Gedung besar bertuliskan rumah sakit Forever atau yang lebih sering disebut rsj itu menjadi pemberhentian motor scoopy Ej yang dari tiga puluh menit lalu masih berkeliaran di jalanan.
Seharusnya cuma dua puluh menit kalau dari sekolah, tapi seperti biasa mereka singgah dulu beli bunga. Salah satu kebiasaan yang udah tertanam dibenak Alda, yang mana mau nggak mau Ej ikut terseret.
"Duh, gue deg-degan." ujar cewek itu sambil nyengir. Ej yang liat jadi ikutan nyengir.
"Udah sana masuk, gue tunggu disini." ujar Ej sambil mendudukkan dirinya di kursi tunggu yang berada tepat di depan ruangan yang mereka tuju.
Alda menghembuskan napas pelan sebelum membuka pintu putih di depannya, tapi belum sempat tangannya memegang knop, benda di depannya keburu dibuka dari dalam.
"Eh, Alda mau jenguk ya?"
"Iya..."
"Kebetulan banget, saya abis periksa beliau. Silahkan masuk." ujarnya mempersilahkan, Alda melangkah masuk dengan ragu-ragu, siluet orang di sofa dekat jendela membuatnya menoleh ke dokter tadi.
Merasa ditatap, dokter perempuan itu tersenyum dan mengucapkan sederet kata tanpa suara. "Semangat!"
Alda tersenyum kecil menatap kepergian sang dokter seiring dengan pintu ruangan yang ditutup rapat. Lagi-lagi cewek itu menghembuskan napas untuk kesekian kali. Padahal udah sering, tapi rasanya tetep menegangkan.
Perlahan, cewek itu mendekati sosok yang tengah menyender pada tembok, bunganya diletakkan di ujung kasur.
"Mama..."
Wanita paruh baya itu nggak menoleh, matanya masih fokus menghadap luar jendela. Alda nggak tau apa yang lagi mamanya liat, tapi dia masih berusaha ngajak ngobrol.
"Mama...Dayi dateng..."
Alda bersimpuh di depan mamanya sambil berusaha memegang tangan beliau yang bertaut di atas paha. Wanita paruh baya yang masih keliatan muda itu diam, membiarkan Alda yang berhasil memegang tangannya tanpa penolakan seperti biasa.
"Ma...sekarang papa kerja di luar negeri tau? Gaya banget dia bisa pake bahasa inggris tiap hari. Dulu tiap ngomong gitu pasti dikacangin, soalnya orang rumah nggak ada yang ngerti." Alda terkekeh mengingat masa dimana Joshua yang suka ngoceh pakai bahasa inggris tapi dia dan mamanya nggak begitu paham.
"Terus masa aku diungsiin ke rumah temennya? Mana temen papa punya anak rese abis, pernah ngelempar aku pake kaleng cola, jidat aku sampai merah tau ma." adunya sambil memperlihatkan jidatnya yang udah nggak kenapa-napa.
Lalu tanpa sepengetahuan Alda yang lagi asik cerita, pandangan mamanya udah berubah dan tangan beliau sekarang lagi terangkat menyentuh kepala cewek itu.
Jelas Alda kaget, tanpa diduga beliau ngusap-ngusap pelan jidatnya secara acak. Tapi hal itu malah bikin pertahanan Alda yang berusaha keras nggak menangis malah udah terisak-isak.
"Mama Dayi kangen." tanpa babibu Alda menghambur kepelukan sang mama dengan suara tangis yang makin kenceng.
"Mama ayo pulang ma...Dayi kangen dimasakin mama lagi, Dayi kangen dipeluk mama tiap mau tidur, Dayi kangen suara ketawa mama, Dayi pengen liat mama senyum kayak dulu..."
Lalu suasana hening, hanya ada suara tangis cewek itu yang makin keras. Pelukannya bahkan masih sama, Alda nggak mau melepasnya sama sekali.
Tapi sayangnya hal itu nggak berlangsung lama ketika secara paksa mama melepas pelukan keduanya dan mendorong Alda hingga tersungkur di atas lantai.
Cewek itu kehilangan kata-kata, kerongkongannya mendadak kering. Suaranya seakan tertahan sampai akhirnya mama berteriak sambil menutup telinganya rapat.
"Pergi! Saya bukan punyamu!!!"
"PERGI!!!"
Saat mama terlihat menjambak rambutnya keras dan beringsut ke pojok ruangan dengan ekspresi ketakutan, Alda yang masih terpaku di atas lantai mulai bergerak menghampiri untuk melepaskan tangan beliau dari kepala.
"Mama..." lirihnya berusaha menarik tangan mama menjauh. Tapi sayangnya mama kembali meraung keras dan mendorongnya hingga kembali tersungkur membentur kaki ranjang.
Alda menangis lagi ketika para suster mulai datang dan tangannya ditarik pelan keluar ruangan. "Mama gue kapan sembuh Je..." lirihnya disela isak tangis.
Cewek itu berjongkok di tembok depan ruangan sambil menelungkupkan kepala di sela lipatan kaki.
"Mama lo pasti sembuh, percaya deh. Banyak berdoa, Al." Ej mengusap bahu Alda yang bergetar sebelum menariknya ke dalam pelukan. "Mungkin sekarang belum, tapi nanti. Nggak ada yang tau hari esok Al. Bahkan kalau ada keajaiban, mama lo bisa aja sembuh hari ini juga."
"Tuhan punya cara sendiri buat nguji setiap makhluknya. Mungkin saat ini lo dikasi cobaan berat, tapi percaya nggak kalau suatu hari lo bakal dapet hadiah dari hari-hari berat ini? Sesuatu yang nggak expect bakal lo dapetin di kemudian hari? Itu karena setelah badai pasti ada pelangi."
"Je, makasih."
Ej tersenyum teduh. Lantas mengangguk pelan sebelum menarik tangan Alda pergi dari sana. "Ayo pulang."
—
btw aku udah nge draft sih
dari nggak tau kapan, tapi
males revisi aja dan jadiny
telat update deh. ehehe ✌🏻