Jake merutuki mulutnya yang ceplas-ceplos kayak petasan. Gara-gara emosi sesatnya yang berakhir ngomong aneh. Mereka berdua sama sekali nggak ngomong selama satu minggu.
Terlebih semenjak bunda berikrar kalau mereka harus berangkat dan pulang bareng. Meski beda sekolah, tapi kan satu arah. Selain menerima, emang Jake bisa apa? Nolak nggak mungkin.
Maka setiap pagi berangkat. Keadaan mobil bener-bener sepi. Cuma ada suara radio, itupun kalau Jake inget nyalain, kalau nggak yaudah sepi-sepi dah tuh kayak kuburan.
Jake sendiri nggak berminat mulai obrolan, kecuali kalau udah nyampe sekolahnya Alda, cowok itu baru ngomong kalau pulangnya nanti dijemput. Udah gitu aja, selebihnya nggak ada.
Kalau dibilang Jake punya gengsi gede, maka jawabannya iya. Iya banget malah, Jake gengsinya ngalahin langit ketujuh.
Bahkan omongannya hari itu belum juga diklarifikasi karena keburu gengsi. Alda sendiri nungguin penjelasan juga nggak butuh-butuh amat. Pokoknya dua orang ini sama-sama acuh dan nggak peduli.
Makanya susah kalau mau mulai obrolan. Orang dua-duanya berotak dingin.
Jake menaikkan kedua kakinya ke atas meja sambil merentangkan dua tangan pada sandaran kursi panjang. Cielah, udah kek bos mafia aja anjrit.
Cowok itu berulang kali lihat atas, terus ngerucutin bibir. Begitu seterusnya sampai Jay kesel sendiri dan nimpuk kepalanya pakai kotak rokok.
"Bangsat apasih?!"
"Sepet gue liat lo kayak orang gapunya gairah hidup! Kenapa sih?"
"Kepo." sahut Jake enteng nggak ada beban. Udah singkat, mukanya jutek banget. Jay jadi berniat ngelempar kursi plastik di sebelahnya saking greget.
"Jake, lo udah pernah ditimpuk pake kursi plastik belom?"
Spontan Jake membenarkan posisi duduknya dengan benar. Cowok itu mendelik sinis ke arah Jay. "Gue tuh lagi nggak tau pokoknya nggak tau. Udah diem lo!"
"Sumpah, nggak jelas."
Jake meletakan es tehnya di atas meja ketika getaran di saku celananya menganggu. Membaca sederet kata yang barusan dikirim, mata cowok itu melebar waktu melihat angka di ujung tengah hapenya.
"Gue duluan!!!"
"Jakeeee!!!!"
Telat. Jake keburu ngibirit keluar tempat tongkrongan dengan kecepatan super.
Sementara Jay memicing heran. "Goblok, padahal tasnya ketinggalan." pada akhirnya cowok itu cuma mengedikkan bahu dan mulai menyalakan rokoknya.
Nggak butuh waktu lama. Mobil Jake berhenti di depan sekolah orang yang tadi ngirimin dia pesan. Ya siapa lagi kalau bukan Alda.
Tanpa repot-repot nyari. Jake udah bisa menemukan keberadaan cewek rambut sebahu itu yang lagi jalan ke mobilnya sambil makan batagor.
Dan seperti biasa. Nggak ngomong apapun, Alda langsung duduk sembari melanjutkan makannya dengan santai. Tapi tiba-tiba cewek itu menoleh ke kursi belakang, niatnya nyari minum, siapa tau ada. Tapi malah nggak menemukan apapun selain kehampaan. Kayak ada yang kurang gitu.
"Lo nggak bawa tas?"
Jake rem mendadak, ikut menolehkan kepala sampai keduanya berhadapan. "Nggak ada?"
Alda menggeleng.
"Ketinggalan brarti." jawabnya yang baru nyadar.
Alda mengangguk samar, berniat balik duduk menghadap depan ketika Jake menahan kepalanya. Cewek itu mengerjap bingung. Sumpah demi apapun posisi kayak gini nggak baik buat kesehatan jantung.
"Apa?" suara Alda nyaris hilang saking gugupnya. Tapi sialnya Jake malah semakin mendekatkan wajahnya.
"Lo—"
"Diem dulu."
Alda hendak menarik wajahnya menjauh ketika Jake lagi-lagi menahannya untuk tetap diam. "Ap—"
"Bulu mata lo jatoh."
Jake menjauh setelah berhasil mengambil bulu mata yang bikin dia greget pengen ambil. Dua-duanya udah duduk dengan normal tapi Jake nggak juga melajukan mobilnya.
Padahal Alda udah seret pengen minum.
"Katanya tuh, kalau bulu mata kita jatuh tandanya ada yang lagi kangen."
"Percaya lo?"
Alda kira, Jake bakalan menyangkal, tapi taunya cowok itu malah ngangguk-ngangguk kayak guguk.
"Percaya dong. Sekarang tanggal berapa?"
"Tanggal sepuluh."
"Coba hitung, huruf di urutan ke sepuluh apaan, itu inisial orang yang lagi kangen sama lo."
Tanpa sadar, Alda mau-mauan di suruh ngitung. Lalu jari cewek itu berhenti di angka sepuluh dengan alis mengkerut.
"J?"
Jake melotot sementara Alda bengong.
—
nanti malem up
lagi kalo votenya
bisa 50+ hehehe