"Lo mau tunggu disini apa ikut turun?"
Alda menoleh ke arah luar. Memperhatikan warung kecil yang keliatan nggak begitu ramai tapi lumayan diisi beberapa anak sekolah yang satu server sama Jake.
"Ada minuman nggak?"
"Ada."
"Beliin ya. Seret gue."
"Duit mana duit?"
"Beliin anjir! Kuping lo dimana sih?!"
Jake mencebik, "nyuruh beliin, ngegas lagi."
Nggak ada sahutan lagi. Dan Jake mendapati Alda malah memejamkan mata di kursinya. Cowok itu geleng-geleng kepala. "Iye gue beliin." ujarnya sebelum keluar.
Mendengar pintu mobil ditutup. Alda baru buka mata sambil menghela napas lega. Alamat sereten level max kalau Jake beneran nggak beliin dia minum.
Tiba-tiba mata cewek itu menyipit. Badannya condong ke depan buat memastikan kalau pengelihatannya nggak salah alias bener.
Itu Ej yang baru keluar dari minimarket, sama...Reya?
Wow
Lalu ingatan Alda dibawa ke hari-hari terakhir dimana Ej bilang kalau dia udah nggak bisa anter-anter Alda kayak biasa karena ada kepentingan lain.
"Jujur susah amat Je."
Abisnya Ej cuma bilang kepentingan-kepentingan tanpa keterangan yang jelas. Alda kan jadi penasaran. Tapi sekarang dia tau, alasan dibalik kepentingan nggak jelas sahabatnya.
Keasyikan senyum karena turut bahagia. Cewek itu sampai lupa kalau tenggorokannya kering. Lalu tersadar, Alda berdecak.
"Sumpah lama banget yarabbi."
Alda mengusap wajahnya frustasi. Cewek itu celingak-celinguk nyari oknum menyebalkan bernama Jake yang kayaknya kebablasan nongkrong.
Akhirnya Alda memutuskan turun. Karena kalau beneran dia nungguin Jake yang nggak tau kapan balik, bisa-bisa Alda pingsan karena dehidrasi. Mana tadi dia abis lari-larian dikejar Taehyun, nggak sempet minum tapi malah beli batagor.
Sampai di depan warung, Alda mulai ragu mau masuk apa enggak. Ternyata rame cuy, mana cowok semua lagi. Malu banget :( mau balik tapi nanggung.
"Kak." Alda memberanikan diri manggil cowok yang mau keluar warung itu. Untungnya nggak pakai acara sok budek, cowok itu noleh.
"Napa?"
"Liat Jake nggak?"
"Jake? Lo ceweknya ya?"
Alda melotot horor. "Bukan!" panik meng. Mana ini orang suaranya gede banget, nggak tau emang sengaja atau volume normalnya segitu.
"Kirain. Noh orangnya disana." cowok tadi nunjuk tempat yang ada di pojokan. Dilihat dari sini, mungkin ada sekitar 8 orang.
Bahu Alda melemas, mana berani nyamperin kalau begini ceritanya. Itu brarti dia harus ngelewatin gerombolan cowok-cowok lain juga? Ih terimakasi.
"Kak." panggilnya lagi ketika orang itu mau lanjut jalan.
"Apalagi?"
"Panggilin dong."
Cowok berpiercing banyak itu menatap Alda malas. "Nyusahin lo. Untung gue baik."
Iyain aja biar cepet. Alda cengengesan tanpa dosa.
Kirain kan, bakal disamperin terus menyampaikan pesan baik-baik. Taunya cowok berpenampilan badboy itu malah teriak-teriak nggak punya malu.
Dia nggak malu, tapi Alda yang malu.
"JAKE! DICARIIN NIH SAMA IBU NEGARA!"
"Suara lo kak, emejing!" alih-alih mempermasalahkan apa yang barusan cowok itu ucapkan. Alda malah salfok sama suaranya.
"Keren ya? Oh itumah fakta."
"Sebelas dua belas kayak Jung Jaewon!"
"Mantap! Tos dulu kita dek!"
Nggak tau apa faedahnya. Tapi ketika diajak tos sama Jung Jaewon KW, Alda nurut-nurut aja. Abis itu mereka ketawa bareng dan Jake muncul.
"Apa bang?"
"Cariin nih." Jung Jaewon KW nunjuk Alda pakai dagunya. "Udah ya, gue pamit dulu. Bye dek!"
"Dadah hyung!"
Jake memandang Alda aneh. "Bahagia banget muka." sindirnya.
"Minum gue mana bego?!" sengit cewek itu yang udah selesai memandang Jung Jaewon KW pergi.
"Oh iya? Lo pesen minum ya tadi?"
"Fine, bye!" Alda ngambek. Sumpah ini refleks. Kayak udah kesel banget pengen musuhin Jake sekarang juga.
Tapi cowok itu malah ketawa. "Sumpah lupaaaa! Bentar-bentar gue beliin." katanya abis itu masuk ke dalem. Berdoa aja semoga Jake beneran beli.
Selagi nunggu, Alda nyender ke pilar kayu bagian depan warung sambil neduh. Nggak berselang lama ada suara langkah kaki ngedeket. Alda udah berdiri tegak siap menyambut botol air minum.
Sayangnya bukan. Karena yang keluar dan bertatap wajah sama Alda malah orang lain.
"Lo...?" orang itu menunjuk Alda menggunakan telunjuk. Muka songongnya mulai tampak sepersekian detik berikutnya.
Wajah Alda mengeras waktu orang itu menyeringai. Seringaian yang udah lama nggak dia liat dan berharap nggak akan pernah dia liat lagi.
"Masih hidup lo? Bukannya udah mati ya? Eh, apa emak lo sih yang mati?"
"Punya mulut dijaga!"
"Sorry." ucapnya merasa bersalah, padahal sama sekali enggak. "Duh, ngapain gue minta maaf. Kan fakta."
"Mama gue nggak mati ya, bangsat!"
"Tapi gila? Sama aja udah nggak punya otak. Tinggal dipanggil maha kuasa."
"Stupid! Banci diem lo!"
"Berani ngatain gue?!"
Alda mengerjapkan mata. Rasanya deja vu. Dia pernah ngalamin hal kayak gini sebelumnya, dan sialnya hari ini Alda kembali mengalami hal nggak mengenakan itu.
"L-le-lepas!"
Cekikan di lehernya pelan-pelan mulai mengendur. Baru hendak menghela napas lega. Alda dikejutkan dengan serangan tiba-tiba yang membuatnya kehilangan kesadaran detik itu juga.
Dan hal terakhir Alda denger, adalah teriakan Jake manggil nama orang tersebut dengan lantang.
"Jay!"