Alda dateng paling terakhir, ternyata Joshua udah ada disana dengan senyuman lebar. Pria itu nggak bisa buat nggak menangis meski dihadapannya ada istri yang setelah sekian waktu ditunggu menyadari lagi eksistensinya.
"Mama!"
Walaupun udah bisa dinyatakan sembuh, tapi Jean belum kembali seperti biasa, beliau masih butuh adaptasi lagi untuk mengenali dirinya yang sebenarnya.
"Adek..."
Ruangan itu dipenuhi tangis haru. Bi Sola pun tak kuasa menahan isakan melihat keluarga majikannya lambat laun kembali utuh setelah beberapa tahun.
"I miss you..."
Banyak yang perlu dipertimbangkan dengan kabar kesembuhan Jean. Termasuk keberangkatan Joshua besok ke Canada, pria itu nggak bisa ninggalin istri dan anaknya sendirian dengan keadaan kayak gini.
Maka dengan keputusan kilat yang udah dia pikirin sepanjang perjalanan tadi, Joshua mengutarakan keinginannya. "Alda."
"Kenapa?"
"Mama besok bakal ikut papa."
"Hah?! Terus aku??"
"Kamu nyusul setelah kelulusan."
Alda melotot. "Yang betul betul aja?"
"Kamu bentar lagi ujian kan?"
Meski sedikit nggak rela disuruh nyusul sendiri, Alda menganggukkan kepala. Joshua yang melihat itu berusaha menghibur.
"Jangan sedih, ntar papa beliin tiket nonton Mark Lee."
"Gitu dong." dan dengan senyuman 5 jari, Alda mengacungkan dua jempol kearah Joshua.
Lantas setelah mengurus beberapa keperluan, Mamanya diperbolehkan pulang. Mereka nggak langsung ke rumah, tapi singgah ke restoran buat makan malam dengan anggota utuh setelah sekian lama.
Meski baru jam setengah tujuh. Tapi nggak apa-apalah. Alda sendiri bahkan masih mengenakan seragamnya, belom sempet pulang karena kejadian tadi. Kalau dilihat-lihat sih kayaknya Jake nggak ngasi tau Joshua.
Jadi aman lah, nggak perlu bikin Papanya itu khawatir apalagi setelah melihat gimana raut bahagia pria itu mendapati Mamanya sembuh.
"Kamu tadi apa belom sempet pulang?"
Joshua sadar kalau Alda masih pake seragam, tapi dia baru sempet nanya karena daritadi sibuk sama keperluan-keperluan mendadak Jean yang harus di urus.
"Belom."
"Diajak main dulu sama Jake?"
"Ehmm, iya." jawabnya agak gugup.
Pria itu memicingkan mata curiga. Apalagi Alda menjawab tanpa memandang matanya. "Nggak abis ditembak anak itu kan?"
Bola mata Alda sedikit melebar, kaget. "Maksud papa?!"
Kemudian muncul seringaian jahil dari wajah ganteng Papanya. "Jake gentle banget kemaren minta ijin papa ngajak kamu pacaran."
"Siapa yang pacaran?"
Suara Mamanya mendadak muncul. Alda makin panik, jangan sampai nambah beban pikiran sang Mama yang baru sembuh. "Nggak ada Ma! Papa mah suka ngibul akhir-akhir ini."
"Heh sembarangan!"
"Kamu suka bohong, Josh?"
Giliran Joshua yang panik ditanyai begitu.
Sementara Alda menutup mulut centil dengan niat meledek. "Ups, sengaja."
"No! Itu salah, aku nggak suka bohong." balas Joshua sambil memegang tangan perempuan di sampingnya itu.
Alda yang menyaksikan kontan memutar bola mata malas. "Lama banget makanannya." padahal mah dalam hati iri nggak ada yang bisa diajak begitu.
***
"Papa nggak ngelarang kamu pacaran ya, cuma kalau untuk saat ini jangan dulu, nanti abis lulus gamasalah." tiba-tiba Joshua yang berada di ruang tengah itu bersuara waktu Alda menghampirinya setelah mandi dan beberes.
"Siapa juga yang mau pacaran."
"Beneran nggak mau?" tanyanya nggak yakin.
"Ya mau lah!" masa jaman sekarang nggak punya ayang, kan ngenes, kaya yang baca.
"Iya tapi inget kata papa."
"Emang kemaren si Jake ngomong apa aja?"
Sambil makan roti-rotian kering di dalam toples, Alda menunggu Joshua bercerita. Kebetulan dia juga agak kepo gimana bisa cowok itu blak-blakan ke Papanya.
"Ya nanya kamu boleh pacaran nggak, dia mau menawarkan diri."
Alda tergelak. "Yakaliii."
"Beneran." kata Joshua ikut nyomot makanan yang dipegang Alda. "Padahal mah gaperlu nanya begitu karena papa sama om Leo mau jodohin kalian."
"HEH?!"
Joshua ketawa. "Becanda."
Karena kesal dibercandain begitu, Alda menggeplak bahu bapaknya itu dengan halus. Maklum namanya juga sama orang tua, nggak boleh kasar.
"Kamu suka nggak sih sama dia?"
"Enggak."
"Idih boong banget."
"Situ nanya kenapa maksain?!" kata Alda agak emosyie.
"Kamu galak banget sih, perasaan papa lemah lembut begini."
Alda tersenyum badut. "Lemah lembut? Huek."
Joshua cekikikan.
"Ngomong-ngomong," raut wajah pria itu mendadak serius. "Orang yang nyelakain kamu waktu itu, temenmu?"
"Papa tau?"
"Dulu dia kan pernah kesini, papa nggak nyangka."
Kini suasana ruang tamu jadi agak-agak sedih. "Namanya juga orang, nggak ada yang tau sifat aslinya."
"Maaf ya papa gabisa jagain kamu dengan bener." sesal pria itu. "Dua kali papa kecolongan, rasanya kayak nggak berguna."
"Ih papa berguna banget lah! Yakali." seru cewek itu lekas meletakkan toples makanannya. "Kalo nggak ada papa kan aku nggak bisa jajan."
"Tetep aja ya makanan." Joshua tersenyum kecut.
Alda beringsut memeluk Joshua yang termenung di tempat. "Becanda, Papa adalah the best gift i ever had."
"Perasaan yang biasa ngomong gini bapak ke anaknya."
"Iya gapapa lah sama aja!" masih ribut aja pemirsa.
Kemudian Joshua menepuk-nepuk punggung Alda. Rasanya udah lama dia nggak merengkuh anaknya dan ngobrol kayak gini. "Maafin Papa ya kalo belom bisa jadi orang tua yang kamu mau."
Cewek dengan rambut tergerai itu menganggukkan kepala. "Biasanya yang ngomong gini anak ke bapak sih."
"Diem lagi serius!"
***
double lagi gasie?
spam duls yu 🤡