Alda kembali memandang tulisan ceker sapi di tangannya. Kenapa berasa nggak asing? Dan sejak kapan Jake tau warna kesukaannya padahal dia nggak pernah ngasi tau.
Ditengah kebingungannya, bel rumah berbunyi. Sore ini tiga temennya ngajak hangout karena lusa Taehyun udah berangkat keluar kota, cowok itu berhasil keterima di universitas impiannya.
Time flies so fast. Saatnya mereka pisah dan ambil jalannya masing-masing.
Alda berdiri buat bukain pintu dan udah berpikir pasti kalau nggak Taehyun yang mau jemput dia ya siapa lagi. Tapi ternyata dugaan cewek itu salah besar.
Jake, berdiri di depannya dengan sebucket makanan manis yang dibentuk seperti bucket bunga. Cowok itu nggak senyum, ekspresi wajahnya nggak bisa ditebak karena Alda sendiri lagi melongo saat ini.
"Ngapain?"
"Minta maaf lagi." sambil menyerahkan benda di tangannya ke hadapan Alda.
Nggak tau kenapa suara Jake jadi terdengar lucu di telinganya. Mirip anak kecil yang udah pasrah minta maaf ke mamanya karena abis ngerusakin barang.
Alda yang bingung mau jawab gimana teringat bucket lain yang barusan dia terima. Bola mata cewek itu melotot.
"Lah, terus yang ngasih gue bunga tadi siapa?"
"HAH?!" Jake ikut shock. "Ada yang ngasi lo?!"
"Iya! Kirain dari looo."
Jake mengusap wajahnya lelah. "Kan saingan gue nambah lagi kan."
Alda mengusap pelipisnya ragu. "Tapi gue gaada deket sama siapa siapa deh."
Kalaupun Sean, inisial nama cowok itu kan S bukan J. Jadi nggak mungkin juga lah, mereka nggak sedeket itu. Temen-temennya yang berinisial J juga nggak ada selain Jake sendiri.