Hari ini Alda udah bisa pulang. Sambil dibantu pak Hoshi dan bi Sola, cewek itu memutuskan buat pulang ke rumahnya sendiri bersama Joshua. Yakan berhubung bapaknya lagi pulang kampung.
Tapi, masalahnya pagi ini Joshua cuma nongol sebentar sebelum ada panggilan darurat dari kantornya. Yang mau nggak mau membuatnya harus ninggalin Alda sendiri bersama dua orang pengurus rumahnya tersebut.
Muka cewek itu udah bete banget dari kemarin. Ditambah confess-an Jake yang bikin perasaannya makin amburadul. Gatau dah.
"Pak, ke RSJ dulu yaa."
Dan hari ini, Alda niatnya mau berkunjung ke mamanya dulu, buat berkeluh kesah atas berbagai peristiwa yang dia alamin akhir-akhir ini.
"Tapi kata bapak langsung pulang gitu, dek?"
Alda mendengus. "Gapapa, papa gatau juga. Paling dia pulang sore."
Pak Hoshi sih nggak banyak komentar, lagipula tempat yang mau dikunjungi Alda juga bukan sesuatu yang asing bagi mereka. Cewek itu selalu rajin dalam urusan bertemu ibunya. Bikin mereka nggak bisa berbuat banyak.
"Oke deh."
Perjalanan dari rumah sakitnya ke RSJ tempat mamanya dirawat memakan waktu sekitar 50 menit. Begitu tiba cewek itu langsung ngacir ninggalin bi Sola yang gelagapan ikut nyusul.
Entah yang namanya keajaiban, hari ini mamanya nggak berulah, diem. Dengerin Alda ngoceh dari A sampe Z. Meski pandangannya lurus menatap jendela.
"Papa ngeselin banget deh ma, jauh-jauh dari Canada bukannya bawa pernak pernik lucu, malah kacang!" keluhnya dengan bibir mengerucut.
Pokoknya dia masih dendam akibat di bawain kacang!
"Kacang? Kacang kacang, mau!"
Bola mata cewek itu melebar. Mamanya baru aja ngerespon! Omo, buru-buru Alda mendekati beliau dengan wajah terhura. "Mama mau kacang?"
Beliau mengangguk.
Secepat kilat Alda berlari keluar kamar untuk melihat bi Sola yang tengah duduk. "Bi! Minta tolong kacang yang di bawain papa bawa sini!!" kata cewek itu dengan bersemangat, membuat bi Sola yang dilanda kaget langsung buru-buru memenuhi perintah cewek itu.
"Bentar non."
Nggak butuh waktu lama, bi Sola datang bawa paperbag berisi kotak persegi panjang didalamnya. Wanita itu menyerahkan ke Alda dengan dahi mengkerut. "Buat apa non? Katanya gamau."
"Buat mama!"
Pintu kembali ditutup. Bi Sola cuma geleng-geleng kepala.
Dan nggak terasa, mereka udah disana kurang lebih selama 3 jam an. Alda yang larut sama kegiatannya, juga sikap sang mama hari ini jauh lebih baik, keliatan mulai sedikit menerimanya.
Cewek itu bersyukur dan sejenak lupa akan hal buruk yang baru aja menimpanya. Emang ya, momen berharga kaya gini dampaknya luar biasa.
Sampai ketukan pintu terdengar ditengah aktivitas ngebacot Alda. Segera cewek itu berdiri buat ngebukain pintu. "Selamat siang, Alda. Sekarang waktunya mamamu check up ya." sapa dokter yang udah cewek itu kenal tersenyum di depannya.
"Siang dok, oke." Alda menyingkir dan membiarkan tiga orang itu masuk. Saat hendak menutup pintu, sebuah tangan menariknya keluar.
"Non!" ternyata bi Sola.
"Kenapa bi?"
"Daritadi bapak nelfonin ini gimana? Non nggak angkat telfonnya bapak ya?"
"Enggak." lagian cewek itu lagi nggak mau diganggu. Jadi sepanjang ngabisin waktu sama mamanya dia nggak pegang hp. "Bibi angkat aja gapapa, bilang lagi nemenin aku ketemu mama."
Raut bi Sola yang sedari tadi panik makin panik. "Kalo dimarahin gimana?" tanya wanita itu sambil memperlihatkan layar ponselnya yang kembali menampilkan panggilan masuk dari Joshua.
"Ya gapapa, ntar paling aku yang dimarahin." jawab cewek itu tenang.
Kemudian pintu ruangan terbuka. Bi Sola nggak menjawab panggilan telepon itu dan milih ikut mendengarkan penjelasan doker mengenai perkembangan majikannya tersebut.
"Puji Tuhan, keadaan bu Jean, melesat drastis. Ke arah yang bagus. Kemungkinan sembuh dalam waktu dekat ini ada 60%, jadi kamu banyak-banyak berdoa ya, semoga itu segera terjadi." jelasnya sambil tersenyum.
Dokter perempuan itu lantas berpamitan dan meninggalkan Alda yang tersenyum senang. "Bi! Mama sembuh!!!"
Bi Sola memgangguk-anggukkan kepala turut bahagia. Kemudian mereka berdua berpelukan dengan air mata haru, sebelum Joshua datang dengan wajah nggak bersahabat.
"Alda!"
"Pah! Ma—."
"Pulang! Now!"
Cewek itu gelagapan melihat raut wajah Joshua yang terlihat murka. "Tas aku masi di dalem." jawabnya hendak berjalan masuk lagi.
"Gausah! Biar papa yang ambil. Kamu pulang!"
Dengan wajah mengeras marah, Alda pergi meninggalkan Joshua yang masih di tempatnya dengan emosi tertahan. Setelah cewek itu menghilang bersama bi Sola di koridor, ekspresi Joshua lambat laun mulai berubah.
Pria itu masuk dan mendapati istrinya bersama salah satu perawat yang berjaga. Wanita itu berbaring, tidur dengan posisi menghadap jendela. Melihat suami pasiennya datang, perawat wanita itu sejenak keluar, memberi waktu ke Joshua yang sebenernya nggak ada niat berkunjung.
Emosinya tadi bukan tanpa alasan. Joshua cuma nggak mau Alda sedih terus kalau ketemu mamanya. Makanya pria itu selalu ngebatasi, tapi yang namanya suka kangen, cewek itu melanggar aturan Joshua dan berkunjung hampir setiap hari.
Sama halnya dengan pria itu sendiri. Karena setiap ngelihat kondisi Jean, hatinya selalu berdenyut sakit, seperti saat ini. Hingga tanpa sadar, pria itu menangis.
***
biar alurnya ga makin panjang, kita
sembuhin ajalah ya emaknya wkwk